Mohon tunggu...
Mikyal Suyuthi
Mikyal Suyuthi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menjadi guru yang hobi menulis adalah sebuah ketertarikan tersendiri sejak duduk dibangku sekolah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Denyut Nadi Pendidikan (Refleksi Hari Pendidikan Nasional)

1 Mei 2023   22:37 Diperbarui: 1 Mei 2023   22:49 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tinjauan Historis

Setiap tahun kita selalu memperingati hari ini, tanggal 2 Mei sebagai hari pendidikan nasional, cikal bakal lahirnya hari ini diambil dari hari lahir  tokoh pendidikan nasional yakni Ki Hajar Dewantara. Melansir dari Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, Sarasehan atau diskusi yang diadakan hari Selasa Kliwon menghasilkan gagasan untuk mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922 .
Sekolah ini didirikan dengan maksud dan tujuan agar anak bangsa ini dapat berdiri tegak memimpin bangsanya, maju bermartabat memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi yang tidak didapatkan seperti priyayi atau orang-orang Belanda. Peserta diskusi sangat prihatin terhadap kondisi pendidikan masa kolonial, di mana masa itu pendidikan kolonial mengedepankan pendidikan materialistik, individualistik, intelektualistik. Pendidikan ini perlu pendidikan tandingan yakni pendidikan yang humanis, populis yang memeliharan perdamaaian dunia. 

Untuk membuat sistem pendidikan yang berbeda, maka perlu mengubah metode pendidikan yang awalnya menggunakan sanksi dan perintah diubah menjadi pendidikan pamong.  Pendidikan kolonial didasarkan pada diskriminasi rasial yang di dalamnya sudah terdapat pemahaman kepada anak-anak bumiputra yang menderita inferioritas. Kondisi seperti ini harus diubah dari pendidikan model ”perintah dan sanksi”. Meskipun pemerintah kolonial sendiri telah menggunakan istilah santun “mengadabkan" bumiputera, tetapi dalam praktiknya cara kolonial yang tidak manusiawi tetap berjalan.  Ki Hajar Dewantara kemudian membuat wadah “National Onderwijs Taman Siswa”, sebuah pendidikan nasional dengan gagasan yang sudah mencakup seluruh bangsa Indonesia.

Pendidikan saat ini

Sebenarnya apa sih tujuan pendidikan??

Pandangan terkait tujuan pendidikan mungkin akan berbeda-beda dan bisa jadi perdebatan banyak pihak. Kalau menurut UU No. 2 Tahun 1985, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya. Pertanyaannya adalah apakah sistem pendidikan yang ada sekarang bisa mengembangkan siswa menjadi manusia seutuhnya? ...

Saya yakin tidak semua kita saat sekolah dulu, menyukai pelajaran yang diajarkan di sekolah. parti ada pelajaran yang tidak disukai,  jika siswa ditanya pelajaran apa yang paling tidak disukai mungkin sebagian besar siswa kompak menjawab pelajaran eksak (Matematika, Fisika,Kimia. Mungkin ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal matematika belum tentu karena dia bodoh, tapi karena tidak suka saja (kok dipaksa yah he he). Mau les privat sekalipun kayaknya tidak  akan bisa membuatnya  jadi pemenang olimpiade jika pada dasarnya tidak ada minat matematika (masalah saya dan anda sebagai guru matematika). Lalu apakah dengan cara ini tujuan pendidikan dapat tercapai??. Bukannya setiap manusia terlahir unik dengan kemampuan yang berbeda-beda. 

Seorang tokoh psikologi Howard Gardner yang terkenal dengan teori Multiple Intelligences, mengatakan kalau semua orang tidak dilahirkan dengan semua kecerdasan. ada macam macam kecerdasan, bisa saja seseorang memiliki beberapa kecerdasan sekaligus ada juga yang tidak dilahirkan demikian sehingga tidak  mungin yah kita mengajari ikan untuk terbang??.

seorang komika terkenal pernah menyatakan “Jahatnya Pendidikan Indonesia adalah bisa membuat siswanya tidak bisa yakin bahwa dirinya berbeda dengan orang lain” -Pandji Pragiwaksono.

sampai di titik ini saya terdiam, sering mengalami seperti ini anak-anak yang suka ragu meski sudah benar. tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Sebenarnya masalah di dunia pendidikan banyak, dan menjadi PR besar  untuk segera di benahi, meski disadari bahwa pendidikan memang bukan semudah membalik telapak tangan, butuh waktu karena hasil pendidikan itu akan kita lihat bertahun-tahun kemudian. jadi jika pendidkan dipolitisasi, dan sebagai proyek  coba-coba rasanya sangat jauh dari tujuan penddikan sebagaimana yang temaktup di dalam Sistem Pendidikan Nasional. Belum lagi serangkaian Tes PISA yang selalu memberikan hasil yang menggeneralisir bahwa siswa kita kurang mampu menganalisis dan menerapkan pengetahuannya pada kehidupan nyata. 

PISA Indonesia yang tergolong rendah,  ini menunjukan bahwa siswa yang sudah lulus sekolah belum bisa siap untuk menjalani kehidupan. Belum siap untuk beradaptasi dengan dunia pekerjaan, atau mungkin belum siap untuk menghadapi kemajuan iptek dengan maksimal. Karena PISA itu tidak menilai pencapaian siswa lewat hafalan aja, tapi fokus ke bagaimana siswa itu bisa siap dalam menjalani kehidupannya. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pada 2021 angka pengangguran bisa mencapai 12,7 juta orang. mengapa bisa terjadi seperti ini?. Karena banyak orang yang tidak punya skill yang dibutuhkan oleh industri sekarang. Ada kesenjangan antara apa yang kita pelajari dengan apa yang dibutuhkan dunia saat ini. 

Meski sebagai guru kadang kurang setuju dengan hasil tes PISA ini jika digeneralisir, sementara sekolah-sekolah masih banyak yang sarana prasarananya sangat jauh dari kata memadai.  bahkan di kota sekalipun, kita masih sering mendapati sekolah dengan sarana yang minim, sumberdaya manusianya yang minim, belum lagi sekolah di pelosok yang sinyal saja sasah.

Apa dan Bagaimana  Kurikulum

 Merangkum dari berbagai sumber tentang fungsi kurikulum. Dengan mengetahui pengertian kurikulum yang merupakan sebuah rencana pembelajaran, pembaca  mestinya akan sadar kalau fungsi kurikulum ini sangatlah penting dalam kemajuan pendidikan.

Dengan adanya kurikulum, kita bisa mengetahui kemana tujuan sebuah pendidikan dijalankan. Singkatnya pada lingkup sekolah, kita akan mengetahui kemana arah pembelajaran yang akan  diterima di sekolah tersebut. Karena itulah, kurikulum hukumnya wajib ada di setiap institusi pendidikan. Ganti mentri ganti kurikulum, Fungsi kurikulum itu sendiri  secara luas adalah dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan alat atau usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan tersebut diantaranya adalah:

  1. Tujuan Nasional (Pendidikan Nasional)
  2. Tujuan Institusional (Lembaga atau Institusi)
  3. Tujuan Kurikuler (Bidang Studi)
  4. Tujuan Instruksional (Penjabaran Bidang Studi)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fungsi kurikulum dapat dibagi kedalam beberapa pengelompokan berdasar pihak yang berkaitan dengan kurikulum tersebut.

lalu sekarang mau dibawa kemana pendidikan ini dengan kurikulum Merdekanya. dengan berbagai permasalahan yang dihadapi ada pro dan kontra, Jika dikatakan bahwa kurikulum yang ada sekarang ini belum tepat, masih perlu evaluasi. tidak serta merta menyalahkan kurikulum, sekolah dan guru. tetapi sistem pendidikan perlu pembenahan yang signifikan bukan sebatas kurikulum ujicoba, atau sekedar proyek untuk memenuhi kepentingan segelintir orang.  Menyusun Kurikulum pendidikan memang bukan perkara mudah, banyak kepentingan yang harus dileburkan dalam sebuah kebijakan pendidikan, belum lagi trial dan eror dalam tataran implementasinya, belum lagi kepentingan politik juga ikut serta dalam perubahan sebuah kurikulum. Jadilah tingkat adaptasi di level bawah semakin sulit, adopsi hal-hal atau ilmu baru  lambat untuk diimplementasikan. Akibatnya sistem pendidikan juga kurang sigap dalam beradaptasi. Guru juga sulit bisa beradaptasi maksimal karena tidak mendapatkan fasilitas yang baik untuk mengajar. lalu apa solusi efektif dari permasalahan pendidikan ini?, jawabannya ada pada kita semua, para guru hebat, dimanapun kita mengabdi. Akhir kata ingin saya ucapkan terimakasih pada semua guru hebat yang ada di Indonesia karena sudah memberikan yang terbaik buat anak didiknya (Murid/ siswa  atau apapun peneybutannya). Saya tahu bahwa menjadi guru bukanlah pekerjaan mudah, para guru adalah petani peradaban,  Semua orang mungkin bisa menjadi seorang guru tapi tidak semua orang bisa menjadi guru yang baik untuk anak didiknya..... Sepenuh cinta buat rekan guru..... 

Hormat saya, 

Seorang guru biasa,

Mikyal Suyuthi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun