Di tahun 2014 sempat ada kecelakaan fatal yang memakan korban pemotor yang berboncengan dengan istrinya yang sedang hamil. Itu juga bukan karena angin melainkan karena pengendara berputar balik lalu tertabrak mobil. Istrinya yang sedang hamil itu terjatuh dari jalan layang dan tewas seketika. Kejadian itu sangat menyedihkan dan sulit untuk dilupakan oleh masyarakat. Lalu kenapa lantas sepeda roadbike dibuatkan jalur di jalan tersebut?
Konten-konten di media sosial juga menambah persoalan kecemburuan sosial. Ramai istilah seperti “IRI BILANG BOSS” dan konten pertunjukan kemewahan. Makin diperparah dengan komentar orang-orang yang menertawakan kesusahan orang lain sedangkan saat ini kita sedang berada di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Padahal kejadian revolusi Perancis di tahun 1789 sebab utamanya adalah persoalan ekonomi sehingga masyarakat memberontak kemudian mengeksekusi kaum aristokrat dan borjuis. Mengerikan jika itu terjadi di Indonesia cuma karena persoalan olahraga atau kegiatan hobi.
Sebagai perbandingan, saya coba ambil contoh perilaku angkot di waktu lalu. Mobil angkot seringkali berhenti mendadak atau berhenti di lajur tengah yang dianggap mengganggu kenyamanan. Saya mengalami sendiri berada di jalan raya pasar minggu bersama dengan dua metromini yang berjalan ugal-ugalan. Mereka balapan di jalan raya, saling susul, belok kanan mendadak, susul lagi dari kiri, jaraknya tipis dengan mobil dan motor di jalan itu, ngeri rasanya!
Padahal kondisinya sedang ramai. Kejadian itu juga mungkin sering terjadi di ruas jalan lainnya.. Apakah si sopir metromini atau angkot dihujat oleh para netizen sekeras protes mereka kepada pesepeda roadbike? Padahal apa yang dilakukan oleh mereka berisiko lebih berbahaya daripada yang dilakukan oleh rombongan roadbike.
Jadi apa yang berbeda antara angkot, moge dan roadbike? Apakah akar permasalahannya soal arogansi, lajurnya, kendaraannya atau persoalan yang lain?
Kebanyakan orang memaklumi perilaku sopir angkot atau metromini karena dianggap wajar akibat tingkat pendidikan yang kurang dan dikejar setoran harian. Walaupun juga seringkali ada makian kepada sopir angkot dari pengguna jalan lainnya. Sedangkan pengguna sepeda roadbike, dicap sebagai kelompok berpendidikan dan kaum berada yang seharusnya berperilaku baik di jalan.
Kalau persoalannya sekedar soal perilaku berkendara, kasus seperti angkot dan metromini kenapa tidak seheboh seperti kisah roadbike dan moge tersebut. Dukungan netizen terhadap sang pemotor yang melakukan protes, apakah sebagai luapan emosi akibat keresahan masyarakat terhadap keadilan dan kesejahteraan ekonomi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H