Tinjauan Historis
Setiap tahun kita selalu memperingati hari ini, tanggal 2 Mei sebagai hari pendidikan nasional, cikal bakal lahirnya hari ini diambil dari hari lahir tokoh pendidikan nasional yakni Ki Hajar Dewantara. Melansir dari Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, Sarasehan atau diskusi yang diadakan hari Selasa Kliwon menghasilkan gagasan untuk mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922 .
Sekolah ini didirikan dengan maksud dan tujuan agar anak bangsa ini dapat berdiri tegak memimpin bangsanya, maju bermartabat memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi yang tidak didapatkan seperti priyayi atau orang-orang Belanda. Peserta diskusi sangat prihatin terhadap kondisi pendidikan masa kolonial, di mana masa itu pendidikan kolonial mengedepankan pendidikan materialistik, individualistik, intelektualistik. Pendidikan ini perlu pendidikan tandingan yakni pendidikan yang humanis, populis yang memeliharan perdamaaian dunia.
Untuk membuat sistem pendidikan yang berbeda, maka perlu mengubah metode pendidikan yang awalnya menggunakan sanksi dan perintah diubah menjadi pendidikan pamong. Pendidikan kolonial didasarkan pada diskriminasi rasial yang di dalamnya sudah terdapat pemahaman kepada anak-anak bumiputra yang menderita inferioritas. Kondisi seperti ini harus diubah dari pendidikan model ”perintah dan sanksi”. Meskipun pemerintah kolonial sendiri telah menggunakan istilah santun “mengadabkan" bumiputera, tetapi dalam praktiknya cara kolonial yang tidak manusiawi tetap berjalan. Ki Hajar Dewantara kemudian membuat wadah “National Onderwijs Taman Siswa”, sebuah pendidikan nasional dengan gagasan yang sudah mencakup seluruh bangsa Indonesia.
Pendidikan saat ini
Sebenarnya apa sih tujuan pendidikan??
Pandangan terkait tujuan pendidikan mungkin akan berbeda-beda dan bisa jadi perdebatan banyak pihak. Kalau menurut UU No. 2 Tahun 1985, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya. Pertanyaannya adalah apakah sistem pendidikan yang ada sekarang bisa mengembangkan siswa menjadi manusia seutuhnya? ...
Saya yakin tidak semua kita saat sekolah dulu, menyukai pelajaran yang diajarkan di sekolah. parti ada pelajaran yang tidak disukai, jika siswa ditanya pelajaran apa yang paling tidak disukai mungkin sebagian besar siswa kompak menjawab pelajaran eksak (Matematika, Fisika,Kimia. Mungkin ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal matematika belum tentu karena dia bodoh, tapi karena tidak suka saja (kok dipaksa yah he he). Mau les privat sekalipun kayaknya tidak akan bisa membuatnya jadi pemenang olimpiade jika pada dasarnya tidak ada minat matematika (masalah saya dan anda sebagai guru matematika). Lalu apakah dengan cara ini tujuan pendidikan dapat tercapai??. Bukannya setiap manusia terlahir unik dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Seorang tokoh psikologi Howard Gardner yang terkenal dengan teori Multiple Intelligences, mengatakan kalau semua orang tidak dilahirkan dengan semua kecerdasan. ada macam macam kecerdasan, bisa saja seseorang memiliki beberapa kecerdasan sekaligus ada juga yang tidak dilahirkan demikian sehingga tidak mungin yah kita mengajari ikan untuk terbang??.
seorang komika terkenal pernah menyatakan “Jahatnya Pendidikan Indonesia adalah bisa membuat siswanya tidak bisa yakin bahwa dirinya berbeda dengan orang lain” -Pandji Pragiwaksono.
sampai di titik ini saya terdiam, sering mengalami seperti ini anak-anak yang suka ragu meski sudah benar. tidak yakin dengan dirinya sendiri.
Sebenarnya masalah di dunia pendidikan banyak, dan menjadi PR besar untuk segera di benahi, meski disadari bahwa pendidikan memang bukan semudah membalik telapak tangan, butuh waktu karena hasil pendidikan itu akan kita lihat bertahun-tahun kemudian. jadi jika pendidkan dipolitisasi, dan sebagai proyek coba-coba rasanya sangat jauh dari tujuan penddikan sebagaimana yang temaktup di dalam Sistem Pendidikan Nasional. Belum lagi serangkaian Tes PISA yang selalu memberikan hasil yang menggeneralisir bahwa siswa kita kurang mampu menganalisis dan menerapkan pengetahuannya pada kehidupan nyata.