Idul fitri menjadi sebuah perayaan besar yang tentu ditunggu oleh jutaan umat muslim di seluruh Indonesia. Setelah menjalankan puasa selama 1 bulan penuh di bulan suci ramadhan, perayaan idul fitri menjadi sebuah momentum istimewa sebagai sebuah bentuk kemenangan atas terlaksananya hajat besar umat muslim untuk menunaikan puasa di bulan suci ramadhan.Â
Tak heran apabila di seluruh dunia perayaan idul fitri dilaksanakan dalam berbagai cara yang unik, hal ini tentu menjadi sebuah ungkapan syukur dan juga rasa bahagia atas datangnya hari besar tersebut.Â
Pada umumnya kita bisa mendapati tradisi tradisi yang khas dari berbagai negara tak terkecuali di Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan jumlah pemeluk islam terbanyak di dunia menjadi salah satu poros yang amat besar dalam menghormati dan menyambut datangnya idul fitri, beragam tradisi dan kebiasaan menjadi sebuah nilai penting bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi idul Fitri.
Dari sekian banyak perayaan idul fitri tentu kita tidak asing dengan tradisi lebaran ketupat, salah satu rangkaian idul fitri yang sering kita temui diberbagai daerah Indonesia terutama di pulau jawa.Â
Rangkaian tradisi ini merupakan bagian dari semarak idul Fitri yang biasanya dilakukan masyarakat tepat 7 hari setelah dilaksanakan sholat idul fitri. lantas bagaimanakah pelaksanaan dari tradisi ini? Apa esensinya dan bagaimana kebermanfaatan yang bisa kita raih dari tradisi ini?
Sejarah tradisi kupatan
Tradisi kupatan atau lebaran ketupat adalah rangkaian idul Fitri yang tidak terpisahkan dari kultur masyarakat jawa pada masa lampau, kebiasaan ini muncul sebagai suatu bentuk rasa syukur dan upaya menjalin silaturahmi seusai hari raya idul fitri.Â
Dilansir dalam laman Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tradisi kupatan atau lebaran ketupat berasal dari era Kerajan demak bintoro, tradisi ini diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga sebagai bentuk dakwah penyebaran agama islam Pada abad ke 16. Bersamaan dengan tradisi kupatan biasanya masyarakat akan mengadakanya dengan selametan di tempat tempat seperti masjid dan rumah rumah warga
Berburu janur dan merendam beras
Tradisi kupatan ini dimulai dengan proses pembuatan anyaman ketupat dari janur atau daun pohon kelapa yang masih muda dan belum mekar, setiap menginjak waktu lebaran ketupat berburu janur menjadi tradisi yang amat penting dilakukan, antusiasme masyarakat dalam tradisi ketupat tak jarang menjadikan janur ini langka pada momen idul fitri sehngga mau tak mau masyarakat akan berburu janur ke beberapa tempat, seperti halnya yang ada di Desa Kresikan Kabupaten Tulungagung, masyarakat amat antusias mencari janur hingga terkadang rela membeli janur dari penjajak yang ada dibeberapa tempat.Â
Salah satu narasumber menututurkan tentang sulitnya mencari janur pada musim lebaran idul Fitri "susah dek, pada habis biasanya, jadi kadang kita putar otak harus cari dimana" tutur sukemi salah satu warga desa Kresikan.
Setelah janur didapat masyarakat memulai proses pembuatan ketupat dengan merendam terlebih dahulu beras yang akan digunakan, tujuan dari proses ini adalah untuk menjadikan ketupat lebih padat dan kenyal saat nanti matang.Â
Bersamaan dengan merendam beras biasanya masyarakat juga mulai menganyam janur-janur yang telah di dapat untuk menjadi ketupat Ini adalah proses penting yang membutuhkan keuletan tinggi dan ketrampilan yang mumpuni, hal ini bertujuan agar ukuran maupun bentuk anyaman dapat presisi dan tidak merusak bentuk ketupat ketika direbus nantinya.Â
Setelah seluruh anyaman selesai proses selanjutnya adalah memasukan beras kedalam anyaman untuk kemudian direbus selama beberapa jam, tak lupa juga untuk memasak hidangan pelengkap ketupat, dalam tradisi jawa ketupat sering kali disajikan dengan pelengkap sayur lodeh terutama lodeh pepaya muda atau lodeh kates, tetapi dalam perkembangannya sajian pelengkap ini bisa bervariasi sesuai keinginan pembuat biasanya dapat diganti dengan lodeh tahu, tempe ataupun lainya.Â
Selametan dan menyantap ketupat
Setelah seluruh proses pembuatan ketupat dan sayur lodeh selesai, pada pukul 18.30 atau sebelum memasuki waktu isya masyarakat akan berbondong-bondong menuju ke masjid terdekat. Mereka akan membawa sajian ketupat yang telah dimasak untuk kemudian nantinya disantap bersamaan dengan warga lain.
Pada awal proses bersama sama masyarakat akan melaksanakan sholat isya secara berjamaah, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil. Setelah tahlil selesai dibacakan masyarakat akan berkumpul dan bersama sama menyantap masakan satu sama lain. Di beberapa tempat, tradisi ini juga dilaksanakan pagi hari. Tradisi menyantap ketupat bersama sama ini terkadang dilaksanakan dengan menyelipkan beberapa candaan dan juga topik topik pembicaraan hangat.Â
Namun dalam beberapa kondisi biasanya proses kupatan juga dilaksanakan pada pagi hari, biasanya masyarakat akan berbondong-bondong berkumpul dan langsung menyantap ketupat secara bersama sama
Setelah menyantap ketupat biasanya takmir masjid akan mulai untuk membagikan kembali ketupat yang telah dikumpulkan sebelum sholat isya, masyarakat juga dipersilakan membungkus sayur lodeh yang telah dimasak satu sama lain.
Esensi perayaan lebaran ketupat
Syukur menjadi sebuah nilai penting yang diajarkan dalam keislaman, berbagai macam bentuk ungkapan syukur dapat kita temukan dalam kehidupan sehari hari umat islam di seluruh dunia. Tak terkecuali dalam rangkaian idul fitri ini juga tak lepas dari adanya ungkapan syukur. Setelah proses panjang menjalankan puasa dan ibadah di bulan suci Ramadhan masyarakat menjadikan perayaan idul fitri sebagai sebuah manifestasi dari rasa syukur yang teramat besar. Pun setelah terselenggaranya hari raya idul fitri masyarakat menjadikan hari raya kupatan atau lebaran ketupat sebagai bentuk syukur atas hari raya idul Fitri yang telah dilalui
Dalam bingkai sosial tradisi kupatan atau lebaran ketupat ini menjadi sebuah nilai kebersamaan yang begitu hangat, proses pembuatan ketupat dalam keluarga, tradisi menyantap sajian ketupat bersama warga menjadi sebuah ajang besar untuk mengikat persaudaraan dalam bingkai tradisi.
Tentu saja kupatan yang pada awalnya dijadikan sebagai media dakwah kini berlanjut menjadi sebuah warisan tradisi kemasyarakatan yang sarat akan kehangatan dan kebersamaan.
Dalam beberapa kasus bahkan tradisi kupatan ini menjadi sebuah kompetisi yang diadakan beberapa daerah, masyarakat akan berama ramai membuat panggung kreasi dan mendirikan tenda yang menyediakan sajian ketupat dengan berbagai sayur pendamping, mereka akan bersama sama mengait pengunjung yang berseliweran di jalan raya untuk datang dan menyantap sajian ketupat yang telah disiapkan. Tentu ini menjadi sebuah momentum yang luar biasa dan tak akan kita jumpai di tempat lain
Â
Kebermanfaatan tradisi kupatan dalam bingkai kemasyarakatanÂ
Seperti yang telah disampaikan bahwa perayaan kupatan atau lebaran ketupat menjadi sebuah tradisi dengan nilai kebersamaan yang begitu tinggi, ini menjadikan tradisi ketupat adalah sebuah tradisi yang begitu bermanfaat dalam menjaga kebersamaan dan tali persaudaraan atar sesama warga, salah satu narasumber yang saya temui menuturkan bahwa "kupatan ini penting mas, warga biasanya kan banyak problem satu sama lain ya diselesaikan dengan cara kayak gini, makan bareng, ngobrol dan sebagainya" tutur mashud salah satu takmir masjid setempat.
Selain bermuatan nilai kebersamaan kupatan atau lebaran ketupat menjadi cara bagi masyarakat untuk dapat berbagi kepada sesama. Ketupat yang telah di masak akan menjadi sebuah sajian yang di bagikan kepada seluruh warga, ini menjadi nilai yang penting ketika kupatan tidak hanya mengajarkan kebersamaan tetapi juga rasa tolong menolong yang ada pada masyarakat.
Menyantap ketupat dengan sayur lodeh yang gurih di pagi hari adalah kesempatan luar biasa yang tak akan kita jumpai di waktu lain dan tempat lain pula. Mari rayakan setiap momen indah dalam perayaan idul fitri
Minal aidzin wal faizin Mohon maaf lahir dan batin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H