Mohon tunggu...
MIKAEL MILANG
MIKAEL MILANG Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Berita Mahulu

Seorang Jurnalis didaerah Pelosok Kalimantan Timur, Mahakam Ulu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Adalah Dia Bab 2 - Melanjutkan Kuliah di Kota

24 April 2024   23:30 Diperbarui: 24 April 2024   23:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre di Mesin ATM/dokpri

“Bibi mengumpulkan semua uang hasil jualan kuemu selama tiga tahun bersama bibi tak sepeserpun bibi ambil dari hasil keringatmu, kecuali modalnya bibi pakai untuk membuat kue lagi,” lanjut bibi disurat tersebut. Membaca ini aku makin tak kuasa membendung tangisanku, seperti seorang anak kecil aku menangis, aku tidak tahu mengapa aku merasa seperti akan kehilangan. Aku menaruh surat itu dan kudekap didadaku sambil aku mengangis dan terduduk disudut ruangan kamar kostku. Beberpa menit aku berusaha menenangkan diriku dan mengambil segelas air putih dan mencoba untuk melanjutkan membaca surat bibi.

“Andre, hasil jualan kuemu selama tiga tahun ini berjumlah 80 juta rupiah, setiap bulan hasil jualanmu bibi tabung, kamu begitu bekerja keras setiap hari menjajakan kue yang bibi buat, kamu tidak pernah meminta sepeserpun untuk kamu pakai kecuali bibi memberikan uang jajan kepadamu,” kata bibi.

Sebenarnya total tabunganmu, lanjut bibi berjumlah 90 juta, tapi bibi menyisihkan 10 juta bibi kirim untuk orangtuamu dikampung. Banggalah pada dirimu bahkan anak seusiamu bisa memberikan sesuatu untuk orangtuanya.

Saat membaca ini aku menjadi kaget dan berkata dalam hati, betapa hebatnya bibi dan pamanku ini. Aku tidak pernah berpikir mereka memperbudakku berjualan kue, justru aku berpikir bahwa aku harus membantu mereka karena mereka menafkahi dan membantu membiayai sekolahku hingga aku selesai di sekolah menengah atas.

“Dan tabungamu yang 80 juta itu ada bibi selipkan buku tabunganmu saat kamu masih dikampung, disana ada ATM dan PIN ATMnya,” kata bibi didalam surat itu.

Pesan bibi, tambahnya, janganlah boros, gunakan itu untuk keperluan kuliahmu jangan berpacaran terlebih dahulu karena itu bisa mengganggu konsentrasimu dalam kuliah. Bayarlah semua kebutuhan kuliahmu, dan kamar kost tempat kamu tinggal sudah bibi dan paman bayar selama 3 tahun supaya meringankan bebanmu saat kuliah.

Bibi berkata lagi, “Jangan meminta uang kepada orangtuamu karena mereka juga saat ini susah, saat masih dikampung orangtuamu pernah berkata bahwa mereka tidak sanggup membiayaimu sehingga mereka memutuskan untuk menitipmu bersama bibi dan paman”.

”Bibi dan paman bertekad untuk membantu orangtuamu karena kamipun berhutang budi terhadap mereka saat kami masih belum memiliki apa-apa,” lanjut bibi.

Pikiranku makin tidak karuan dan terbesit pertanyaan besar dalam pikiranku apa yang telah orangtuaku lakukan sehingga bibi dan paman berhutang budi kepada mereka sehingga mereka bersikap seperti ini terhadap saya.

Kembali aku membaca lagi surat bibi katanya, “Bibi tau, kamu pasti memiliki banyak pertanyaan tentang hal ini, tapi nanti suatu hari kelak kamu akan tau. Nah, sekarang yang perlu kamu lakukan adalah belajar sungguh-sungguh dan jangan mengecewakan kedua orangtuamu yang telah berjuang pula untukmu.”

“Setelah kamu membaca surat ini, perlu kamu ketahui bahwa bibi dan paman akan pindah ke Sabah, Malaysia. Karena perusahaan sawit tempat paman bekerja memindahkannya kesana,” lanjut bibi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun