Mohon tunggu...
Mikail Jaman
Mikail Jaman Mohon Tunggu... Akuntan - IG @MikailJaman Twitter @MikailJaman

Mikail Jaman, Ak, M.Ak, CPA, CA, CPI, BKP, OJK FAPM. Akuntan Publik dan Konsultan di KAP Agus Ubaidillah dan Rekan (TGS Indonesia). Pendiri Konsultanku.co.id sebagai platform konsultasi online pajak, jasa akuntansi perpajakan dan audit. Suka berbagi tips dan informasi soal pajak dan keuangan melalui seminar dan workshop, juga di channel youtube Mikail Jaman TV dan Instagram https://www.instagram.com/mikailjaman dan tulisan di Kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cara Bisnis Bertahan di Masa Covid-19

21 Maret 2020   20:15 Diperbarui: 21 Maret 2020   20:21 5677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketidakpastian akibat wabah corona virus menjadi hal yang menghantui setiap orang saat ini, tidak terkecuali para pemilik dan pemimpin bisnis. Persoalan ini menambah kompleksitas manajemen organisasi bisnis dan memberikan tantangan kepemimpinan yang berbeda pada era sekarang.

Tidak semua orang mengenal istilah VUCA dalam manajemen organisasi. VUCA yang diperkenalkan oleh US Army War College, adalah singkatan dari volatility, uncertainty, complexity and ambiguity. 

VUCA adalah kondisi saat ini dimana manusia akan menghadapi hal-hal yang mengejutkan, tidak diduga seperti cuaca ekstrim, konflik, peperangan, inkonsistensi kebijakan unilateral, penemuan teknologi baru. 

Faktor-faktor tidak terduga ini menjadi sebuah hal yang normal di lingkungan masyarakat saat ini. Pemimpin eksekutif dan pemilik bisnis di era ini dituntut untuk dapat mengantisipasi kejutan-kejutan secara efektif apabila ingin organisasinya survive dan terus tumbuh. 

Sebetulnya, warga Jakarta, sudah melalui tahapan persiapan menghadapi wabah covid19. Kok begitu? Karena kita tidak menduga hanya beberapa jam setelah pesta tahun baru 2020 dihadiahi oleh banjir. 

Bahkan banjir sudah melumpuhkan Jakarta dua kali dalam waktu tiga bulan terakhir. Dan kejadian tersebut bahkan tidak menyurutkan optimisme kita dalam menghadapi tahun 2020.

Sebelum banjir kemarin, bahkan banyak hal yang sudah menimpa penduduk bumi, seperti kebakaran hutan, polusi udara, cuaca ekstrim, ditambah urusan konflik dan perang dagang. 

Persoalannya, sebagian dari kita mungkin tidak menganggap serius hal tersebut atau masih menganggap kecil pengaruh factor tersebut kepada bisnis. Dianggap seperti berita viral atau tajuk berita yang silih berganti. Khususnya bagi sebagian masyarakat termasuk pebisnis UKM di Indonesia.

Perbedaannya, kejadian-kejadian tersebut dampaknya masih seperti terisolir sedangkan wabah ini dampaknya global sehingga disebut pandemic. 

Bahkan walaupun Covid19 sudah dinyatakan pandemic oleh WHO, dunia usaha di Indonesia pada awalnya cenderung tidak peduli dan menganggap ini sebagai kejadian biasa yang tidak berdampak. Terbukti karena masih banyak yang bekerja di kantor walaupun sudah diberikan himbauan oleh pemerintah. 

Sekarang ini dengan berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah akibat lockdown dan social distancing sudah memberikan efek negatif kepada dunia usaha dan masyarakat.

Bagi sektor industri, yang terjadi adalah penurunan supply persediaan bahan baku akibatnya operasional menjadi terganggu bahkan berhenti. Di sisi masyarakat, ada kelompok masyarakat berpenghasilan harian yang langsung merasakan dampak dari social distancing. Dalam waktu yang lebih lama, mungkin kelompok masyarakat yang bekerja di sektor industry juga akan terkena imbasnya.

Sektor UKM yang dianggap kebal seperti pada saat krisis ekonomi kemarin mungkin pada saat ini sudah tidak imun lagi. Khususnya untuk UKM yang berkaitan dengan barang diluar kebutuhan pokok masyarakat.

Dampaknya akan sangat terasa sekali terutama untuk sektor-sektor atau industri yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pokok. Pasti akan terdampak karena semua menahan diri dalam belanja barang modal dan kebutuhan sekunder.

Sebagai pemimpin bisnis atau pemilik bisnis, kita pasti akan dihadapi pada pilihan-pilihan sulit. Di saat krisis, maka kepemimpinan seseorang sedang diuji. Kepanikan mungkin akan melanda pikiran kita, menambah beban proses berpikir. Saat itulah, diperlukan ketenangan, coba kendalikan diri dan bermeditasi untuk merelaksasikan pikiran.

Mau tidak mau bisnis harus realistis, karena prioritas saat ini adalah menjaga kesediaan kas dan menjaga agar bisnis tetap berjalan. Tentunya mempertahankan keuntungan yang sudah atau akan terkoreksi. Untuk itu, beberapa cara yang dapat dilakukan pemilik atau pemimpin bisnis dalam situasi seperti ini adalah sebagai berikut: 

1.    Mengumpulkan informasi secara memadai atas dampak kepada pelanggan dari bisnis. Seberapa negative dampaknya terhadap belanja pelanggan terutama kepada produk/jasa kita. 

Menganalisa sektor bisnis pelanggan kita, apakah sektor yang terkena dampak secara langsung, adakah sektor bisnis pelanggan kita yang tidak terkena dampak negatifnya atau bahkan positif (diantaranya farmasi dan kesehatan) berapa persen jumlahnya dari keseluruhan.

2.    Ubah rencana bisnis yang sudah ditetapkan di awal tahun sesuai dengan situasi kondisi yang berkembang. Jika terdapat kemungkinan penundaan pendapatan atau penurunan penjualan produk, maka kegiatan ekspansi terkait penjualan produk/jasa yang berpotensi menurun harus disesuaikan lagi. Atau, mungkin dihentikan.

3.    Pantau terus indikator keuangan secara intensif, mungkin harian atau per minggu. Pantau dan terus sesuaikan proyeksi cashflow.

4.    Restrukturisasi organisasi/tim sesuai dengan potensi pendapatan yang akan diperoleh. Rampingkan tim kerja untuk menghindari pemborosan seperti tim kerja atau personil atau divisi yang besar kemungkinannya akan idle.

5.    Mengelola persediaan agar tidak terlalu berlebihan. Ini untuk mengantisipasi persediaan tidak terjual atau sebaliknya mengantisipasi harga persediaan meningkat di masa depan. Tetaplah berpegangan pada prinsip konservatif.

6.    Menunda pembelian barang produksi atau modal, alokasikan kepada optimalisasi kapasitas produksi saat ini.

7.    Hindari untuk memaksakan diri mengejar keuntungan jangka pendek di saat krisis dengan menggenjot produksi barang atau menaikan kapasitas. Ada kemungkinan akan terjadi over supply setelah beberapa bulan, dan akibatnya akan mengurangi keuntungan perusahaan di masa depan.

8.    Mengurangi kegiatan pemasaran yang intensif dan fokus dengan klien yang ada (apabila mayoritas pelanggan tidak terlalu terdampak). Mungkin promosi potongan harga yang terlalu ekstrim harus dihentikan sementara ini untuk menjaga tingkat keuntungan yang sehat. Kenapa harus dikurangi kegiatan iklan? Karena pada saat musim covid 19, siapa yang akan memperhatikan iklan anda.

9.    Fokus terhadap hasil pekerjaan atau produk kepada pelanggan yang tersisa, tetap jaga kualitasnya, walaupun total pendapatan sedang turun dan keuntungan bersih akan lebih berkurang. Ini untuk menjaga kepercayaan pelanggan dalam jangka waktu panjang.

10. Telaah lagi komposisi beban overhead, adakah beban yang bisa dikurangkan, tanpa mengurangi kualitas tentunya.

11. Melakukan ekspansi vertikal jika bisnis sangat terdampak dengan kejadian ini. Misalkan pemilik bisnis hanya mempunyai satu bisnis dan potensi pendapatan yang dapat diperoleh hanya dibawah 20% dari yang telah diproyeksikan. Mungkin perusahaan harus berbisnis di bidang yang mempunyai profil risiko yang berbeda.

12. Membuat skenario kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan apa saja opsi dan kapan keputusan harus diambil.

13. Membuat perencanaan komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan terkait dengan rencana.

Pada akhirnya pengambilan keputusan harus dilakukan dan dikomunikasikan dengan baik. Pemimpin yang hebat akan berani mengambil keputusan walaupun hasilnya tidak selalu menyenangkan bagi semua pihak. Tentunya keputusannya haruslah berdasarkan berbagai pertimbangan rasional. 

Adanya faktor emosional adalah suatu hal yang wajar selama pada akhirnya tidak mengurangi kualitas hasil dari keputusan tersebut. 

Diskusi dengan rekan sesama pemilik bisnis atau eksekutif, atau pihak di luar pemangku kepentingan akan memberikan pandangan yang lebih objektif. Pada akhirnya memperluas wawasan dan menambah proses pengambilan keputusan yang lebih bijaksana. 

Ditulis oleh Mikail Jaman, konsultan keuangan dan bisnis, founder konsultanku.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun