Diskusi kritis tentang isu-isu sosial dan politik juga perlu digiatkan kembali di kampus. Mahasiswa harus diberi ruang untuk menyuarakan pendapatnya dan terlibat dalam perubahan sosial. Kolaborasi dengan komunitas lokal dan lembaga swadaya masyarakat dapat menjadi sarana yang efektif untuk mempraktikkan nilai-nilai idealisme secara nyata.
Kapitalisme mungkin tidak dapat dihindari, tetapi mahasiswa tetap memiliki pilihan untuk menentukan arah hidupnya. Dengan kesadaran dan usaha yang tepat, pragmatisme tidak perlu mengorbankan idealisme. Mahasiswa tetap dapat menjadi agen perubahan yang relevan dengan kebutuhan zaman, tanpa kehilangan nilai-nilai keadilan, solidaritas, dan kebangsaan.
Di tengah arus kapitalisme global, mahasiswa harus mengingat kembali perannya sebagai pilar perubahan. Mereka bukan sekadar individu yang mengejar keuntungan pribadi, tetapi juga bagian dari masyarakat yang bertanggung jawab untuk menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Pragmatisme boleh saja menjadi bagian dari strategi hidup, tetapi idealisme harus tetap menjadi jiwa perjuangan. Dengan demikian, mahasiswa dapat menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan identitasnya sebagai penggerak perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H