Mohon tunggu...
Miftahul Hidayah
Miftahul Hidayah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku bahagia melihatmu bahagia, terlebih jika bahagiamu adalah melihatku bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tulus Tama

25 Desember 2011   01:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:47 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teng.teng.teng.teng.teng.teng.teng.teng.teng.teng.teng.teng.

Jam dinding Aya berbunyi 12 kali, menandakan saat itu menunjukkan pukul 00.00

"Trililili trililili .............." tiba-tiba HP Aya berbunyi. Di layar HPnya tertulis 'Tama memanggil'.

Sambil meraba-raba, Aya mencari HPnya dan mengangkat telpon dari Tama.

“Happy birthday Aya. Happy birthday Aya. Happy Birthday. Happy birthday. Happy birthday Aya.” Terdengar suara cempreng ala teman masa kecilnya itu dari sebrang telpon.

“Duh Tama, tengah malam gini teriak-teriak nyanyi ga jelas gitu. Ganggu Aya tidur aja!” gerutu Aya.

“Loh, hari ini kan hari ulang tahun Aya.” Kata Tama manja.

“Hah? Masa sih?” Aya malah nanya.

“Ya ALLAH, Aya. Masa Aya lupa sama hari ulang tahun sendiri?” Tama heran.

“Bukannya gitu, tapi biasanya kalo Aya ulang tahun yang ngucapin pertama pasti Ayah, Bunda, dan sahabat-sahabat Aya. Biasanya juga kan Tama ngucapin paling akhir!” jelas Aya.

“Loh, bagus dong kalo gitu. Berarti ada perubahan! Hehe..” Tama cengengesan.

“iya sih, tapi …………” ucapan Aya berhenti karenatiba-tiba lampu di kamarnya padam.

“Tapi apa Ay?” Tama penasaran.

“Hwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa …………………….” teriak Aya.

“Ay? Ay? Aya kenapa?” tanya Tama panik, Aya tidak menjawab.

“Ayaaaahhh Bundaaaa, AYA TAKUUUUUUUTTTT!!!!” teriak Aya lagi.

“Ay? Aya kenapa? Ay? Aya?” Tama bertambah panik. Tama segera turun dari tempat tidurnya, keluar rumah, dan segera menuju rumah Aya yang berjarak 2 rumah dari rumahnya.

@kamar Aya

“SURPRISEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE ………………………..!!!!!!!!!!!!!!!” terdengar sorakan saat Aya membuka pintu kamarnya. Di depan pintu terlihat Bunda, Ayah, dan sahabat-sahabatnya.

Bunda membawa sebuah kue ulang tahun bertuliskan “HAPPY BIRTHDAY AYA” dengan lilin angka 17.

“Kalian? Hwaaaaaaaaaaaaa, Bunda tegaaaaaaaa ! Aya kan phobia gelap!” kata Aya sambil memeluk Bundanya.

“Hehe, maafin kita ya Ay. Kita cuma mau ngasih surprise aja kok!” kata salah satu sahabat Aya sambil cengengesan.

“Selamat Ulang Tahun ya Ay” kata teman-teman Aya serempak.

“Makasih semua!” jawab Aya sambil menangis bahagia.

Tiba-tiba dari pintu depan terdengar teriakan seseorang sambil mengetuk pintu agak kasar.

“Ay? Aya kenapa tadi? Aya gapapa kan? Ay? Aya?” suara itu terdengar sangat khawatir.

“Biar Aya yang buka! Bunda dan lainnya tunggu Aya di dalam kamar aja!” kata Aya pada yang lain.

“Jangan lama-lama ya Ay! Kita mau cepat-cepat makan kue nih! Hehe” Kata sahabat Aya sambil nyengir.

“Iyaa, tenang aja” kata Aya sambil berlalu.

@pintu depan.

Aya pun membuka pintu dan terlihat sesosok cowok yang sangat dikenalnya lengkap dengan piama birunya. Yap, dia adalah Tama!

Melihat Aya di hadapannya, Tama pun langsung memeluk Aya erat seakan tak akan melepaskannya.

“Ay? Aya kenapa? Aya gapapa kan? Tama khawatir banget waktu dengar Aya teriak di telepon tadi!” kata Tama begitu cemas.

“Tama, Aya gapapa kok. Aya Cuma takut gelap tadi.” Jelas Aya berusaha tenang dalam dekapan teman masa kecilnya ini.

Tama tak merespon kata-kata Aya. Tama tetap memeluk erat Aya. Aya mencoba melepas pelukan Tama, namun ketika Aya memegang tangan Tama, tangan Tama begitu dingin seperti es.

“Tama? Tama kenapa? Tangan Tama kok dingin banget? Tama?” sekarang ganti Aya yang khawatir.

“Tama ga mau Aya kenapa-napa. Tama ga bisa tanpa Aya” Tama lalu terisak-isak sambil tetap memeluk Aya. Aya pun mendorong bahu Tama menjauh darinya sehingga pelukan Tama pun terlepas.

“TAMA! LOOK AT ME! LISTEN TO ME!” teriak Aya sambil sedikit mengguncangkan badan Tama. Tama pun melihat mata Aya yang sayu.

“Tama, Aya gapapa. GAPAPA! Tadi Aya Cuma kaget karena tiba-tiba lampu kamar Aya mati. Tama ga perlu kayak gini. Aya gapapa!” tegas Aya sambil tersenyum tipis dan menghapus air mata Tama dengan kedua tangannya.

“Beneran?” kata Tama mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Aya mengangguk mantap.

“I LOVE YOU, Ay! mungkin selama ini Tama keliatan cuek dan ga peduli sama Aya, tapi sebenernya inilah Tama! Tama ga bisa tanpa Aya! Tama ga pernah bisa ngungkapin perasaan Tama karena Tama nunggu saat yang tepat, di hari ulang tahun Aya yang ke-17!  Jadi sekarang Tama mau ngungkapin semuanya! Tama sayang Aya!” kata Tama panjang lebar sambil sedikit tertunduk.

“Aya juga cinta sama Tama! Sayang sama Tama! Tapi Aya gatau cara ngungkapinnya. Aya nunggu Tama! ” jawab IIN.

“jadi …………………….” Kata-kata Tama terputus, Tama menggenggam erat tangan Aya.

“Aya mau kan jadi pacar Tama?” tanya Tanya mantap.

Aya mengangguk dan menjawab “dengan senang hati!”


THE END

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun