Pada kenyataan yang terjadi sekarang sangat beda.Â
Sadar jika pers mempunya kekuatan yang luar biasa besar, oleh sebab itu banyak orang atau pemilik modal berlomba-lomba membuat media. Entah media online maupun media tipi. Yang nantinya akan digunakan oleh pemiliknya untuk kepentingan pribadi dan golongannya (partai), bukan digunakan untuk kepentingan masyarakat yang lebih besar.
Berita ataupun artikel yang mereka sajikan hanya untuk kepentingan pihaknya saja, makanya seringkali berita atau artikelnya sangat tidak berimbang, bahkan seringkali tanpa ada konfirmasi dari pihak terkait.
Pemilik media sangat sadar dan tahu persis, betapa besarnya kekuatan sebuah berita bagi masyarakat. Oleh sebab itu, banyak media sekarang yang dipergunakan oleh pemiliknya untuk kepentingannya pribadi dan golongannya sendiri (partai), bukan untuk kepentingan masyarakat yang lebih banyak.
Mereka menyajikan berita bukan hanya yang dianggap menguntungkan pihaknya saja, tapi sangat tidak berimbang, tanpa ada konfirmasi lagi dari pihak terkait.
Ini, bisa dilihat secara jelas waktu kampanye pilpres kemarin dan masih terus begitu sampai sekarang kan? Dimana ada tipi sebelah yang selalu tampil beda (karena memang motonya begitu). Dimana media ini selalu memuat berita yang beda dari kenyataan sebenarnya. Sekalipun mereka mengundang narasumber tapi yang dianggap bisa menguntungkannya saja.
Ok, sekarang sudah jelas dan tidak bisa disanggah lagi, bahwa media manapun pastinya punya kepentingan dalam pemuatan berita.
***
Beberapa minggu belakangan ini, telah terjadi kehebohan terkait pemberitaan salah satu media terbesar di Indonesia, yaitu Tempo.
Tempo tiba tiba memuat berita heboh tentang adanya bocoran dari penyidik KPK, BAP pemeriksaan Dirut APL, Ariesman Widjaja yang menyebutkan adanya barter  dana penggusuran Kalijodo dengan penurunan kontribusi pengembang proyek reklamasi pantai, antara APL dengan Ahok.
Setelahnya beredar dokumen dikalangan wartawan seperti gambar di bawah ini.