Tim suksesnya segera mencari, mana peluang yang paling memungkinkan untuk menaikan elektabilitas Anies-Sandi yang masih jeblok.
Berdasarkan teori pendukung setia, berarti hanya tinggal satu peluang yang memungkinkan yaitu mengambil apa yang sudah didapat oleh AHY, yang secara jelasnya belum punya banyak pendukung setia. Selain itu lebih mudah dilakukan. Jika mereka ingin mengambil dari kubu Ahok-Djarot kemungkinannya sangat kecil karena Ahok-Djarot sudah memiliki pendukung setia.
Maka dari itu kubu Anies-Sandi lalu beralih haluan. Mereka cepat berbalik arah menggunakan strategi yang sama dengan kubu AHY-Sylvi yaitu mendekati kelompok agama.
Disitulah hebatnya...
Makanya pada beberapa minggu terakhir pencoblosan, kubu Anies-Sandi terlihat rajin mendatangi kelompok kelompok keagamaan.
Setelah melihat beberapa kelebihan yang dimiliki Anies, berupa cara komunikasi atau mulut manisnya, maka sedikit demi sedikit, para pendukung AHY berpaling ke Anies-Sandi.
Faktanya, sejak minggu minggu terakhir, elektabilitas Anies-Sandi melonjak drastis.
“Serangan” ini tidak segera diatasi dan tidak diantisipasi oleh tim sukses Agus-Sylvi. Mungkin, sedari awal mereka juga tidak menduga kubu Anies-Sandi bakal menggunakan strategi yang sama, mengingat Anies beberapa kali berbeda pendapat dengan kelompok yang mendukung AHY.
*(Ada teman saya mengatakan, kubu Anies memang sengaja melakukannya pada minggu minggu terakhir, supaya komunitas keagaaman ini tidak berbalik arah lagi. Alasannya Anies-Sandi memang sejak awal didukung PKS)
Kemudian diperparah lagi pada sesi debat.
Baru pada debat pertama, mpok Sylvi sudah "dibully". Tentu kita tidak lupa siapa yang pertama kali membully mpok Sylvi dengan pernyataan “Ga nyambung” kan?