Sebaliknya Ahok-Djarot "meminta uang" dari para pendukungnya dengan cara mengadakan acara jamuan makan berbayar, dengan tarif 2,5 juta dan 5 juta. Â Santapan Lontong Sayur Seharga Rp 5 Juta bersama Ahok-Djarot.
Dan gilanya lagi, pasangan Ahok-Djarot yang justru meminta sumbangan pada warga DKI untuk kampanye mereka.
Dukung Kampanye Bebas Politik Uang dengan Donasimu
Jadi silahkan nilai sendiri mana pasangan yang cocok untuk menjadi pemimpin DKI yang serba ruwet.Â
Mau yang ngasih duit doang tapi tidak bisa kerja, atau malah yang minta duit tapi bisa kerja?
***
Pasangan Ahok-Djarot -yang sudah terbukti kerja nyatanya- ingin melanjutkan pekerjaannya yang belum tuntas. Tapi hal itu tidak mudah dilakukan. Begitu banyak rintangan yang harus dilalui.
Terutama pihak yang selama ini merasa dirugikan. Padahal mereka sudah merancang dengan aksi sulap menyulap sedemikian rupa, membuat anggaran siluman.
Aksi bersih dan transparan yang dilakukan Jokowi-Ahok-Djarot dengan cara menerapkan e-budgeting, membuat banyak pihak yang dulunya biasa mengelabui proyek, sekarang tidak bisa lagi.
Ahok juga ingin agar warga DKI mendapat pelayanan yang baik dari pemerintah. Oleh sebab itu, ia harus berusaha keras mengubah perilaku bawahannya. Para pekerja yang awalnya sudah merasa nyaman, tidak bekerja tapi dapat gaji dan kadang bisa main proyek siluman, sekarang mereka harus fokus kerja keras untuk warga.Â