Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Baik Buruk Politik Identitas

8 Februari 2019   11:16 Diperbarui: 8 Februari 2019   13:22 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teringat kembali pada pilkada DKI 2017 lalu, dimana begitu banyak trik, intrik yang mengundang kehebohan di negeri ini.

Walau hampir 2 tahun telah berlalu, namun masih membekas dengan sangat lekat dalam ingatan masyarakat, terutama masyarakat DKI, karena para elite politik begitu vulgarnya menggunakan berbagai macam cara untuk meraih kekuasaan.

Bahkan sampai ayat dan mayatpun tidak luput digunakan. Hal ini yang kemudian membuat goresan luka bagi beberapa pihak yang merasa menjadi korban.

Suka atau tidak suka, akhirnya pasangan Anies-Uno berhasil memenangkan pilkada DKI dengan selisih perolehan suara sangat telak yaitu 57,96% berbanding 42,04%.

Daaaan...
Yang membuat goresan paling dalam bagi yang kalah adalah nasib dari calon petahana, Ahok atau yang sekarang dipanggil BTP nasibnya harus berakhir di penjara.

Walaupun...

Pada awal pidato pertama setelah pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, 16 Oktober 2017, sebagai Gubernur DKI yang baru, Anies Baswedan terkesan menunjukan ingin menggandeng kubu yang pernah berseberangan, dengan mengatakan :

"Hari ini, saya dan bang Sandi dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur bukan bagi para pemilih kami saja, tapi bagi seluruh warga Jakarta. Kini saatnya bergandengan sebagai sesama saudara dalam satu rumah untuk memajukan kota Jakarta."

Namun, dalam pidato tersebut, Anies juga melontarkan kata "Pribumi" yang akhirnya menjadi kontroversi dijagat maya.

Bagi sebagian orang tidak mengherankan, dengan isu pribumi yang dilontarkan Anies, mengingat cara kampanyenya yang memainkan politik identitas. Tetapi, bagi sebagian orang lagi pidato Anies tersebut dinilai rasis.

Tentu sangat basi jika kita masih berdebat membahas kembali isi pidato perdana Anies. Oleh sebab itu, disini saya hanya akan membahas politik identitas yang dimainkan kubu pemenang pilkada DKI, karena cara berpolitik itu pula yang kemudian dimainkan kubu Prabowo-Sandi.           

****

Dalam pidatonya, di acara rapat kerja nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (Rakernas LDII) di Pondok Minhajurrosyidin, Jakarta, Kamis 11 Oktober 2018. capres 02, Prabowo menggunakan slogan "Make Indonesia Great Again".

Sebuah slogan yang dianggap orang menjiplak dari Donald Trump, "Make America Great Again", yang akhirnya menjadi polemik di media massa.

Mungkin, yang dimaksud Prabowo dalam slogan tersebut adalah untuk membangkitkan semangat nasionalisme para pendukungnya membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan hebat. Sebuah niat yang sangat baik jika memang maksudnya kearah itu...

Sayangnya...
Kubu Prabowo menjelaskan slogan tersebut secara bertele tele, melintar melintir kemana mana ga jelas (diminta beli bukunya?).

Yang lucunya, dalam kesempatan itu malah dipakai untuk menyerang pemerintah, padahal pemerintah saat ini sedang sibuk membangun...

Saya curiga ada sesuatu di balik ketakutan itu. Saya ikut khawatir, jika orang-orang ini takut sebab selama ini mereka telah melepaskan mimpi untuk membesarkan Indonesia. Menanggalkan kepercayaan diri bahwa kita bangsa Indonesia tidak hanya mampu jadi tuan rumah di negeri sendiri tetapi juga mampu menjadi negara besar di tengah negara bangsa lainnya.

Mereka yang tidak mau Indonesia jaya, tidak pula ingin tanah air Indonesia untuk bangsa Indonesia adalah para pencari "rente" di balik mandegnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka lah para pengambil untung di tengah-tengah kondisi ekonomi rakyat kita yang buntung. Kita, bangsa Indonesia, seharusnya tidak memberi tempat untuk orang-orang ini.

Para pendukungnya mungkin (mungkin yah...) banyak yang menjadi gagal paham sehingga implementasinya dilapangan justru sangat jauh berbeda, ibarat jauh panggang dari api. Oleh sebab itu beberapa diantaranya keliatan menjadi anti terhadap perbedaan bahkan kearah rasis.

Saya tidak terlalu menyalahkan mereka, karena dalam beberapa kesempatan Prabowo juga sering membuat statement yang lucu dan aneh.

Contohnya, Jika Prabowo terpilih menjadi presiden, Indonesia tidak akan impor barang (Kompas), Indonesia tidak mau berhutang (Detik), Indonesia tidak akan tergantung negara lain (Rmol) dan lain sebagainya. Yang intinya Prabowo ingin menunjukan kepada pendukungnya bahwa ia hebat dan berbeda.


Mari kita perhatikan 3 contoh diatas...

-Apakah mungkin sebuah negara tidak mendatangkan barang (impor) dari negara lain?
-Apakah mungkin sebuah negara tidak berhutang?
-Apakah mungkin sebuah negara tidak tergantung dengan negara lain?

Lhaaa..

Ini koq malah seperti ingin mengembargo negara sendiri kan?

Korea Utara adalah salah satu contoh negara yang paling banyak mendapat embargo dari negera lain, tidak heran jika Korut tertinggal sangat jauh dengan saudaranya, Korea Selatan... 

Akibatnya kita semua tau. Rakyat Korut hidup amat sangat sengsara...

Miris...

Jadiiii...

Bagaimana mungkin bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar jika ingin mengucilkan diri seperti Korut?

Bagaimana mungkin bangsa ini akan menjadi bangsa yang hebat jika tidak mau menggunakan produk asing yang barangnya belum bisa dibuat oleh bangsa sendiri. (Contoh mudahnya, Pesawat, Mobil, dan produk mesin lain).

Daaan..

Sependek pengetahuan saya, hampir seluruh negara di dunia punya hutang.

Coba cek faktanya, justru negara negera super power yang masuk didalam daftar sebagai 10 negara penghutang terbesar, Amerika Serikat, Jepang, China, Italia, Perancis, Jerman, Inggris, Brazil, India dan Kanada.

Dan hanya negara negara kecil saja yang tidak punya hutang seperti Macau, Anguilla, British Virgin Island, Liechtenstein, Palau, Niue, Wallis Dan Futuna.

Silahkan saja pilih, kita akan disetarakan dengan bangsa yang mana? Tanpa bermaksud merendahkan, apakah kubu 02 akan membuat bangsa ini setara dengan negara Palau, Niue atau Anguilla?

Mohon maaf, karena keterbatasan saya tidak akan membahas masalah hutang negara dan ekonomi. Silahkan baca Tempo : Chatib Basri: Hanya di Indonesia Utang Jadi Isu Politik

****

Kembali kejudul yaitu politik identitas yang dimainkan kubu 02.

Secara garis besar -seperti yang saya tulis diatas- politik identitas bisa menjadi sangat baik jika tujuannya untuk membangkitkan semangat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan hebat. Terutama jika digunakan untuk slogan produk barang, pariwisata, jati diri dan lain lain.

Sebagai contoh, slogan iklan "Cintailah Produk Produk Indonesia", "Pesona Indonesia, Wonderful Indonesia", "Aku Cinta Indonesia" dan lain sebagainya.

travel.tribunnews.com
travel.tribunnews.com
Contoh lain adalah bangsa Jepang. Mereka begitu mencintai dan bangga pada bangsanya sendiri. Oleh sebab itu, tidak heran jika mereka bisa cepat bangkit menjadi negara maju dari yang tadinya hancur luluh saat perang dunia kedua berakhir. Mereka tidak anti perbedaan bahkan rasis kepada bangsa sendiri.

Sejak beberapa waktu ini, isu yang paling heboh adalah maraknya orang asing atau tenaga kerja asing dari Tiongkok yang masuk ke Indonesia, yang kemudian diterjemahkan menjadi orang China.

Oleh para elite politik isu ini terus menerus dihembuskan dari waktu ke waktu. Bahkan ada beberapa media mainstream dan tipi yang secara khusus menggiring opini telah terjadi serbuan tenaga kerja asing di negeri ini.

Walaupun, pemerintah sudah sering kali membantah dengan banyak data tapi isu ini tetap saja marak. 

Contoh terakhir, saat terjadi banjir di Sulawesi Selatan. Mirisnya, disaat ada rakyat yang tertimpa musibah malah digunakan untuk menyebar  HOAX, narasinya adalah banyak TKA dari Tiongkok yang berhamburan keluar ( Silahkan cari di youtube dengan kata kunci banjir di Sulawesi Selatan).

Ini faktanya : Benarkah video puluhan ribu TKA China berulah di Morowali

Polisi Tangkap Kreator Hoax Tenaga Kerja Asing Demo di Morowali Begini Modusnya

Sekali lagi implementasinya mengenai orang asing dari Tiongkok ini, diakar rumput yang menjadi bias. Sebagian para pendukung kubu 02, menterjemahkannya menjadi orang Tionghoa bukan negara Tiongkok.

Sehingga yang terlihat dipermukaan malah berbau SARA, menjadi anti terhadap warga Tionghoa, anti terhadap perbedaan, suku, agama dan budaya lain...

Pertanyaannya..

Apakah para elite politik yang memainkan isu tersebut sadar bahwa telah terjadi salah kaprah  diakar rumput tentang masalah ini? Lalu, kenapa para elite tidak menjelaskan perbedaannya? Atau memang sengaja membiarkan?

Catatan :

-Mencintai dan bangga pada bangsa sendiri, JANGAN diterjemahkan menjadi benci kepada bangsa lain atau yang lebih konyol lagi anti perbedaan pada bangsa sendiri. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku, etnis, adat dan agama. Maka akan menjadi sangat rentan apabila tidak hati hati dalam memainkan politik identitas, sehingga jika terjadi salah kaprah, akibatnya bisa memecah belah bangsa ini

Silahkan baca juga :

11 Kali Tersangka, Akhirnya Ahmad Dhani Dipenjara

Ahmad Dhani Serang Ahok dengan Isu SARA

Soal Identitas: Catatan Keturunan Tionghoa yang Tak Terlihat seperti Orang Tionghoa

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun