Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kisruh PSSI, Jangan Mau Diadu Domba

3 November 2015   05:47 Diperbarui: 3 November 2015   07:17 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang telah terbukti, mereka dengan rela mempermalukan bangsa ini, dengan menunjukan borok di depan bangsa lain. Mereka semua tidak tahu malu, bertengkar di depan orang asing! Bahkan ramai ramai, dengan suka cita menyambut pihak asing, untuk menengahi permasalahan di negeri sendiri!

Jangan bilang, ini sepak bola, bung! Harus FIFA sebagai organisasi tertinggi yang harus menengahi, karena mereka yang mengerti aturan organisasi sepakbola! Dan alasan Bla bla bla... lainnya, yang pada dasarnya hanya menunjukan bahwa bangsa ini tidak bisa mengatur dirinya sendiri. Dan Itu konyol!

Tidak perlu saya terangkan lebih lanjut, silahkan debat saya di kolom komentar. Nanti bisa saya jelaskan. Ok?

Kita, Aku dan Kamu, malah mendukung orang yang menunjukan kepada dunia, seperti ini...
“ Ini lho Indonesia, negeri yang senang bertengkar!
“Ini lho Indonesia,  bangsa yang besar yang tidak bisa mengatur negerinya sendiri.”
“Datanglah kesini, ke Indonesia, lihat kami sedang bertengkar!
“Tolong, pisahin kami dong! Kami sudah besar tapi ga tau cara berdamai, bantu kami berdamai dong...”

Para sahabat Kompasianer yang saya kagumi dan saya sayangi semuanya...

Jangan menutup mata, sepakbola dan PSSI sudah sejak lama tidak punya prestasi yang membanggakan bangsa Indonesia. Negara yang sangat besar ini, seakan tidak mampu mencetak duapuluhan anak-anak muda, yang bisa bermain sepakbola dengan baik.

Apakah ga miris, melihat kenyataan bahwa salah satu negeri besar, yang masyarakatnya kebanyakan sebagai pencinta sepakbola, justru tidak ada yang mampu bermain sepakbola? Pembicaraan dan pertanyaan itu, sudah berpuluh tahun lalu, dikeluhkan masyarakat kita. Dari tingkat warung kopi, sampai akhirnya gaungnya menjadi membicaraan tingkat nasional di tipi tipi, tapi apakah setelahnya ada perubahan?

Pernah, beberapa kali terlihat grafik yang menanjak, kemudian melorot lagi. Pernah, pada beberapa era ada setitik harapan, tapi kemudian layu sebelum berkembang. Tidak pernah bisa membuat grafik dan prestasi itu, naik sedikit demi sedikit, tapi justru terus melorot dan melorot, tertinggal jauh dengan negara lainnya.

Prestasi sepakbola Indonesia, tidak pernah lagi membawa rasa bangga pada rakyat dan negara ini. Sorak sorai ribuan pendukung timnas dilapangan, hanya bisa membangkitkan semangat dan menambah daya juang para pemain, tapi tidak bisa mencetak kemenangan.

Dalam tiap event internasional, dimulai dari Sea Games, Asian Games atau penyisihan World Cup, timnas Indonesia selalu membawa pulang pemain dan penonton, dalam keadaan tertunduk.

Kalah! Kekalahan! Melulu, kedua kata itulah yang melingkari timnas Indonesia. Kemudian semua sibuk saling tuding, mencari kambing hitam untuk disalahkan, sibuk membuat komentar bla bla bla...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun