Momen menyambut Tahun Baru Imlek merupakan momen yang sarat makna ritual dan spiritual bagi umat Tridharma (Buddha, Konghucu dan Taoisme).
Salah satu nya momen malam Tahun Baru Imlek dimana ribuan umat beragam usia dari berbagai daerah datang bersembahyang di klenteng-klenteng hingga jelang dinihari. Umumnya mereka datang bersembahyang usai momen makan malam bersama keluarga.
Keramaian dan kepadatan umat yang datang bersembahyang tidak hanya terjadi pada malam Tahun Baru Imlek, tetapi biasa juga terjadi pada hari ke-delapan Imlek dan hari ke-lima belas Imlek (Cap Go Meh).
Puncaknya pada Cap Go Meh dimana umat dan masyarakat akan tumpah ruah dan memadati kawasan Pecinan di sepanjang jalan Sulawesi untuk menikmati perayaan Cap Go Meh yang selama ini telah menjadi salah satu ikon wisata menarik di kota Makassar.
Namun untuk menghindari kerumunan pada Imlek tahun ini, jam operasional berbagai klenteng ditutup pada sore hari dan meniadakan kegiatan sembahyang malam hari saat malam Tahun Baru Imlek (Kamis, 11 Februari 2021), hari ke-delapan Imlek (Jumat, 19 Februari 2021) dan Cap Go Meh (Jumat, 26 Februari 2021).
Selain itu kegiatan Cap Go Meh yang telah menjadi program wisata tahunan Dinas Pariwisata Kota Makassar selama belasan tahun juga ditiadakan oleh Pemerintah Kota Makassar.
Saat melewati kawasan Pecinan pada petang hari sehari sebelum Imlek, penulis merasakan suasana sepi dan sunyi. Tidak ada keramaian umat bersembahyang. Klenteng yang ada di kawasan Pecinan telah tutup sejak sore. Kemeriahan ornamen dan aksesoris Imlek yang  menampakkan suasana menjelang Tahun Baru Imlek nyaris tidak terlihat. Suasana yang sangat berbeda dari Imlek tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimana dengan umat yang tidak sempat bersembahyang ke klenteng saat pandemi ini? Momen sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek mereka lakukan di rumah masing-masing. Umat bersembahyang di altar Buddha, para Bodhisatta dan Dewa Dewi sebagai penghormatan dan wujud bakti serta bentuk syukur atas berkah dan karunia kesehatan dan keselamatan selama setahun.
Apel melambangkan keselamatan, nenas dan jeruk melambangkan kekayaan dan kemakmuran, kue lapis melambangkan rejeki yang berlapis-lapis, serta aneka manisan dan permen melambangkan harapan menjalani kehidupan yang manis.
Sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek juga berisi tekad umat untuk memupuk benih-benih kebajikan dan harapan agar negara Indonesia tercinta terhindar dari segala marabahaya dan musibah serta terbebas dari pandemi Covid-19. Masyarakat senantiasa terberkahi kesehatan, usia panjang, kesuksesan, semua cita-cita luhur tercapai dan dapat hidup rukun, harmonis dan sejahtera.