(Beruntung posisi SBY saat itu masih sedang kuat kuatnya dan masih banyak rakyat yang mendukung, jika terjadi sekarang, pasti akan lain lagi ceritanya. Seperti kita sudah paham, bahwa ingatan bangsa kita sangat pendek, maka seperti biasa, kasus kasus seperti itu akan cepat menguap tak tentu rimbanya).
Tak pelak lagi, Amerika segera memberi julukan “Sang Teroris” untuk segera disandang oleh Julian Assange. Perempuan dijadikan alat untuk memerangkap Sang Teroris. Tuduhan yang kesannya mengada adapun dibuat. Hubungan yang dilakukan berdasarkan suka sama suka menjadi kasus pemerkosaan atau pelecehan seksual. Pengadilanpun dirancang. Perintah penangkapan dari pengadilan Swedia pun dikeluarkan.
Ekuador tampil sebagai negara pelindung. Ekuador menyatakan diri bersedia memberikan suaka politik bagi Assange. Drama pengejaran Assange oleh Scotland Yard, ketika menuju gerbang Kedutaan besar Ekuador, bak film action.
Guna menghidar dari kejaran Scotland Yard, Julian Assange harus tetap berlindung dibalik tembok kedutaan besar Ekuador di Inggris. Julian Assange, tidak bisa keluar sejengkalpun dari tembok kedutaan besar Inggris, karena di depan tembok sudah ada Scotland Yard terus nongkrong selama bertahun tahun.
Bradley “Chelsea” Manning, seorang tentara Amerika yang penuh kontroversial, ditangkap, dengan tuduhan memberikan data ke Wikileaks. Chelsea Manning diadili, akhirnya divonis 35 tahun penjara dan dipecat dari dinas militer dengan tidak hormat!
Bukan hanya NSA saja yang tercoreng oleh kelakuan Snowden, perusahaan raksasa seperti Google, Yahoo, Facebook, Microsoft atau Apple juga ikut terkena imbasnya. Masyarakat menjadi marah, jengkel, kuatir dan was was, karena merasa selalu selalu diawasi, diintai segala aktivitasnya.
Dampak dari bocoran Snowden bukan hanya masyarakat Amerika saja yang marah, tapi kasus ini merembet terlalu besar dan sudah merusak hubungan antar negara. Tingkat kepercayaan negara lain terhadap pemerintah Amerika Serikat menjadi semakin menurun. Hubungan diplomatik antar negara sekutu menjadi tegang. Mereka merasa dikhianati oleh pemerintah Amerika. Tercermin dari sikap Presiden Brazil, Dilma Rouseff, pada bulan September 2013, langsung membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Amerika, yang akan dilakukan pada bulan Oktober 2013.
Perburuan Edwad Snowden dilakukan besar besaran, karena dianggap sebagai penghianat negara. Bahkan saking takutnya, Snowden harus melapisi pintu kamar hotelnya di Hongkong dengan kasur.
Rusia tampil sebagai “penyelamat” Snowden. Awalnya Rusia malu malu kucing menampung Snowden. Rusia tidak mau secara langsung menerima kehadiran “Sang Penghianat”, beralasan bandara Moskow hanyalah tempat transit dan zona bebas bagi siapa saja.
Selang beberapa bulan kemudian, sikap Rusia berubah. Putin akhirnya memberikan suaka politik bagi Edwad Snowden dan menerima kehadiran Snowden di negaranya.