Mohon tunggu...
Mikhail Ritchie
Mikhail Ritchie Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Edukasi

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pornografi, Masturbasi dan Orgasme: Mengapa Semakin Wajar? Apa Dampaknya Bagi Pelajar dan Anak Muda?

1 Februari 2024   11:45 Diperbarui: 1 Februari 2024   11:54 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Level 7 :  perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan bila tidak melihat pornografi, konsekuensi negatif

     Selain dari tingkatan-tingkatan kecanduan pornografi, terdapat juga ciri-ciri pelajar yang sudah kecanduan pornografi. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah sering terlihat gugup ketika diajak berinteraksi sosial, tidak punya semangat atau gairah dalam beraktivitas sehari-hari, sulit untuk lepas dari gadget miliknya dan suka menyendiri di kamar, sering menjadi lupa atau pikun. Ketika sudah mulai muncul gejala seperti ini, orangtua sudah sebaiknya mulai waspada terhadap anaknya apakah sudah kecanduan pornografi atau belum, karena jika belum sebaiknya melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.

     Ada beberapa faktor yang mendukung mengapa PMO sudah menjadi hal yang begitu wajar di tahun 2024 ini. Faktor pertama adalah bagaimana mudahnya mengakses konten dewasa di internet atau gadget elektronik. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, konten dewasa dapat diakses hanya dengan beberapa gerakan jari saja. Di internet, terdapat terlalu banyak konten dewasa yang dapat diakses secara gratis sehingga anak muda serta pelajar yang sekarang sudah lihai dalam menggunakan teknologi sangat mudah untuk mengakses konten-konten tersebut.

     Orangtua pun tidak bisa semudah itu membatasi ataupun mengawasi penggunaan internet oleh anak karena zaman sekarang internet serta teknologi bukanlah lagi menjadi sebuah keinginan saja namun sudah menjadi sebuah kebutuhan. Apapun sekarang membutuhkan yang namanya teknologi, sehingga orang tua pun akan susah untuk menjaga anak anak mereka dari terpapar sisi negatif internet. Ini menjadi alasan mengapa pelajar dan anak muda dapat mudah mengakses konten dewasa tanpa harus dicurigai oleh orang tua.

     Berdasarkan survey yang dilaksanakan Kemenkes tahun 2017 sebanyak 94% siswa pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak 43%, internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/TV sebanyak 17%, Media sosial sebanyak 34%, Majalah sebanyak 19%, Buku sebanyak 26%, dan lain-lain 4%. Data ini menunjukkan betapa dominannya internet ketimbang media teknologi yang lainnya, membuktikkan bahwa mudahnya akses konten dewasa di internet berkontribusi sangat besar terhadap tingginya angka pornografi di kalangan pelajar.

     Faktor kedua adalah norma sosial, ketika seorang pelajar atau remaja mengetahui bahwa temannya melakukan PMO, ada beberapa reaksi yang dapat terjadi. Yang pertama mungkin menganggap normal, yang kedua adalah tidak mencegah ataupun melarang. Kedua tanggapan ini menjadi tanggapan yang paling umum terjadi di tahun 2024 ini. Hal ini didukung karena pemikiran anak muda yang sudah sangat terbuka dan menganggap bahwa PMO sudah wajar untuk memenuhi kebutuhan batin diri sendiri.

     Banyak yang akan merasa biasa saja dan normal karena dirinya sendiri juga sering melakukan kegiatan PMO. Bahkan tidak jarang ada diskusi terbuka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks di sosial media dan hampir semua orang yang berdiskusi pasti sudah beranggapan bahwa PMO merupakan kebutuhan yang wajar dan tidak perlu dibatasi. 

     Faktor ketiga merupakan edukasi seks dan pubertas, ketika seorang pelajar duduk di bangku SMA ataupun kuliah, ini merupakan waktu-waktu dimana dia sedang mengalami pubertas dan tingkat keingintahuan yang tinggi mengenai bagaimana rasanya seks. Dibarengi dengan pubertas dan hormon yang sedang aktif-aktifnya, seorang remaja akan merasa sangat ingin di penuhi kebutuhan seksualnya karena merasa sangat ingin untuk berhubungan seksual. Namun karena seks masih merupakan hal yang sakral di Indonesia, maka banyak yang beralih ke PMO.

     Itu juga didukung dengan rendahnya pendidikan mengenai seks di Indonesia karena banyak generasi senior yang sudah paham mengenai seks yang enggan untuk membahas seks dengan anak muda karena menganggap bukan sesuatu yang wajar untuk dibicarakan. Ini mendorong anak muda menjadi semakin penasaran dan akhirnya belajar serta mencari tahu sendiri, dengan cara mengakses internet yang berujung pada menonton pornografi.

     Mayoritas anak muda yang sudah kecanduan dengan PMO pun menjadi mendukung satu sama lain untuk tidak berhenti karena sudah sesama kecanduan dengan pornografi, dengan ini menjadi batu loncatan bagi satu sama lain untuk merasa tidak apa-apa walaupun sudah tau dirinya kecanduan dengan pornografi yang perlahan-lahan akan merusak tubuhnya. Namun bagaimana sih persisnya pornografi merusak tubuh?

     Menonton  konten dewasa dan melakukan masturbasi memiliki beberapa dampak pada remaja, seringkali dampak-dampak tersebut tidak terlihat secara fisik melainkan secara psikis. Malas belajar, penyendiri, nilai menjadi turun adalah beberapa ciri-ciri yang dapat terlihat pada pecandu konten dewasa dan masturbasi. Dilansir melalui RSUP Dr. Sardjito, dampak-dampak pada pecandu pun ada banyak seperti berikut ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun