Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kisah Pilu dibalik Perang Dunia II

8 Agustus 2015   23:48 Diperbarui: 9 Agustus 2015   06:37 3975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini untuk mengenang bukan hanya korban PD II saja, tapi untuk seluruh korban perang di dunia. Saya mengucapkan turut berduka cita yang sedalam dalamnya untuk semua korban perang dimanapun berada.

Sebelumnya, saya mohon maaf jika saya menceritakan film ini agak detail dan panjang kali lebar, karena film ini adalah film tahun 2014 lalu, jadi menurut saya film ini sudah tidak akan ada lagi di bioskop.

Menjelang tanggal 9 Agustus 1945, saat penjatuhan Fat Man ke kota Nagasaki, yang diiringi dengan berakhirnya Perang Dunia II, saya ingin, kita melihat sekelumit kisah yang terjadi di sebuah pulau, yang jauh di sebelah Utara Jepang.

Pulau Shikotan (Pulau Shpanberg) adalah salah satu pulau besar di Kepulauan Kuril , yang sebenarnya tidak terkena dampak langsung akibat pengeboman kota Nagasaki dan Hiroshima karena letaknya berada jauh sebelah Timur, di lepas pantai Semenanjung Nemuro, Hokkaido, Jepang.

Sampai saat ini Pulau Shikotan masih dalam sengketa antara Rusia dan Jepang.

*****

Giovani’s Island (Jobanni no shima ジョバンニの島 ) adalah sebuah film animasi Jepang, yang di produksi oleh Warner Bros. Film bergenre drama-sejarah Jepang ini, mendapat rating 7.4 IMDb, sangat layak ditonton bersama keluarga.

Film yang berdurasi 101 menit ini, sungguh bisa menguras perasaan. Jika ingin menonton, siapkan dulu tissue yang banyak, ya.

Film ini diawali oleh sekelompok orang yang ingin berkunjung ke pulau Shikotan, dimana ada diantaranya pernah tinggal disana. Junpei dan Sawako -mantan guru sekolahnya dulu- mempunyai banyak kenangan indah yang takkan terlupakan ketika mereka di pulau ini, 50 tahun yang lalu.

Kenangan itu dimulai dari kehidupan sehari hari masyarakat pulau Shikotan, pada masa hampir berakhirnya Perang Dunia II. Kehidupan masyarakat pulau Shikotan yang tenang dan damai, sebenarnya tidak terganggu oleh perang.

Tinggal di pulau itu, kakak beradik Junpei dan Kanta -keduanya masih ABG- bersama Mitchan pembantunya, ayah dan kakeknya. Kadang mampir Hideo, pamannya yang tidak tentu tempat tinggalnya.

Tatsuo, ayah mereka sebenar adalah seorang kepala pemadam kebakaran desa, namun setelah Jepang menyerah, Tatsuo ditugasi menjadi komandan badan pertahanan . Sang Kakek adalah seorang nelayan. Sedangkan ibu mereka sudah lama meninggal.

Waktu itu di Pulau Shikotan, sudah ada rel kereta api, walaupun kereta yang sebenarnya belum pernah ada, bahkan listrikpun belum ada. Kanta memiliki mainan berupa lokomotif kereta api listrik, pemberian ayahnya.

Layaknya anak anak, kereta listrik mainan itu memberi imajinasi, seakan akan bisa membawa mereka pergi kemana saja, bahkan ke galaxy Bima Sakti atau keluar dunia sekalipun.

*Catatan

Junpei dan Kanta terobsesi oleh novel fantasi yang setiap hari dibacanya. Novel itu sebenarnya adalah novel religi yang berjudul 銀河鉄道の夜 Ginga Tetsudō no Yoru (Night on the Galactic Railroad) yang ditulis oleh Kenji Miyazawa sekitar tahun 1927. Novel yang menceritakan tentang Giovani , seorang bocah yang berasal dari sebuah keluarga miskin. Suatu malam, Giovani merasa pergi bersama teman baiknya Campanella dengan menumpang kereta yang bisa mengantarnya ke Galaxy Bima Sakti atau kemana saja menembus batas dunia.

Ketika Semenanjung Nemuro, Hokaido, dibombardir oleh tentara sekutu, dari kejauhan mereka bisa melihat bagaimana pesawat sekutu menjatuhkan bom dan menghancurkan kota. Pada tanggal 15 Agustus 1945, seluruh penduduk pulau mendengarkan lewat radio bahwa pemerintah Jepang akhirnya menyerah pada sekutu.

Pada saat Pemerintah Jepang menyerah kepada sekutu, awalnya tidak membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pulau Shikotan. Semua masih berjalan seperti biasa. Penduduk pulau masih melakukan aktivitas kehidupan sehari hari, yang nelayan masih mencari ikan di laut, dan anak anak masih pergi ke sekolah yang diajar oleh seorang guru yang bernama Sawako.

(Ada benarnya apa yang ditulis Kompas.com, menurut Direktur Studi Asia di Universitas Temple University, Tokyo, Jeffery Kingston, mengatakan, bom itu tak memiliki dampak seperti yang diharapkan Amerika.

"Jika Anda melihatnya dari perspektif militer Jepang, tak ada perbedaan besar apakah orang mati dari bom biasa atau bom atom ... itu hanya dipandang sebagai kehancuran dua pusat kota,” utaranya)

Tanggal 1 September 1945, ketenangan penduduk pulau terusik, ketika mereka kedatangan tamu istimewa yaitu tentara merah Uni Sovyet, yang mereka juluki “Russkies”

Kedatangan tentara merah ke Pulau Shikotan untuk mengambil alih pulau dari pemerintah Jepang. Seluruh pasukan Jepang yang berada di Pulau Shikotan dilucuti, mereka disuruh berbaris untuk di kirim ke Siberia sebagai pekerja paksa yang pastinya tidak akan bisa pulang lagi. Tentara Uni Sovyet merampok harta penduduk yang sebenarnya sudah miskin.

Ketenangan guru sekolah Sawako teruji ketika tentara Uni Sovyet memasuki ruang kelas. Sawako tetap menyuruh murid muridnya menyelesaikan soal matematika yang baru dibuatnya di papan tulis, sementara tentara Uni Sovyet ada dalam kelas. Itu salah satu bukti kehebatan Sawako ketika menghadapi situasi genting.

Hari berlalu, situasi politik semakin tidak menentu. Banyak penduduk yang pergi meninggalkan pulau dan hilang di lautan terkena badai. Namun Kenzo, kakek mereka memutuskan untuk tetap bertahan di pulau.

Tentara Uni Sovyet lalu mendatangkan keluarganya ke Pulau Shikotan. Jadi, penduduk Jepang harus mengalah. Mereka harus berbagi bukan hanya ruang kelas saja, tapi juga rumah mereka. Rumah kakek mereka diambil oleh komandan pasukan Sovyet, sehingga mereka harus tinggal bersama kuda, disebelah rumahnya. (Inilah awal kedatangan orang Rusia yang menjadi salah satu sebab mengapa di Pulau Shikotan banyak terdapat orang Rusia)

Beruntung mereka mempunyai Hideo, sang paman yang bisa mengalihkan perhatian dari kesedihan dan menghibur dengan membawakan banyak mainan hasil curiannya, terutama sebuah gerbong kereta yang bisa menyambung ke lokomotif sebelumnya, berikut dengan rel keretanya.

Hideo juga mempunyai peran penting bagi keluarganya karena ia menjadi juru penolong yang sering membawakan makanan bagi mereka pada saat kelaparan.

Di sekolah, banyak hal yang sangat menarik. Mengingat mereka berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda dan berada di kelas yang bersebelahan -hanya bersekat dengan dinding tipis- jadi jika mereka belajar menyanyi, suaranya tembus ke kelas sebelahnya.

Ketika satu kelas sedang menyanyikan lagu Uni Sovyet maka di kelas lainnya bernyanyi lagu Jepang, saling bersahutan tak mau kalah. (hal inilah yang akhirnya membuat kebudayaan mereka bercampur. Mereka bisa saling menerima perbedaan yang akhirnya masing masing bisa menyanyikan kedua lagu yang berbeda bahasa)

Kedatangan tentara Uni Sovyet membawa perubahan yang cukup berarti, contohnya listrik yang kemudian ada di pulau itu. Sehingga Junpei dan Kanta bisa menjalankan kereta listriknya. Ketika sedang asyik bermain, mereka terkejut melihat dinding pemisah rumahnya terbuka dan masuklah sebuah sambungan rel kereta yang sama.

Ternyata gadis ABG Rusia yang tinggal dibekas rumah mereka, kebetulan mempunyai rel kereta yang sama. Akhirnya mereka bermain kereta api bersama sama.

Singkat cerita, pada suatu kesempatan di sekolah, mereka berkenalan dengan Tanya, anak komandan pasukan Uni Sovyet, yang tinggal dibekas rumah mereka. Junpei kemudian mengenalkan dirinya sebagai “Giovani” dan Kanta berganti menjadi “Campanella” (kedua tokoh yang ada dalam novel Ginga Tetsudō no Yoru atau Night on the Galactic Railroad).

Hubungan pertemanan mereka menjadi semakin akrab, lalu terjalinlah hubungan cinta monyet ala anak ABG antara Tanya dan Junpei “Giovani”

Waktu berlalu, tanggal 16 Juli 1946, tengah malam, Tatsuo mendapat kabar bahwa Hideo, adiknya ditangkap ketika berusaha menyelundupkan beras untuk dibagikan kepada penduduk pulau.

Ketika mendengar kabar itu, Tatsuo bergegas pergi ke goa tempat penyimpanan beras untuk menyembunyikannya. Belum sempat melakukan apa apa, Tatsuo ditangkap oleh ayah Tanya, yang menjadi komandan pasukan Uni Sovyet.

Junpei menuduh Tanya yang membocorkan goa rahasia penyimpanan beras itu kepada ayahnya. Insiden ini membuat hubungan mereka menjadi retak. Karena Junpei sangat yakin bahwa Tanya lah yang memberitahu ayahnya perihal goa rahasia itu.

Tanggal 25 September 1947, seluruh penduduk pulau di evakuasi ke daratan besar. Tapi Kenzo, kakek mereka tetap keukeuh ingin berada di pulau.Kenzo berbohong kepada kedua cucunya bahwa ia akan menyusul kemudian, tapi sebenarnya Kenzo memang tidak ingin pergi dari pulau itu. Sang kakek, lalu menitipkan kedua cucunya kepada Sawako, guru mereka. (Dari kejadian ini bisa menjawab pertanyaan, mengapa penduduk Pulau Shikotan lebih dominan orang Rusia 85%, dibanding orang Jepang)

Sebenarnya, itulah alasan utama, mengapa Kenzo tidak mau ikut di evakuasi.

Setelah berada dalam kapal -yang akan mengangkut penduduk ke daratan besar- mereka senang mendapati pamannya, Hideo juga ikut. Beberapa saat setelah kapal mengangkat sauh, dari kejauhan, Junpei dan Kanta melihat Tanya yang berlarian untuk mengiringi kepergian mereka. Junpei benar benar menyesal tidak sempat meminta maaf...(Hikz hikz hikz...)

Perjalanan laut yang melelahkan dan banyak membawa penderitaan karena kapal diterjang badai yang tak henti hentinya. Sehingga memakan waktu yang cukup lama. Setiba didaratan pada tanggal 3 Oktober 1947, mereka baru tahu ternyata kapal tidak membawa mereka ke Nemuro, Jepang, tapi ke Maoka. (Sampai tahun 1946, Maoka tercatat masih menjadi bagian wilayah Jepang tapi setelah menjadi bagian Uni Sovyet, Maoka berganti nama menjadi Kholmsk Холмск)

Tinggal dalam kamp penampungan tawanan, dengan makanan ala kadarnya –kadang tidak layak dimakan karena sudah basi- membuat anak anak kelaparan dan jatuh sakit. Ketika Hideo memberikan masing masing 3 potong biskuit saja, mereka senangnya bukan main.

Saat itu sudah memasuki musim dingin, semua tawanan dewasa dipaksa bekerja di hutan untuk menebang pohon. Karena tidak tersedia tungku pemanas dan hanya diberikan selimut seadanya, cuaca dingin yang menggigit membuat Kanta jatuh sakit. Dalam sakitnya, Kanta merindukan ayahnya dan Tanya.

Tak lama berselang, datang sebuah kabar gembira dari Hideo, yang mengatakan bahwa Tatsuo ayah mereka tidak dibawa ke Siberia, tapi berada di kamp tahanan di daerah sekitar situ, hanya perlu melewati pegunungan saja.

Walau dalam keadaan sakit, saat mendengar kabar tentang ayahnya, Kanta bertekad ingin pergi menjumpainya. Di tengah malam buta, mereka berdua mengendap endap pergi dengan menumpang kereta api barang. Mereka hanya meninggalkan pesan berupa sepotong surat kepada Hideo.

Perjalanan mereka tidak mudah, karena kereta barang hanya mencapai separuh perjalanan, ditambah lagi cuaca yang sangat dingin membuat kondisi fisik Kanta yang semakin menurun. Mengetahui keponankannya pergi ke tempat yang berbahaya, Hideo panik. Dengan mengeluarkan uang yang banyak, Hideo berhasil mendapatkan sebuah mobil, lalu bersama Sawako berusaha menyusul mereka.

Karena Junpei dan Kanta meneruskan perjalanan hanya dengan berjalan kaki, akhirnya Hideo berhasil menyusulnya. Hideo lalu mengajak mereka kembali, tapi apa jawabannya?

Ancaman akan ditangkap dan ditembak oleh tentara Sovyet tidak menggoyahkan kemauan mereka, bahkan...

Hideo tidak sanggup menghadapi kedua keponakannya yang bersikeras ingin menemui ayahnya. Ia lalu meminta Sawako untuk membujuk mereka. Tapi Sawako malah juga ingin bertemu dengan Tatsuo. Hal ini membuat Hideo semakin tak berdaya dan selanjutnya mereka berempat berencana pergi ketempat dimana Tatsuo ditahan.

Ketika sedang beristirahat, mereka melihat ada patroli tentara Sovyet sedang mendekati mobil mereka. Hideo lalu memancing tentara Sovyet untuk mengejarnya, supaya keponakannya bisa melarikan diri. Dikejauhan terdengar rentetan suara tembakan. Mereka menyangka Hideo sudah tertembak.

Lagi lagi perjalanan tidak mudah, karena mereka bertiga hanya bisa meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Tidak kuat menahan cuaca yang semakin dingin, mereka terkapar di tengah jalan. Beruntung, datang seseorang yang mengendarai mobil menolongnya.

Tidak dinyana, penolongnya yang berasal dari Korea itu, ternyata bekerja sebagai juru masak di kamp tawanan dan bersedia membantu mempertemukan mereka dengan Tatsuo.

Sebuah kebetulan, hari itu adalah malam Festival Yolka, Tahun Baru Rusia (perayaan musim dingin Rusia). Menjadi kesempatan baik, karena semua tentara Uni Sovyet sedang bersenang senang, merayakan tahun baru di dalam kamp, sehingga tidak ada penjagaan di area luar tahanan.

Melihat sang ayah, Kanta segera berlari menghampirinya. Tapi sungguh mengejutkan apa yang dikatakan sang ayah ketika mengetahui anak anaknya datang?

Tatsuo malah memarahi mereka.

Apa yang kalian pikirkan?! Bagaimana jika kalian tertangkap?! Tidak aman di sini!

Segera kembalilah! Kembali. Kembalilah sekarang juga! (Hikz hikz hikz..)

Dengan wajah tertunduk sedih, Junpei dan Kanta membalikan badan untuk kembali. Seketika itu juga, Tatsuo menyesal, lalu...

+Junpei! - Kanta!

- Ayah!

+Terima kasih. Aku sangat senang kalian datang. Aku sangat senang!

-Kami datang dengan Kereta Galaxy!

+Benarkah? Benarkah begitu?

-Ayah!

+Junpei!

-Ayah!

+Kanta!

-Tunggulah aku! Aku akan pulang dengan selamat, apapun yang terjadi! Terima kasih, Sawako. Tolong jaga mereka.

Sebuah pertemuan yang berlangsung tidak lebih dari 5 menit, namun membutuhkan perjalanan panjang yang harus ditempuh dengan cara hidup dan mati. (Momen ini benar benar membuat terharu...)

Setelah bertemu dengan ayahnya, kondisi Kanta semakin memprihatinkan. Kemudian mereka ditangkap dan dibawa kembali ke kamp tahanan. Komandan kamp yang turut prihatin, menyuruh anak buahnya untuk membawa mereka ke Kholmsk, karena akan ada kapal yang akan membawa mereka pulang ke Jepang.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di tengah perjalanan menuju Kholmsk...

Kanta pergi dengan kereta Galaxy yang bisa membawanya ke mana saja ke dunia yang lain. Sebuah dunia penuh bintang bercahaya, dunia impiannya yang jauh lebih baik dari dunianya yang sekarang...

Ketika sedang antri untuk naik ke kapal, mereka dikejutkan oleh Hideo yang berjalan dengan kaki pincang akibat tembakan tentara Sovet. Mereka tidak menyangka Hideo bisa selamat dari tentara Sovyet.

Hideo terkejut karena melihat Junpei menggendong Kanta yang sudah meninggal. Hideo menjadi lebih terkejut ketika mengetahui bahwa orang yang meninggal tidak boleh naik ke kapal dan harus dikeluarkan dari barisan untuk kemudian dibuang ke pinggir jalan.

Walaupun Kanta sudah meninggal, Junpei tetap ingin membawa adiknya pulang ke Jepang. Junpei tidak ingin jasad adiknya dibuang dijalanan, maka ia terus berusaha mengajak Kanta berbicara, seakan akan Kanta masih hidup. (lagi lagi momen yang bikin kita merinding karena haru...)

Kanta. Mari kita pulang bersama. Kembali ke Jepang!

"Tepat pada saat peristiwa itu terjadi. di jarak yang sangat jauh dari jalur Bima Sakti, Sebuah salib, berhiaskan berlian dengan cahaya oranye terang dan biru, muncul, berkilauan di tengah-tengah sungai.

" Kanta, dapatkah kamu melihatnya? Dapatkah kamu melihat salibnya? "

Suara-suara penumpang terdengar riang dan bahagia bersama-sama. Dari kejauhan, di angkasa yang dingin Terdengar suara terompet yang jelas, kuat, dan tak terlukiskan."

Kanta, bisakah kau mendengarnya? Bisakah kau mendengarnya?

Tinggal sedikit lagi. Hanya sepuluh meter lagi! Itu perbatasan! Itu Jepang!

"Aku tidak akan takut lagi dengan kegelapan. Di sana aku akan mencari tahu apa yang membuat orang bahagia. Kau dan aku, selalu bersama!

Selalu bersama! Selalu bersama! Selalu bersama! Selalu bersama! Kita pergi ke depan!"

("Bersama! Hei! tanah lapang itu terlihat sangat indah? Dan semua orang berkumpul disana! Itu pasti Surga yang sebenarnya! Lihat! Dia disana! Disitu ibuku!" )

Kanta, kita pulang! Kita sudah sampai di Jepang! Kanta. . .

Lamunan Junpei berakhir...

Kapal yang membawa mereka sudah sampai ke Pulau Shikotan yang tidak pernah berubah. Lalu Junpei bersama Sawako mengunjungi makam Kanta dan Tatsuo.

Hari itu, akan diadakan kelulusan murid sekolah dasar Shikotan. Untuk mereka yang tidak dapat lulus pada saat itu.

Sawako sang guru sekolah memberi kata sambutan.

"Selamat datang sekalian!"

Dengan ini saya menyatakan bahwa anda sekalian telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar.

Apkah cerita sudah selesai??

Ah, ternyata masih ada lagi momen yang mengejutkan!

Ketika mereka sedang asyik berbincang tentang masa lalu. Punggung Junpei dicolek seseorang, ketika membalikkan badan, Junpei sangat terkejut melihat orang yang yang berada di belakangnya...

Seorang gadis kecil yang berada dibelakangnya, benar benar sangat mirip dengan Tanya, cinta pertamanya dulu. Gadis kecil itu, lalu memanggil Junpei dengan nama Giovani. Kemudian ia menyerahkan sebuah buku kepada Junpei. Sebuah buku yang semuanya berisi lukisan wajah Tanya, yang dulu dibuat oleh “Giovani” Junpei yang masih disimpannya.

Nina adalah cucu Tanya. yang sudah meninggal tahun lalu. Ternyata sampai akhirnya hayatnya, Tanya masih tetap merindukan Junpei (Hikz...hikz...hikz...)

Junpei lalu memberikan buku kenangannya bersama Kanta, kepada Nina.

Untuk memeriahkan acara, mereka kemudian bernyanyi dan menari bersama sama. Film berakhir ketika Nina mengajak “Giovani” Junpei menari, yang justru momen itu mengingatkan kembali ketika masih ABG dulu...

*****

Giovani’s Island” adalah satu dari sekian juta kisah pilu yang terjadi, akibat kekejaman perang. Kekuasaan membuat orang cenderung mabuk dan serakah. Ingin memilikinya dengan segala macam cara. Demi kekuasaan, orang tidak lagi perduli jalan yang akan ditempuhnya, dan tidak juga perduli apapun akibat yang akan terjadi nantinya.

Cerita pilu akibat perang sudah berjuta banyaknya, tapi sampai saat ini manusia tidak juga ingin berhenti perang. Manusia diberi kelebihan oleh yang Maha Kuasa, berupa otak, akal pikiran dan perasaan tapi kelebihan itulah yang justru membuat manusia tidak bisa hidup tenang dan damai.

Semua manusia tahu bahwa pada akhirnya ketika sudah di alam kubur, tidak dapat membawa apapun yang ada di dunia ini,. Tapi tetap saja manusia serakah, nafsu dan ego.

Selalu ada perasaan ingin lebih dari yang lain. Lebih hebat, lebih kaya, lebih makmur dan lebih lebih lainnya.

Bahkan, jangan heran jika ada orang yang jahat, busuk dan gila sekalipun, ada juga orang yang ingin lebih jahat, lebih busuk dan lebih gila lagi.

Kerasnya persaingan dalam kehidupan, membuat manusia menjadi satu satunya mahluk yang sangat tega, kejam dan telengas. Hawa nafsu menguasai hati dan mempengaruhi pikiran manusia. Lalu terjadilah aksi saling makan memakan, yang besar memakan yang kecil, yang kuat memakan yang lemah, yang kaya memakan yang miskin dan lain sebagainya. Manusia semakin tidak lagi perduli terhadap sesama, karena hawa nafsu tidak lagi mengenal mana saudara, teman bahkan anak atau orang tua sekalipun.

Lihatlah sekeliling kita, apakah kita sudah perduli dengan sesama? Apakah kita sudah perduli dengan alam dan lingkungan sekitar?

Karena manusia mempunyai ingatan yang semakin hari semakin pendek, sehingga sering lupa ketika melakukan sesuatu. Tidak ada peristiwa atau kisah apapun yang bisa mengingatkan, menggugah hati dan pikiran manusia. Karenanya setiap hari semakin bertambah saja kisah yang menggegerkan dunia.

Seandainya saja, sewaktu ingin melakukan sesuatu, kita ingat bahwa tidak selamanya kita hidup di dunia, dan tidak dapat membawa apapun yang kita miliki saat ini...

Apakah kita juga masih mau berlaku curang, licik, keji?

Akankah kita tetap serakah untuk memenuhi hawa nafsu?

Apakah ketika sudah memiliki banyak, masih ingin memiliki hak orang lain dan masih juga tidak mau berbagi kepada sesama?

Apakah semua kejadian ini karena faktor hukum rimba atau seleksi alam? Ingatlah, kekerasan bukanlah satu satunya jalan keluar untuk menyelesaikan masalah.

Akhir kata, sekali lagi saya mohon maaf, tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui siapapun, karena sangat tidak pantas rasanya jika saya yang lebih muda, dianggap berani menasehati atau menggurui orang lain, yang punya banyak pengalaman hidup dan pemikiran jauh melebihi saya.

Tulisan ini hanya sebagai pengingat bagi diri sendiri, supaya tidak berlaku semena mena, tidak curang, tidak serakah, tidak menginginkan hak orang lain, juga sebagai pengingat supaya tidak mudah memprovokasi sesama golongan untuk memerangi golongan lain.

Salam Damai...

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun