Tapi…
Mari kita berjalan kaki sedikit terus beberapa ratus meter ke arah belakang, tepatnya setelah kali atau sungai yang terletak di belakang Plaza Indonesia. Di sana kita bisa melihat betapa perekonomian Indonesia memang tumbuh namun tidak untuk semua rakyat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.
Anomali?
Anomalikah jika pertumbuhan Indonesia secara kumulatif, hingga triwulan III-2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,29 persen. Namun masih banyak rakyat yang kelaparan? Rakyat yang tidak bisa menikmati pendidikan karena tak sanggup membayar uang sekolah. Bahkan di era modern seperti ini, masih ada rakyat yang tak mendapatkan aliran listrik.
Uang sekolah gratis. Ya! Tapi siswa mesti membayar uang sumbangan wajib, sumbangan sukarela, uang seragam, uang POMG, uang bangunan, uang buku, dan uang yang bernama lain selain SPP. Orang tua lebih memilih meng-kuliahkan anaknya ke kampus swasta yang mutunya belum tentu bagus. Karena kampus seperti UI, ITB, UGM dan kampus negeri lainnya sungguh mahal hingga tak terjangkau oleh rakyat biasa.
Saat ini, masih banyak rakyat yang memilih pergi ke ‘orang pintar’ ketimbang ke dokter karena mahalnya biaya kesehatan. Kartu miskin untuk kesehatan ‘gratis’ tidak mudah dan murah di dapat. Seandainya dapat dibuat tak gampang dipergunakan. Sungguh ironis.
BBM disubsidi. Sementara subsisidi pendidikan dan kesehatan sungguh kecil. Pemerintah justru memilih mensubsidi orang kaya melalui subsidi BBM.
Anomali?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H