Mudik merupakan kegiatan yang sering di lakukan setiap tahun oleh masyarakat Indonesia dan sekarang sudah menjadi budaya setiap tahun untuk melepas kerinduan kepada keluarga yang berada di kampung.Â
Pulang ke kampung halaman pada tahun ini menjadi pulang kampung yang paling ditunggu oleh orang-orang dan menjadi lebaran yang sangat special karena 2 tahun kemarin kita tidak bisa pulang ke kampung halaman karena angka covid-19 yang masih tinggiÂ
dan pemerintah ingin menekan angka itu dan pada tahun ini pemerintah mengizinkan masyarakat untuk mudik agar bisa bertemu dengan keluarga di kampung halaman untuk merayakan hari raya Idul Fitri atau lebaran tetapi dengan protokol kesehatan yang tetap di jalankan.
Hal itu terbukti kepada saya sendiri, ketika saya dan keluarga pulang ke kampung halaman, saya dengan keluarga disambut oleh Om, Tante dan kedua sepupu saya dengan wajah yang senang sekali.Â
Mudik Tahun 2022 ini menciptakan rekor yang sangat mengejutkan , Jasa Marga mencatat sebanyak 1,7 juta kendaraan yang meninggalkan Jakarta untuk melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman, angka ini naik 9,5 persen dibanding dengan mudik pada tahun 2019 sebelum pandemic.
Ketika kita pulang ke kampung halaman, pasti kita menyesuaikan kembali budaya hidup kita ketika kita tiba di kampung halaman, banyak sekali perbedaan budaya misalnya di Jakarta dengan di kampung halaman mulai dari budaya hidup hingga budaya ketika hari raya Idul Fitri.Â
Misalnya di kampung halaman saya yang berada di daerah Klatan, Jawa Tengah, ketupat dengan opor tidak menjadi menu utama yang harus ada ketika lebaran, tahun ini keluarga saya hanya memasak rendang sama seperti lebaran sebelumnya untuk menjadi menu santapan saat lebaran, dan saat bulan puasa, anak-anak muda melakukan aktivitas rutin yaitu membangunkan orang sahur,
 sepertinya di daerah seperti Jakarta dan sekitarnya masih ada tetapi hanya di beberapa daerah saja yang mempertahankan tradisi tersebut, " Iya, memang anak-anak kampung disini melakukan kegiatan membangunkan warga sekitar untuk sahur setiap hari mulai dari hari pertama hingga terakhir puasa" Ujar Bagas yang merupakan salah satu sepupu saya.Â
Mereka membangunkan warga kampung dengan menabuh beberapa ember-ember yang sudah tidak terpakai dan ada juga yang menggunakan bedug lalu di letakkan diatas gerobak dan kemudian mereka mengelilingi kampung.
Memang setiap daerah mempunyai budaya masing-masing dan ketika kita meninggalkan daerah kita dan kita mendatangi daerah orang lain, kita harus beradaptasi dengan budaya di daerah tersebut, contohnya adalah di kampung saya ketika ada warga kampung sedang duduk di pinggir jalan dan ada warga sedang mengendarai motor dan melewati warga yang sedang duduk tadi,Â
pasti mereka berdua saling menyapa dengan kata "permisi", bahkan bukan warga dengan warga saja, saya pun merasakan mereka masih menjaga itu,Â