Mohon tunggu...
MIKAEL MILANG
MIKAEL MILANG Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Berita Mahulu

Seorang Jurnalis didaerah Pelosok Kalimantan Timur, Mahakam Ulu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Adalah Dia Bab 2 - Melanjutkan Kuliah di Kota

24 April 2024   23:30 Diperbarui: 24 April 2024   23:32 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre di Mesin ATM/dokpri

Hatiku tambah hancur membaca surat ini, mengapa mereka harus pindah. Aku raih ponselku dan ingin menelpon tapi aku urungkan niat itu karena aku harus membaca surat ini hingga selesai. Aku letakkan kembali ponselku dan kembali membaca.

Kalimat yang membuatku tambah hancur berkeping-keping perasaanku saat membaca surat bibi yang mengatakan bahwa dia mengidap sebuah penyakit yang dia tidak ingin mengatakannya. Itulah salah satu alasannya mengapa bibi dan paman juga nekad untuk pindah ke Sabah Malaysia.

Aku berusaha untuk menahan semua perasaanku itu dan aku mencoba menghubungi bibi. Saat aku menelpon, telpon bibi tidak bisa tersambung begitupun dengan paman. “Ya sudah, mungkin mereka saat ini sedang tidur,” kataku dalam hati. Aku berniat untuk menghubunginya nanti pagi.

Setelah selesai membaca surat itu aku kembali melipatnya dan menyimpannya kembali kedalam amplop. Aku membuka amplop berwarna cokelat lainnya disana aku dapatkan buku tabungan yang berlogo Bank Daerah dan ATM berwarna biru. Dalam buku tabungan itu terlihat lembaran demi lembaran terisi dengan kolom kredit yang dipenuhi setoran tabungan yang selama ini bibi setor ke bank tanpa sepengetahuanku.

Dulu semenjak dikampung, bibi pernah mengajakku pergi buka rekening tabungan baru dibank. Aku berpikir bahwa membuka rekening bank dan ATM pada saat itu agar aku bisa mendapatkan transferan beasiswa dari pemerintah daerah, ternyata buku tabungan itu terisi penuh oleh sang bibi penyayang yang selalu memperhatikan masa depanku. Aku juga tidak berharap mendapatkan transferan beasiswa dari pemerintah karena semenjak membuka rekening aku menitipkan semuanya kepada bibi dan melupakannya.

Sejenak aku masih terduduk dan mengawang disudut kamar, masih ada satu hal yang membuatku terlintas dipikiranku, kubuka tas ranselku dan mengambil kitab suci membacanya beberapa saat dan aku berlutut dan berdoa kepada Tuhan, mengucapkan syukur kepada-Nya karena telah memberikanku orangtua yang penyayang terlebih bibi dan paman yang begitu perhatian kepadaku. Akupun berdoa agar segala sakit penyakit bibi disembuhkan Tuhan. Selesai berdoa, aku merebahkan badan dan tertidur.

Keesokan harinya aku terbangun pagi-pagi sekitar pukul 5 pagi aku langsung berlutut berdoa seperti kebiasaanku setiap pagi, kemudian ke kamar mandi dan mandi. Sambil menunggu terang, aku merebus air panas dan membuat secangkir teh hangat untuk ku minum sambil membaca kitab suci.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 7 pagi, aku menuju jalan raya untuk menunggu mobil angkot yang melintas. Hampir 10 menit menunggu, angkot berwarna hijau itu sudah menghampiriku dan akupun naik menuju ke kampus.

Setibanya dikampus, akupun langsung menuju mesin ATM yang berada dilingkungan kampus, tapi kali ini kebingungan menghampiriku. Seumur hidupku aku tidak pernah masuk ruang ATM apalagi bertransaksi disana,

“Wah, kacau, bagaimana caraku untuk transaksi ya, bagaimana cara menggunakan kartu ATM ini,” gumamku dalam hati.

Aku berdiri dan membaca poster ataupun pamflet yang ditempel di dinding kaca ATM siapa tau aku mendapat petunjuk menggunakan ATM ini. Kurang lebih 15 menit berdiri diluar ATM seorang gadis menghampiriku dan bertanya, “Maaf mas, mas-nya tidak masuk ke ruang ATM ya?” tanyanya. Akupun menjawab dengan perasaan sangat ragu dan sedikit malu, “Ya, mbaq, soalnya aku masih bingung cara menggunakan ATM ini dan belum pernah pakai ATM,” kataku lugu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun