[caption caption="stop plagiarisme (learningmatters.viu.ca"][/caption]
Aksi plagiarisme atau penjiplakan bukan kali ini saja terjadi, tapi sudah berlangsung sejak lama. Ditengah tekanan arus deras informasi, dimana kecepatan menjadi yang utama dibanding dengan ketepatan, membuat banyak orang/pihak tidak mau berlelah lelah mencari berita, untuk kemudian merangkum dan menuliskannya, berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Sebuah proses yang tidak mudah bagi sebagian besar orang.
Media yang lambat menampilkan berita, membuat berita bagus menjadi basi. Maka seiring waktu akan ditinggal oleh pembacanya, kecuali media tersebut memang sudah punya kalangan pembacanya sendiri. Berbeda dengan media yang baru berdiri, jika ingin eksis, mereka harus cepat menampilkan berita. Tidak aneh, jika ada media online yang isi tulisannya cuma seuprit aja dan hebatnya media itu termasuk yang paling tinggi ratingnya.
Tidak ada alasan lain, selain tergiur oleh hasil yang begitu besar, sehingga membuat banyak orang ngiler, lalu beramai ramai untuk mendirikan website berita online atau blog seperti Kompasiana ini. Sayangnya usaha mereka tidak diiringi dengan skill dan kerja keras. Mereka lebih memilih jalur mudah, singkat dan praktis, yaitu mengcopy berita atau tulisan dari media lain tanpa merasa bersalah sama sekali.
Konyolnya, ketika melakukan aksinya, seringkali pelaku tidak membaca secara utuh tulisan yang dijiplaknya, sehingga banyak kali terjadi, ada berita heboh yang setelah diselidiki, ternyata hanya HOAX atau lelucon semata. Bahkan website sekelas National Geographic pun pernah melakukan kekonyolan ini. (silahkan dilihat di tulisan ini)
Masih mending jika tulisan dijiplak dengan menyertakan link sumber tulisan, sehingga bisa dibilang ikut mengangkat nama sumber (penulis)tersebut, atau bisa dibilang sebagai ajang promo gratis. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh tim IT, supaya bisa melindungi tulisannya dari aksi Plagiarisme, tapi mungkin karena pemikiran promo gratis inilah, sehingga media online tidak melakukannya.
Ada beberapa sikap penulis, yang hasil karyanya di copas media lain, ada yang santai tidak perduli, ada jengkel dan ada juga yang senang.
Bagi saya pribadi, mungkin sama seperti kebanyakan media, tidak masalah tulisan saya dicomot oleh media lain, sepanjang masih menyertakan link sumber penulis atau tulisan aslinya. Apalagi jika ada beberapa tulisan saya, yang saling berkaitan satu sama lainnya. Jadi menyertakan link sumber tulisan, dimaksud bukan cuma sebagai promo saja, tapi supaya pembaca bisa membaca secara utuh tulisan itu, sehingga nantinya tidak terjadi salah paham atau salah menterjemahkan tulisan itu.
Hal yang paling menjengkelkan adalah, ketika sebuah tulisan yang dibuat susah payah, dijiplak seutuhnya tanpa menyertakan sumber sama sekali, atau gilanya dipotong sebagian menurut yang mereka mau/suka saja bahkan ada yang sudah gila ditambah dengan kreatif, yaitu memotong yang disuka dan menambahkan dengan segala macam opini menyesatkan . Aksi yang seperti itulah yang nantinya bisa menyebabkan salah pengertian dalam memaknai tulisan itu.
Untuk itu saya pernah menulis supaya tulisan kita tidak mudah dicopas. Cara mudah dan sederhana menangkal copas. Ditulisan itu, bisa dilihat bahwa aksi pencuri bisa membuat gaduh se Indonesia dan ditulisan itu saya hanya memakai cara sama sekali tidak sukar. Silahkan dipakai caranya, mudah koq...
Aksi penculikan tulisan tidak membuat bangga sang penculik, namun sudah jelas untuk mencari keuntungan materi dan kepentingan lainnya, sedangkan penulis yang karyanya diculik tidak punya daya apa apa selain cuma bisa ngoceh dan jengkel aja.
Saya lihat, apa yang dilakukan oleh infonetizen,com, bukan baru kali ini atau beberapa minggu ini saja, tapi mereka sudah melakukannya sejak tahun 2014 lalu, dan bukan hanya Kompasiana saja yang dicuri tulisannya tapi ada beberapa website lainnya.
Bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Pencurian sudah terjadi sejak 18 Oktober 2014 lalu tulisan Bem Simpaka yang ditulis tanggal 15 Oktober dan dipublis tanggal 18 Oktober 2014.
Â
[caption caption="http://infonetizen.com/article/detail/pilkada-langsung-menabrak-dasar-negara"]
[caption caption="http://www.kompasiana.com/bem_simpaka/pilkada-langsung-menabrak-dasar-negara_54f5cf71a333111c1f8b4596"]
Dari yang saya lihat, ada beberapa tulisan yang memang tidak menyertakan sumber, salah satunya tulisan Abadon karya Desol, saya ga tau apakah memang namanya ga ikut ke copas atau memang sengaja, tapi kalau dilihat secara keseluruhan, mereka lebih banyak menyertakan nama penulis dan website sumber tulisan.
Nah, sekarang tinggal kebijakan dari pengelola website yang penulisnya melakukan aksi plagiarisme, apakah memang diperkenankan mengcopas secara utuh atau tidak (kalau saya menurut saya, pihak infonetizen masa bodo, cuek bebek, tidak perduli, yang penting ada tulisan) atau kebijakan pihak Pengelola Kompasiana, yang sudah jelas telah memberi peringatan http://www.kompasiana.com/syarat-ketentuan
Catatan :
Saya tidak tahu, apakah ada aturan atau etika, yang mengatur harus menyertakan link sumber tulisan. Mengenai undang undang, yang saya tahu hanya Undang Undang Hak Cipta, apakah tulisan kita termasuk dilindung oleh Undang Undang Hak Cipta?
Â
Salam Damai...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H