Uang 3H (Halal, Haram dan Hantam) yang pada pemerintahan lalu sangat banyak beredar, sekarang hanya sedikit. Para pejabat sekarang, tidak bisa berfoya foya menghamburkan uang semaunya. Mereka juga tidak bisa lagi membeli barang barang seenaknya dengan harga gila gilaan.
Perusahaan dan pengusaha yang biasanya bekerja sama dengan para pejabat untuk menggelembungkan harga, bisa dipastikan segera gulung tikar, karena tidak dapat pesanan lagi dari pejabat. Tempat hiburan malam –tempat para pejabat dan pengusaha membuang uang- menjadi lebih sepi karena tidak ada lagi pejabat dan pengusaha membuang uang disana.
Sebenarnya niat Presiden Jokowi -yang sangat polos dan jujur- tidak lain hanya ingin supaya dana anggaran negara bisa tepat sampai kepada rakyat -tidak berceceran kemana mana- tapi justru hal inilah yang membuat para koruptor menjadi geram, jengkel, panik dan dendam.
Nah, sekarang semakin jelas kan?
Dengan mengangkat menteri dan pejabat yang bersih, Jokowi sudah melempar para koruptor ke lahan kering dan tandus sehingga mereka sekarang megap megap, seperti ikan kekurangan air.
Dengan kebijakan Jokowi yang pro rakyat dan ingin menciptakan pemerintah yang bersih, otomatis kekuatan koruptor semakin bertambah, karena masuk lagi satu kekuatan besar yaitu pengusaha kotor, yang dulu menjadi mitra pemerintah, sekarang menjadi musuh pemerintah.
Bisa dibayangkan betapa murkanya mereka, kan? Betapa besarnya kekuatan mereka, kan? Dengan semakin besarnya kekuatan mereka sekarang, lalu secara bersama sama menggunakan kekayaan yang super duper, kerjasama yang terorganisir dan jumlah yang semakin banyak, mereka mencari akal untuk mempengaruhi ekonomi Indonesia.
Itu yang perlu diwaspadai oleh kita semua!!!
Sebagai rakyat, kita harus waspada terhadap ulah para koruptor yang semakin banyak akal! Jangan biarkan mereka terus berkembang biak menghancurkan dan memecah belah bangsa ini!
Ingat, pada saat sekarang akan banyak pihak yang ingin mengail di air keruh. Mereka tahu bahwa banyak rakyat yang mudah termakan isu, apalagi kalau itu menyangkut SARA. Ramai Petisi Online "Stop Kebencian", Ada Kasus Apa? Kompas.com