Mohon tunggu...
Mizhel R
Mizhel R Mohon Tunggu... Jurnalis - Masih dapat berubah

Produksi Multimedia 2020

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Meneropong Film "Ngenest" (2015)

16 September 2020   12:35 Diperbarui: 16 September 2020   13:50 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Starvision
Source: Starvision
Ketiga, kerabat dekat yang tidak medukung pernikahan salah satu tokoh terjadi. Bisa karena banyak hal seperti cemburu, dan tidak cocok dengan pasangan sahabatnya atau bahkan mertua yang tidak suka dengan menantunya. Dalam film Ngenest tidak terlihat adanya motif dari pihak mana pun untuk membatalkan pernikahan Ernest dan Meira. 

Ke-empat, sindiran lucu yang terkadang benar terjadi di kenyataan, terkadang ada keluarga yang masing-masing anggotanya punya nilau buruk seperti seorang bapak kepala daerah yang sudah nyaman dengan segala kemudahan karna lebel jabatannya dan memiliki anak perempuan yang tidak bisa berperilaku dengan baik, tidak dapat menghargai teman sekelasnya hingga di keluarkan dari sekolah. Di sisi lain terdapat atlit pria muda yang memiliki ekonomi rendah sehingga membuatnya mau menikahi anak perempuan dari kepala daerah tersebut. Terlihat pernikahan ini seperti pelarian bagi perempuan dan keuntungan bagi si pria. 

Jika dikaitkan dengan film Ngenest, sebenarnya tidak secara langsung Ernest menikahi Meira ingin mendapatkan keuntungan yaitu Ernest ingin memutus rantai keturunan cina dengan menikahi pribumi agar tidak mendapat bully dari siapapun. 

Source: Starvision
Source: Starvision
Kelima, cerita pernikahan yang dipaksa terjadi. Biasanya cerita ini terjadi di bagian Timur Tengah dengan bahasan cerita mengenai kepentingan politik dan konflik budaya. Di ibaratkan seorang kepala partai mangharuskan puterinya menikah dengan salah satu pejabat muda yang dapat mendukung reputasi ayahnya, padahal puterinya mencintai pria lain dan tidak punya jabatan tinggi seperti yang ayahnya inginkan. 

Terkait dengan film, hal semacam politik ini tidak ada dalam cerita namun konflik budaya ada. Masing-masing orang tua mereka tidak memaksakan anak mereka untuk menikahi orang lain demi kepentingan politik. Konflik budaya yang terlihat adalah saat pesta pernikahan. Ernest yang tidak ingin adanya MC yang bernyanyi dengan bahasa mandarin dan orang tuanya yang memaksakan harus menggunakan MC berbahasa mandarin.

Source: Starvision
Source: Starvision
Ke-enam, cerita ketika bagian puncak dalam pernikahan merupakan salah satu timbulnya kebahagiaan yang muncul. Seperti pemuda yang akan mendatangi pernikahan perempuan yang di cintainya dengan pria lain untuk menghentikan acara pernikahan. Karakter utama/tokoh utama sudah melewati berbagai macam masalah dan pergumulan maka ia akan mendapatkan kebahagiannya. Menurut Joseph Campbell bahwa seorang pahlawan akan memilih untuk melawan arus dan melewati perjuangan untuk memperoleh kebahagiaannya. 

Berdasarkan film Ngenest, Meira melakukan berbagai cara untuk mendapatkan dirinya hamil dan memiliki anak yaitu kebahagiaannya mulai dari sabar, sindiran kalimat kecil, hingga pertengkaran hebat dengan Ernest. Ernest yang masih dalam ketakutan bahwa anaknya nanti akan di bully akhirnya menuruti keinginan Meira dan mendapatkan makna kebahagiaan tersendiri. 

Source: Starvision
Source: Starvision
Itulah beberapa genre film berdasarkan buku World Cinema Through Global Genres oleh William Costanzo dan secara tidak detail diulas dengan sudut pandang film Ngenest (2015). Semoga bisa memahami dan terimakasih sudah membaca. Saran dan komentar akan membuat perkembangan yang baik. 

Source: Starvision
Source: Starvision

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun