Narkoba Dalam Penjara, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab??
Sejujurnya saya katakan, walaupun saya sering memaki bandar narkoba, tapi kalau ada salah satu sahabat saya ternyata sudah menjadi bandar narkoba, yang kemudian bertemu muka, saya belum bisa secara langsung memakinya.
Mungkin saya hanya bisa sedikit menghindar kalau kebetulan ketemu di jalan, atau tidak datang ketika di undang dalam pertemuannya, tapi kalau memang sengaja langsung pergi untuk menghindar dari pertemuan itu, saya belum tentu bisa.
Padahal, apa sih yang saya cari?
(Sebelumnya saya mohon maaf, ga ada niat sama sekali buat nyombongin diri atau narsis.)
Kehidupan kami tidak kaya, tapi sampai saat ini, saya belum butuh BLT atau bantuan yang sejenis dari pemerintah. Begitu juga dengan hubungan keluarga saya, biarpun saya sering tidur malem atau pagi, hubungan kami sekeluarga baik baik aja koq. Hal yang sama juga dengan di medsos, walaupun sekarang cuma punya akun Kompasiana sama Google+ doang, tapi saya yakin, sudah banyak orang yang tau saya di Kompasiana.
Sekali lagi maaf...
Akan sangat jauh bedanya jika saya tidak punya itu semua. Saya bisa tergiur dengan apa yang diiming iminginya. Saya bisa terpengaruh, ingin ikut masuk ke dalam ruang lingkup pergaulan sewaktu masih muda dulu atau saya ingin menjadi terkenal seperti Anggita Sari itu.
Baca juga : Kaitan antara Korupsi, Narkoba dan Anggita Sari yang Tidak dijerat dengan Pasal Narkoba
Kenapa banyak orang bisa berlaku jujur, saya ga bisa??? Pertanyaan itu yang terus menghantui pikiran saya. Apa sih motif saya? Kenapa saya takut, tidak berani menunjukan kebenaran? Kenapa saya ga berani jujur??
Dari situ, terbukti bahwa saya memang bodoh, saya memang lemah, tidak berani mengambil sikap dan saya tidak berani jujur walaupun hanya kepada diri sendiri.