Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahok, Susi, Nelayan, dan Reklamasi Pantai

10 April 2016   08:08 Diperbarui: 5 Mei 2016   04:12 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, kalau politisi yang bicara tentang lingkungan hidup, itu bisa juga masuk akal, tapi perlu ditanya lagi, masuk akal siapa? Akal mereka aja atau akal akalan? Atau jangan jangan malah akal meong garong (yang biasa jaga lengah doang...Wakakaka...)

Jangan menjual kemiskinan atau orang miskin untuk meraih keuntungan! Lucunya, setiap kali ada masalah, orang miskin selalu jadi alasan. Kemiskinan rakyat,  dijadikan tameng hanya untuk membangun opini.

Duh, Tuan, Nyonya, Oom, Tante, Mas, Mbak, dari kemarin kemana aja sih? Koq baru ribut sekarang?

Tapi kalau saja Walhi yang berbicara tentang lingkungan hidup, itu beneran sangat masuk akal (Aneh ya, mengapa Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, tidak pernah bicara sama sekali?).

Begitu juga jika nelayan sendiri yang bicara tentang lingkungan hidup dan segala macam tetek bengek soal laut, saya juga bisa ketawa.

Koq, mengapa malah ketawain nelayan? Eiittts...Jangan sensi dulu dong...

Sekarang mari kita lihat gambar dibawah ini...

[caption caption="Sampah di teluk Jakarta. | | Sumber Gambar: reklamasitelukjkt.blogspot.co.id"]

[/caption]

[caption caption="Miris ga sih lihat anak bermain di pantai yang kotor seperti itu? | Sumber Gambar: nasional.republika.co.id"]

[/caption]

"Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), menyatakan 80 persen lingkungan di perairan Teluk Jakarta tercemar berat karena limbah industri dan rumah tangga."

[caption caption="Lihatlah, sampah disekeliling perahu nelayan. | Sumber Gambar: foto.tempo.co"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun