Apabila tuduhan itu terus dibiarkan, berarti kita, yang ingin Kompasiana berkembang menjadi rumah sehat, tempat orang berinteraksi, wadah blogger terbesar di Indonesia yang sedang menanjak ratingnya, yang sekarang terkenal dengan logo Kriko yang riuh rendah, ingin menjadi sepi, sunyi seperti kuburan sewaktu habis pilpres lalu.
Patut untuk ditanyakan, apakah yang membuat tuduhan itu tidak senang akan keramaian Kompasiana? Atau tidak senang jika rating Kompasiana naik?
TOLONG PERTANYAAN INI DIJAWAB DENGAN JUJUR...
Silahkan dicek lagi, berapa banyak pemilik akun orang orang top di negeri ini, atau banyak juga akun baru dan lama, tapi mereka tidak mau berinteraksi. Setelah membuat tulisan, mereka lalu logout, tanpa pernah menyambangi lapak siapapun, bahkan membalas komentar dilapaknya sendiripun tidak mau.
-Apakah saya salah, sering berinteraksi dengan para sahabat di Kompasiana?
-Apakah saya salah, jika mempunyai waktu lebih banyak di depan komputer dibanding dengan yang lain, sehingga bisa mengomentari dan memvote tulisan orang lain?
-Apakah sebuah hal yang tabu dan haram, mengomentari dan mem vote tulisan orang lain, sehingga dijatuhkan tuduhan sebagai mafia voter?
-Jika pada akhirnya apa yang saya lakukan –mengomentari dan mem vote tulisan orang lain- lalu dibalas orang, dengan mengomentari dan mem vote tulisan saya, apakah itu sebuah aib yang harus dihujat sebagai mafia voter?
-Serendah itukah, saya dan para sahabat yang mem vote tulisan saya?
Harapan saya, semoga saja tuduhan yang terkesan ngawur dan sembarangan ini (karena tanpa bukti), bukan karena merasa iri dan dengki dengan apa yang sudah dicapai oleh Kompasiianer lainnya saja. Kalau karena sekedar iri atau memang cuma mau cari perhatian saja, kenapa ga ikutin cara yang diterapkan oleh Kompasiana yaitu Sharing and Connecting, atau masih banyak juga koq cara yang bisa dilakukan, tapi sebaiknya jangan pake cara cara mendiskreditkan orang lain.
Silahkan para sahabat Kompasianer yang saya sayangi dan saya kagumi, menilai sendiri bukti gambar di bawah ini...