Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lepas dari Mulut Harimau Masuk ke Mulut Budi

9 Februari 2015   09:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:34 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14234168511102682180

Disebut sebagai pengkhianat dan didongkel  dari jabatannya sebagai Kabareskrim, Komjen Pol Suhardi Alius akhirnya tersingkir dari bursa calon Kapolri...

Komjen Pol Suhardi Alius, yang ditengarai telah bekerja sama dengan KPK, dengan jalan memberikan data rekening gendut Komjen Budi Gunawan ke KPK, akhirnya harus rela disingkirkan oleh Kompolnas dari bursa calon Kapolri.

Seperti kita tahu bahwa, Ketua Kompolnas adalah Menkumham Tedjo Edhy, merupakan orang titipan dari Partai Nasdem, yang dipilih oleh rakyat yang tidak jelas dan menganggap seakan-akan pekerjaan buruh adalah sebuah pekerjaan yang rendah.

Sebuah dalih dicari untuk bisa menyingkirkan Komjen Pol Suhardi Alius, seorang calon Kapolri yang mau bekerja dengan KPK. Karena Komjen Pol Suhardi Alius berasal dari angkatan 1985, maka Kompolnas mendapat alasan yaitu mencari Kapolri dari angkatan 1982-1984.

Sedangkan, untuk bisa membuat Kabareskrim Budi Waseso masuk ke dalam bursa calon Kapolri, maka Inspektur Jenderal Budi Waseso dinaikkan pangkatnya menjadi Komjen Pol, beberapa hari setelah Budi Waseso menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.

Miris melihat kenyataan yang terang benderang seperti ini...

Pedih mata membaca dan menonton berita seperti ini...

Makin sedih rasanya hati ini, manakala melihat kelakuan para pengambil keputusan yang seperti ini...

Mereka benar-benar menganggap rakyat Indonesia terlalu goblog dan tolol, sehingga mereka semaunya mau membuat pertunjukan akrobat yang sangat vulgar di depan rakyat...

Mereka menganggap seakan-akan rakyat Indonesia super bodoh sehingga tidak tahu dan bisa menerima semua alasan yang dibuat buat seperti itu...

Suatu pertunjukan yang sangat konyol, manakala ada seorang perwira tinggi polisi yang bekerja sama dengan KPK namun harus tersingkir. Dan sebaliknya, perwira polisi yang sudah berani kurang ajar terhadap atasannya malah dinaikkan pangkat dan diangkat sebagai salah satu calon kapolri...

Suatu hal yang sangat aneh jika pada waktu kampanye pilpres lalu, Presiden Jokowi berikut partai pendukungnya selalu berniat memberantas korupsi dengan cara Revolusi Mental, namun sekarang tidak mengangkat pimpinan penegak hukum yang pro pada pemberantasan korupsi.

Apakah singkatan KPK sudah sekarang berganti menjadi Komisi Pegiat Korupsi sehingga perwira polisi yang mendukung KPK harus disingkirkan? Dan sebaliknya polisi yang menghantam KPK malah dicalonkan sebagai pimpinan Polri?

Kasihan negeri ini mempunyai tokoh-tokoh yang dipercaya untuk bisa mengambil keputusan namun ternyata tidak lagi mempunyai nurani.

Kasihan Presiden Jokowi jika terus-menerus disodori dan dipaksa untuk memilih orang-orang yang seharusnya tidak masuk dalam daftar pilihan.

Komjen Pol Budi Waseso merupakan orang yang yang paling setia kepada Komjen Pol Budi Gunawan yang mantan atasannya. Kedekatan Komjen Pol Budi Gunawan dengan Komjen Pol Budi Waseso, itu memang diakui oleh Komjen Pol Budi Gunawan.

Namun tampaknya hubungan kedua Budi ini bukan hanya dalam hubungan sebagai atasan dan bawahan saja, tapi juga ada hubungan antara anak Budi Gunawan dan anak Budi Waseso yang sedang menjalin asmara...

Walaupun hal ini sudah dibantah mati-matian oleh Komjen Pol Budi Waseso, namun media sudah ramai memberitakan jadi berita itu sudah menyebar ke mana-mana, mau tidak mau, banyak orang pasti akan mengaitkan hubungan tersebut.

Mengingat Komjen Budi Gunawan di Kepolisian mempunyai pengaruh yang begitu besar, maka kemungkinan terbesar adalah Komjen Pol Budi Waseso, yang akan terpilih menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Sutarman.

*****

Bangsa ini perlu terus maju ke depan bukan tetap diam di tempat, apalagi mundur ke belakang, namun hal itu bisa dipastikan tidak dapat dilaksanakan jika hanya mengandalkan rakyatnya saja.

Bagaimana bangsa ini bisa maju jika para pemimpin terus membuat keputusan yang tidak prorakyat? Bagaimana bangsa ini mau maju, jika mau mengangkat pimpinan dari penegak hukum yang berani membantah perintah atasan dan pro pada korupsi?

Bukan rakyat yang perlu diperbaiki mentalnya, namun semuanya harus dimulai dari para pengambil keputusan dan para pemimpin.

Bangsa ini sudah tertinggal begitu jauh dengan bangsa lain, tapi kita masih terus berkutat di tempat yang sama. Kita masih terus ribut dan berkelahi sendiri.

Para pemimpin bangsa seakan sudah tidak punya harga diri lagi, mereka terlalu sibuk memperebutkan jabatan, kekuasaan dan menumpuk uang semata.

Setiap kali rezim berganti, para elite selalu ribut berbagi kekuasaan ibaratnya bangsa dan negeri ini hanyalah sebuah tulang yang pantas digerogoti anjing.

Hentikan segera!

Rakyat sudah lelah dan muak melihat akrobat konyol elite parpol. Energi kami sudah terkuras habis untuk terus menyindir, menyinggung, berteriak dan berteriak. Tapi kalian sudah tidak perduli sama sekali...

Apakah sejak duduk dengan empuk di kursi Gedung DPR, lalu kalian sekarang sudah tidak mau lagi mendengar suara kami? Apakah Gedung Kura Kura telah menutup telinga dan mata kalian, sehingga membuat kalian menjadi tuli dan buta?

Apakah kalian dipilih hanya diam tanpa kerja dan hanya untuk menghabisi kami?

Cobalah kalian berpikir tentang bagaimana caranya supaya bangsa kita tidak lagi dihina dan dilecehkan oleh bangsa lain.

Cobalah kalian menggunakan kekuasaan yang dipercayakan oleh rakyat membangun negeri ini.

Cobalah kalian berpikir apa yang bisa kalian bisa berikan untuk negeri ini bukan berpikir apa yang bisa kalian ambil dari negeri ini.

*****

Pemerintah yang baru seumur jagung ini terlihat begitu sangat lemah, partai politik masih terus sibuk memperebutkan tulang. Para elite parpol selalu ingin menunjukan adu kuat, adu bacot, dan tarik-menarik kepentingan saja. Mereka saling tusuk, saling sikut, dan sikat.

Sehingga pemerintah tidak lagi dapat mengendalikan harga barang yang telah dipermainkan semaunya oleh para pedagang. BBM yang dulu dianggap sebagai tolok ukur para pedagang untuk menaikkan harga, sekarang hanyalah omong kosong. BBM sudah turun banyak namun para pedagang tidak serta-merta mau menurunkan harga...

Imbauan pemerintah untuk menurunkan harga sama sekali tidak direspons oleh para pedagang. Tidak ada tindakan nyata dari pemerintah supaya bisa membuat barang tidak semaunya...

Pantas saja jika Malaysia, yang dianggap sebagai saudara serumpun sudah semakin berani menghina dan melecehkan bangsa ini.

Karena mereka tahu persis bahwa kita tidak pernah berani mengambil tindakan tegas, hanya berani berkoar-koar di kandang sendiri saja.

Karena mereka tahu bahwa para pemimpin kita hanya sibuk berkelahi sendiri untuk memperebutkan seonggok tulang...

Menteri yang seharusnya selalu berdiri di belakang untuk mendukung program kerja Presiden, malah sibuk menusuk Presiden dari belakang. Mereka hanya sibuk menghajar dan mempermalukan Presiden.

Mereka sama sekali tidak bekerja untuk rakyat dan mereka bukan lagi sebagai pembantu Presiden tapi merupakan corong parpol. Mereka bukan pendukung Presiden tapi hanya sebagai penyusup dari parpol yang melemahkan posisi Presiden, bahkan bisa dengan keji dan tega mempermalukan Presidennya dan merendahkan rakyatnya sendiri.

*****

Sungguh lucu ketika membaca berita bahwa Direktur Lalu Lintas, Polda Metro Jaya, Kombes Pol Risyapudin Nursin yang mengaku terkejut ketika melihat video pungli yang dilakukan polisi di Bunderan HI.

Sungguh miris ketika melihat pernyataan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Martinus Sitompul yang lebih menghimbau masyarakat supaya mematuhi aturan ketimbang memperbaiki mental polisi.

Tidak terkejut ketika Aiptu Labora Sitorus mengatakan hanya sebagai tumbal. Dan tidak juga heran ketika Aiptu Labora Sitorus mengatakan dilindungi aparat.

Jangan pernah terkejut apalagi heran, ketika membaca berita ada pengemudi kendaraan yang mengalami kecelakaan karena mengonsumsi narkoba, tetapi hasil tesnya berubah.

Sudah waktunya menghentikan semua sandiwara konyol itu, karena Anda itu polisi bukan bintang sinetron abal-abal. Anda tidak perlu mengeluarkan pernyataan yang aneh-aneh, tapi sebaiknya bertindak untuk memperbaiki keadaan dengan cepat.

Jangan terus-menerus mengatakan bahwa rakyat kita sudah pandai, jika kalian sebagai pemimpin malah melakukan tindakan konyol, sepertinya menganggap rakyat tidak akan bisa mengerti kekonyolan mereka.

Rekam jejak pemerintah yang lama sudah sangat buruk, namun pemerintahan yang baru, sebentar lagi akan memperbaiki rekor keburukan pemerintah lama dengan cara yang jauh lebih busuk lagi.

Pemerintah yang lama sudah terbukti tidak mampu memberantas korupsi, para elite Partai Demokrat berbondong-bondong pindah rumah ke sel tahanan KPK.

Pemerintah baru yang kami harapkan bisa memperbaiki segala kerusakan yang pernah dilakukan oleh rezim terdahulu, justru bisa berakhir sebaliknya.

KPK yang selama ini telah sukses bekerja memberantas korupsi, mengantar para koruptor ke sel tahanan, sekarang tinggal menghitung hari... Para pemimpin KPK justru sebentar lagi yang akan pindah ke sel tahanan Polri...

Akankah KPK hanya tinggal kenangan saja?

Beranikah Presiden Jokowi menolak Komjen Pol Budi Waseso sebagai calon Kapolri atau menolak seluruh calon yang diajukan oleh Kompolnas?

Beranikah Presiden Jokowi mereshuffle kabinetnya dan memberhentikan menteri yang sudah mempermalukan dan merendahkan rakyatnya?

Beranikah Presiden Jokowi melepaskan cengkeraman parpol yang sudah menjerat lehernya?

Sumber gambar

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun