Contoh, jika kita tidak pernah atau jarang melihat dan mengatur menu pilihan menu di restoran, maka kemungkinan kita akan mengalami kesulitan untuk memilih menu yang tepat saat harus menemani suami atau istri kita menjamu relasi bisnisnya.
Sebagai orang tua, kita memiliki kesibukan masinng-masing, karena semua kesibukan itu kita kadang2 sering berpikir praktis dan taktis. Â
Hampir dalam setiap keadaan, kita tidak memberi kesempatan untuk anak-anak kita memilih sesuai apa yang mereka inginkan, karena kita menghindari keribetan dan hal lainnya, kita lebih suka memilih dan menentukan pilihan bagi anak-anak kita sesuai keinginan kita. Nah, dalam hal ini anak-anak kita tidak diberi kesempatan untuk mulai belajar menentukan pilihan mereka sendiri. Â
Ambillah contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Â Hal ini bukan tindakan yang salah, tetapi coba kita bayangkan dampaknya dalam jangka panjang, jika ini terjadi secara terus-menerus, kapan anak punya kesempatan untuk belajar menentukan pilihannya sendiri?
Belajar mengambil keputusan adalah tantangan awal untuk membentuk anak yang bertanggung jawab yang harus dimulai sejak dini. termasuk untuk jujur mengakui serta menerima kesalahannya sendiri. Â
Izinkan anak-anak kita berlatih mengambil keputusan sendiri saat memilih semua hal dalam hidupnya sejak dini, dimulai dari  hal-hal yang tidak esensial  dalam hidupnya. Â
Beri mereka kesempatan untuk memilih semua benda sendiri, sekalipun benda itu mungkin kita anggap jelek, salah ataupun bodoh. Namun, jangan lupa untuk memgajarkan pula sikap berikutnya, yaitu bertanggung jawab terhadap semua pilihan yang sudah mereka pilih.
Sebagai kesimpulan, pola asuh kita sebagai orang tua sangat menentukan seperti apa karakter anak-anak kita kelak. Jadi, didiklah anak-anak kita dengan baik.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H