Referensi postingan ini tidak membaca kajian tematik (filsafat/karya ilmiah populer) mengenai pornografi berupa ketelanjangan dan hubungan intim, tapi ulasan ini menyortir sejumlah bahan riset sebanyak puluhan adegan video 'full'. Daya tarik konten dewasa timbul karena memenuhi bentuk-bentuk ideal yang sesungguhnya nyaris tidak pernah sempurna. Adapun segelintir 'terbaik' dari tontonan itu berhasil ditemukan tapi tidak semua pemerannya terlihat nyaman sepanjang durasi.
Secara umum, wanita sejati hanya merasa aman dan nyaman bersikap terbuka dalam koridor pernikahan atau semacam privasi perzinahan. Selain itu, pastilah suatu akting yang sangat baik di ranjang jika bukan gila seks diantaranya ganda campuran sampai beregu (orgy) -homoseks dan lesbianisme dibahas di tulisan lain. Padahal, keindahan anatomi tubuh tampak ketika manusia berbusana. Misalnya wanita harus mengenakan pengganjal (bra) atau korset. Kemolekan dan kemontongan tanpa perlu jenis pakaian itu pastilah kita menemui momen langka makhluk asing (Ufo = tipe 4). Perkembangan teknologi bedah plastik kemudian mengabulkan aspirasi konsumen baik tuntutan pribadi maupun industri hiburan. Tren dan pemikiran tentang kesenangan artifisial ini sepertinya -disengaja atau tidak- disatir oleh sebuah film berjudul Lars and the Real Girl.
Penalaran ini harus senantiasa berdampingan dengan aspek-aspek berkesenian dan standar-standar nilai estetis sebagai bahan pertimbangan agar di kemudian tidak menjadi semata dalih bermaksiat yakni menyalurkan birahi dengan mengumbar bagian-bagian vital anggota badan. Sikap para orang tua kepada anak remaja mereka amat beragam hingga pembiaran. Dunia islam di negara-negara sekuler seperti Indonesia lazim mengatasi kenakalan remaja dengan solusi pesantren. Namun, percayalah pengalaman melihat pornografi akan dilewati semua orang terutama anak laki-laki. Lingkungan dan komunitas orang dewasa berasumsi tiap-tiap mereka bisa mengatasinya sampai menemukan pasangan hidup (menikah).
@ndywinston
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H