Trisuci Waisak 2567 Tarikh Buddhis (TB.) Tahun 2023 berlangsung menuju masa endemi Covid-19.Â
Setelah selama tiga tahun berturut-turut berada pada masa pandemi Covid-19, kini peringatan HariDetik-Detik Trisuci Waisak 2567 jatuh pada tanggal 04 Juni 2023 pukul 11.41.19 WITA. Pelaksanaan Maha Puja Trisuci Waisak berlangsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, walaupun sudah tidak seketat sebelumnya.
Pada Hari Trisuci Waisak, umat Buddha dunia memperingati tiga peristiwa agung dan suci dalam kehidupan Buddha Gotama. Yaitu: Pangeran Siddharta Gotama lahir di Taman Lumbini, Nepal (623 SM), Petapa Gotama mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Buddha di Bodhgaya, India (588 SM), serta Buddha Gotama ber-Parinibbana atau mangkat di Kusinara, India (543 SM). Tiga peristiwa tersebut terjadi saat purnama raya di bulan Waisak pada hari yang sama, namun dalam tahun yang berbeda. Â
Peringatan Hari Trisuci Waisak mengingatkan umat Buddha pentingnya menghayati dan mempraktikkan nilai-nilai Kebenaran Universal (Dhamma) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Waisak di Indonesia tidak hanya diperingati tepat pada saat Hari Trisuci Waisak saja. Tetapi, telah dimulai sebulan menyongsong Waisak dan berakhir sebulan setelah peringatan Waisak berlangsung. Â
Menyongsong Waisak, umat Buddha mengisinya dengan berbagai kegiatan spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Kegiatan spiritual keagamaan bertajuk "Sebulan Pendalaman Dhamma" sebagai bentuk menambah keyakinan dan melatih moralitas. Dilakukan dengan mengadakan puja bakti di vihara dan mendengarkan ceramah Dhamma, mengikuti pembahasan dan diskusi Dhamma, serta melatih delapan latihan kemoralan (atthasila).
Sementara, kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan wujud praktik cinta kasih (metta) dan welas asih (karuna) kepada sesama. Dilakukan dalam bentuk dialog kebangsaan, bakti sosial pengobatan, donor darah kemanusiaan, sunatan, maupun pembagian sembako.Â
Kegiatan spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan bertujuan untuk meneguhkan kembali semangat umat Buddha. Sehingga dapat memiliki keyakinan yang kokoh kepada Sang Tiratana (Buddha, Dhamma,dan Sangha) dan juga semangat berbagi kepada sesama atas dasar prinsip kemanusiaan. Kesemuanya ini dilakukan untuk menggemakan makna Trisuci Waisak.
Tepat pada saat Hari Trisuci Waisak, umat Buddha memperingatinya dalam bentuk Maha Puja, meditasi Detik-Detik Waisak, dan mendengarkan Hikmah Waisak. Mereka berbondong-bondong memadati berbagai vihara yang mengadakan Maha Puja Trisuci Waisak dan khusyuk mengikuti seluruh prosesi ritual yang berlangsung. Usai Maha Puja, umat beranjangsana dan bersilaturahmi mengunjungi keluarga dan tetangga untuk mengucapkan Selamat Waisak.Â
Sebagai bentuk sukacita merayakan Hari Trisuci Waisak, komunitas buddhis dan umat Buddha mengadakan kegiatan silaturahmi Waisak yang dikenal sebagai Dharmasanti Waisak. Menjadi momen berbagi berkah dan kebahagiaan Waisak bersama aparat Pemerintahan, TNI-Polri, tokoh lintas agama, dan masyarakat umum.
Dharmasanti Waisak dilaksanakan dalam durasi sebulan setelah peringatan Waisak; disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan masing-masing daerah. Dharmasanti Waisak menjadi penutup kegiatan Hari Trisuci Waisak.Â
Waisak diharapkan menjadi momentum terciptanya kedamaian dan kebahagiaan di tengah kehidupan masyarakat yang plural. Karena pada hakikatnya, semua manusia menginginkan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya. Baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Â
Namun, terkadang karena ketidakmampuan untuk menghadapi dan menerima konsekuensi dari berbagai fenomena kehidupan yang tidak kekal ini; manusia menjadi menderita. Sehingga harapan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan pun menjadi sirna. Padahal, kedamaian adalah pondasi terwujudnya kerukunan, persatuan, kesejahteraan dan ketenteraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Â
Sang Buddha dalam Saraniyadhamma Sutta atau Khotbah tentang Hal-hal yang Membuat Dikenang; menekankan enam faktor untuk saling mengenang, saling mencintai, saling menghormati. Yang menunjang untuk saling menolong, menghindari pertengkaran, serta tercapainya kerukunan dan persatuan.Â
Enam faktor yang terdapat di dalam Anguttara Nikaya 6, 12 ini adalah: memiliki perbuatan, ucapan, dan pikiran yang disertai cinta kasih penuh ketulusan terhadap sesama. Juga, sikap murah hati, mempunyai kualitas moral yang sama baik, dan memiliki pandangan yang setara akan kebaikan atau ajaran Kebenaran.
Aspek moral menjadi salah satu faktor penunjang kedamaian, kerukunan, dan persatuan. Moralitas merupakan salah satu pokok dasar ajaran dalam agama Buddha; dikenal sebagai sila (disiplin latihan kemoralan). Ajaran moral yang mengajarkan umat Buddha agar bertanggungjawab penuh pada setiap perilakunya (pikiran, ucapan dan jasmani).
Pancasila Buddhis adalah dasar moralitas yang menjadi landasan hidup bagi umat Buddha agar memiliki moral yang baik. Terdiri dari lima latihan kemoralan, meliputi: penghindaran diri dari aksi kekerasan dan pembunuhan, pengambilan barang yang bukan hak diri, tindakan asusila, ucapan tidak jujur, dan laku buruk mengonsumsi minuman keras.Â
Pancasila Buddhis disebut pelindung dunia. Dengan mempraktikkannya secara tekun dan konsisten, akan dapat meningkatkan pengendalian diri. Dengan memiliki pengendalian diri, maka kedamaian dan kebahagiaan dalam masyarakat akan terwujud.
Dalam Dhamma dikatakan seseorang yang ingin hidup bahagia, selayaknya menjaga jasmani, ucapan, dan pikirannya sepanjang siang dan malam; maka kebahagiaan akan selalu menyertai mereka yang melakukannya.
Nilai-nilai moralitas menjadi landasan penting untuk dipraktikkan oleh umat Buddha. Dengan mempraktikkan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, akan mengondisikan kedamaian bagi masyarakat, bangsa, dan negara; selain tentunya memberikan kedamaian bagi yang mempraktikkannya.
Sebagai bagian dari elemen masyarakat Indonesia, sudah seyogianya umat Buddha mempraktikkan dan memperkokoh disiplin moral dengan mengaktualkan Pancasila Buddhis dalam keseharian. Sebagai kontribusi nyata turut menjaga kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana terdapat dalam Dhammikasutta, Anguttara Nikaya, yang berbunyi: "Bila seseorang melindungi dirinya, pihak yang berada di luar pun terlindungi; Maka orang bijak semestinya melindungi diri, ia senantiasa tidak terluka."Â
Selamat Hari Trisuci Waisak 2567 TB. Tahun 2023. Semoga Berkah Waisaka Puja Membawa Kedamaian dan Kebahagiaan Bagi Bangsa Indonesia, Bagi Dunia, dan Bagi Semua Makhluk. Semoga semua makhluk berbahagia.*(mi_dhata)
**
Salam Penuh Berkah,
Miguel Dharmadjie, S.T., CPS, CCDdÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H