Begitu serakahkah orang-orang tersebut? Perusakan ekosistem tidak hanya akan berdampak pada satwa atau hewan-hewan disana yang dengan terpaksa harus meninggalkan rumahnya dan kehilangan sumber makanan, namun kebanyakan dari hewan-hewan itu mati ketika proses alih fungsi.Â
Contoh paling umum adalah alih fungsi hutan menjadi perkebnunan kelapa sawit dengan cara pembakaran hutan yang tentu hal ini juga akan membakar hewan-hewan di sana.
Terlepas dari hutan di atas, apakah kalian pernah bertanya kenapa manusia melakukan semua ini. Dalam hal ini adalah membuka perkebunan kelapa sawit besar-besaran. Sudah jelas bahwa manusia melakukannya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Permintaan pasar untuk menyediakan minyak sebagai kebutuhan kalian itulah sebabnya.
Maka dari itu kenapa kerusakan-kerusakan ini diperbolehkan. Sudah tentu kalian dapat menebaknya. Ini juga karena permintaan kalian. Untuk memenuhi kebutuhan minyak kalian.
Tetapi bagaimana apabila terdapat rakyat miskin yang ingin mengambil beberapa pohon di hutan. Atau tidak tahu jika itu adalah batang pohon milik perhutani. Seperti contoh kasus nenek Asyani dihukum 15 bulan penjara gara-gara mencuri kayu yang ia senidiri tidak tahu bahwa kayu itu milih perhutani dan dilarang untuk mengambilnya.
Sebuah perbedaan besar. Jika seorang pengusaha membakar dan merusak hutan yang luas diperbolehkan karena sudah mengantongi izin oleh Negara. Sedangkan seorang nenek yang mengambil bebrapa batang kayu berujung berujung pidana. Dewasa ini substansi dari apa itu fungsi hutan dan alamyang sesungguhnya sudah tidak dipertimbangkan lagi karena hasrat dan nafsu manusia yang melampaui segalanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H