Waisak diharapkan menjadi momentum terciptanya kedamaian dan kebahagiaan di tengah kehidupan masyarakat yang plural. Karena pada hakikatnya, semua manusia menginginkan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya. Baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Â
Namun, terkadang karena ketidakmampuan untuk menghadapi dan menerima konsekuensi dari berbagai fenomena kehidupan yang tidak kekal ini; manusia menjadi menderita. Sehingga harapan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan pun menjadi sirna. Padahal, kedamaian adalah pondasi terwujudnya kerukunan, persatuan, kesejahteraan dan ketenteraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Â
Sang Buddha dalam Saraniyadhamma Sutta atau Khotbah tentang Hal-hal yang Membuat Dikenang; menekankan enam faktor untuk saling mengenang, saling mencintai, saling menghormati. Yang menunjang untuk saling menolong, menghindari pertengkaran, serta tercapainya kerukunan dan persatuan.Â
Enam faktor yang terdapat di dalam Anguttara Nikaya 6, 12 ini adalah: memiliki perbuatan, ucapan, dan pikiran yang disertai cinta kasih penuh ketulusan terhadap sesama. Juga, sikap murah hati, mempunyai kualitas moral yang sama baik, dan memiliki pandangan yang setara akan kebaikan atau ajaran Kebenaran.
Aspek moral menjadi salah satu faktor penunjang kedamaian, kerukunan, dan persatuan. Moralitas merupakan salah satu pokok dasar ajaran dalam agama Buddha; dikenal sebagai sila (disiplin latihan kemoralan). Ajaran moral yang mengajarkan umat Buddha agar bertanggungjawab penuh pada setiap perilakunya (pikiran, ucapan dan jasmani).
Pancasila Buddhis adalah dasar moralitas yang menjadi landasan hidup bagi umat Buddha agar memiliki moral yang baik. Terdiri dari lima latihan kemoralan, meliputi: penghindaran diri dari aksi kekerasan dan pembunuhan, pengambilan barang yang bukan hak diri, tindakan asusila, ucapan tidak jujur, dan laku buruk mengonsumsi minuman keras.Â
Pancasila Buddhis disebut pelindung dunia. Dengan mempraktikkannya secara tekun dan konsisten, akan dapat meningkatkan pengendalian diri. Dengan memiliki pengendalian diri, maka kedamaian dan kebahagiaan dalam masyarakat akan terwujud.
Dalam Dhamma dikatakan seseorang yang ingin hidup bahagia, selayaknya menjaga jasmani, ucapan, dan pikirannya sepanjang siang dan malam; maka kebahagiaan akan selalu menyertai mereka yang melakukannya.
Nilai-nilai moralitas menjadi landasan penting untuk dipraktikkan oleh umat Buddha. Dengan mempraktikkan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, akan mengondisikan kedamaian bagi masyarakat, bangsa, dan negara; selain tentunya memberikan kedamaian bagi yang mempraktikkannya.
Sebagai bagian dari elemen masyarakat Indonesia, sudah seyogianya umat Buddha mempraktikkan dan memperkokoh disiplin moral dengan mengaktualkan Pancasila Buddhis dalam keseharian. Sebagai kontribusi nyata turut menjaga kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.