Mohon tunggu...
Miftahul Roifa
Miftahul Roifa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Pola Hidup yang Penuh Makna dengan Kesederhanaan!

13 Oktober 2016   09:57 Diperbarui: 13 Oktober 2016   10:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu-satunya pedoman dalam kehidupan yang dapat menjadi panutan, tuntunan serta mengarahkan pada cinta kasih-Nya yakni kalam Allah. Berbagai makna yang terkandung di dalamnya tidak hanya sejarah, akidah, akhlak, ibadah serta ilmu yang lainnya akan tetapi muamalah juga terkandung dalam Al-qur’an. Segala roda kehidupan serta seisinya seluruhnya juga terkandung didalamnya.

Didalam Al-qur’an telah dipaparkan dengan jelas mengenai persoalan-persoalan ekonomi khususnya berkonsumsi. Konsumsi ialah tongkat bagi kehidupan karena tiada konsumsi juga tiadalah kehidupan, dan didalam kehidupan pula tidak akan pernah lepas dengan persoalan konsumsi. Titik yang menjadi topik permasalahan disini ialah bagaimana berkonsumsi yang tepat? berkonsumsi dalam negara, masyarakat, maupun individu semua perlu di terapkan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di dalam kalam-Nya. Karena Islam mengajarkan dan menuntun para umatnya pada jalan-Nya yang benar dengan tujuan mencapai kesejahteraan, kebahagiaan dunia akhirat atau mencapai tingkat falah.

Disisi lain konsumsi juga termasuk ibadah di dalam bermu’amalah, kedudukan konsumsi dalam ekonomi ialah memiliki peran penting yang pada akhirnya dapat memunculkan aktivitas produksi dan distribusi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun peran penting yang terkandung didalam konsumsi tersebut ialah hajat dan manfaat. Jika terlepas dari keduanya maka akan timbul hal negatif misalnya: pemborosan, timbul rasa sombong dan besar hati karena sesuatu barang yang dimilkinya bersifat lebih membandingi dengan yang lainnya, dan apa yang dikonsumsinya tidak mengandung manfaat dan hajat.

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَة  (رَوَاهُ النَّسَاِئي)

Artinya: dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasul SAW bersabda: “makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong.” (HR. Nasa’i)

Sederhana itu indah jika seseorang dapat merenungi dan menyadari di dalam kehidupannya. Karena sesuatu yang berlebihan itu sebagian bukanlah termasuk bagian dari kita untuk dimiliki dan dimanfaatkan. Islam juga meralang dalam mengkonsumsi sesuatu yang berlebiahan, karena akan menimbulkan hal yang negatif bagi diri kita sendiri.

Q.S. Al-A’raaf: 31

يا بَنِيْ آدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَتُسْرِفُوْا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ المُسْرِفِيْنَ.

Artinya: “ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. “

Telah jelas, bahwa tanpa kita sadari seseorang yang suka berlebih-lebihan dalam hartanya dan menggunakannya dengan tiada mengandung manfaat dan hajat, maka sesungguhnya Allah akan membencinya. Dan perlu kita pahami pula bahwa segala yang kita miliki itu adalah milik Allah Swt. semata dan akan kembali atau diambil oleh-Nya sesaat nanti pada waktunya. Jadi segala yang dititipkan pada umat manusia patut kita syukuri dan dapat dimanfaatkan pada jalan-Nya.

QS. Al-Ankabut: 17

إِنَّمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُوْنَ إِفْكًاجإِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لاَيَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَا بْتَغُوْا عِنْدَاللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُصلىإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepada kamu, maka mintalah rizki itu disisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.

Analisa dari ayat tersebut menjelaskan bahwa rizki adalah bagian. Seseorang punya bagiannya sendiri yang bukan menjadi bagian orang lain, Akan tetapi bukan berarti segalanya itu adalah milik kita. Setiap makhluk telah dijamin oleh Allah atas rizkinya. Siapa memperoleh sesuatu secara tidak sah/ haram dan memanfaatkannya pun telah disediakan oleh Allah rizki yang halal, tetapi mereka enggan mengusahakannya dan tidak puas dengan perolehannya. Karena itu Islam menekankan perlunya berusaha dan berhijrah ke tempat lainnya.

Terkait dengan kandungan ayat diatas, dalam Q.R. Adz-Dzariyat: 57-58. Menegaskan bahwa cara bersyukur terdapat 3 hal yakni:

a. Bersyukur dengan hati, kepuasan yang diperoleh semata-mata karena anugerah dari Sang Maha Pencipta yakni Allah Swt.

b. Bersyukur dengan lidah, dengan menikmati kepuasan yang telah diberi oleh-Nya, hendaknya juga mensyukuri dengan mengucap alhamdulillah.

c. Dan bersyukur dengan perbuatan, segala nikmat dan anugerah yang telah diberikan kepada umat-Nya, hendaknya mensyukuri dengan tidak berlebih-lebihan atau merasa kurang puas atas apa yang diberikannya dalam mengkonsumsinya.

Kenikmatan dan kepuasan yang di peroleh dengan bersyukur sangatlah beda dengan kenikmatan tanpa ada rasa syukur pada Sang Maha Kasih. Indah tidaknya suatu kehidupan, semua tergantung pada insan tersebut dalam memutuskan langkahnya.

Banyak disekeliling lingkungan kita yang kurang tepat dalam melakukan kegiatan konsumsi, konflik global misalnya di tanah air Indonesia sendiri masih banyak terjalin dengan adanya suap-menyuap. Memang keinginan manusia tidaklah terbatas, tapi sesuatu apapun itu yang mengandung efek tercela tetap haram untuk dilakukan. Masalah tersebut timbul karena tiadanya rasa syukur dalam dirinya, sehingga juga menimbulkan kerugian dan kerusakan pada rakyat dan negara di akibatkan oleh nafsu belaka yang menjerumuskannya. 

Dan tanpa disadari semua akibat yang telah dilakukan pasti akan kembali pada dirinya, dan di dalam diri manusia terdapat darah yang menggumpal dan darah tersebut akan baik jika seseoranag itu baik pula, dan sebaliknya jika orang tersebut jelek maka darah yang mengumpal tersebut juga akan ikut jelek. Darah yang menggumpal tersebut ialah hati pada diri manusia.

عَنْ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِى زَائِدَةَ عَنِ الشَّعْبِىِّ قَالَ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ وَأَهْوَى بأِصْبَعَيْهِ إِلَى أُذُنَيْهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَقُولُ: الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ ( رَوَاهُ مُتّفَقٌ عَلَيْهِ)

Artinya: Dari Zakaria bin Abi Zaidah dari al-Sya’bi berkata: saya mendengar Nu’man bin basyir berkata di atas mimbar dan ia mengarahkan jarinya pada telinganya, saya mendengar Rasul SAW bersabda: halal itu jelas, haram juga jelas, diantara keduanya itu subhat, kebanyakan manusia tidak mengetahui, maka barang siapa menjaga diri dari barang subhat, maka ia telah bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang terjerumus dalam subhat maka ia seperti penggembala disekitar tanah yang di larang yang di khawatirkan terjerumus. 

Ingatlah, sesungguhnya bagi setiap pemimpin daerah larangan. Larangan Allah adalah hal yang diharamkan oleh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati (HR. Muttafaqun Alaih).

Kesederhanaan yang indah pasti didapat jika hati seseorang pun tepat untuk memilih jalan yang baik. Dengan menumbuhkan rasa syukur pada setiap hembusan nafas didalam segala kegiatan hari-harinya khususnya dalam berkonsumsi. Hindari sikap yang membuat gumpalan darah dalam tubuh menjadi daging yang tumbuh dengan kehinaan yang di akibatkan oleh sikap yang telah dilakukannya. Semoga bermanfaat bagi saya khusunya dan para pembaca. Amien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun