Mohon tunggu...
ichsan mikail
ichsan mikail Mohon Tunggu... Novelis - Full time blogger

Pengarang novel Transition, novel Dimension of Dreams, dan kumpulan cerpen Province Memoir. Standby di official website : mikailearn.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mystery of Sanhok

6 Agustus 2021   16:20 Diperbarui: 6 Agustus 2021   17:04 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : pubg mobile

"Mengapa kita mengirim kode lewat surat kabar?" tanya Lao.

"Kamu 'kan penulis cerita pendek?"

~

Aku ingat beberapa tahun yang lalu, tidak lama setelah keluar dari klinik psikiatri, pergi mengunjungi Lao, temanku yang lebih dulu gila dan masih berobat jalan. Saat itu aku benar-benar bangkrut dan di perjalanan ketika turun dari mobil menuju jembatan gantung yang bakal melewati sungai, aku berharap punya dua ratusan ribu setiap bulan dari kerja apalah serabutan. Mungkin agar mampu membawakan Lao sesuatu semisal Silver Queen dan Greensands. Aku memikirkan itu sambil menapaki alas jembatan yang tidak stabil dan terus berjalan. Pertanyaanku sekarang ialah mengapa dulu aku tidak minta lebih? Sekitar 600 juta barangkali. Aku harus menjenguk kawanku lagi dan mengulangi doa. Masalahnya, orang tua Lao tampak tidak begitu suka padaku, termasuk tetangga mereka. Tentu bapak dan ibu Lao ingin teman putranya seorang yang lebih waras. Tetapi, mereka patut bersyukur Lao masih punya teman dan sering berkunjung. Aku datang paling banyak dua kali setahun (Idul Fitri dan Idul Adha). Teman macam apa aku?

Ponsel bergetar tanpa dering, hanya suara meja, cukup membuat Z terbangun. Suara bel pintu depan juga pasti terdengar. Aku di balkon persis di muka kamarnya.

"Akhirnya, Lao buka pintunya, cepat!"

Ponselnya langsung dimatikan. Lao berbaring lagi di atas spring bed. "Mau apa dia?" Begitu jelas terdengar di balik dinding tripleks.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi lagi dan pintu dibuka.

"Saya seperti orang gila di sini."

"Mungkin."

Lao tersenyum sambil memegang wajah kantuknya. Aku masuk tanpa dipersilakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun