Agama demikian merupakan seperangkat keyakinan, tradisi, atau kebiasaan yang diikuti secara turun temurun yang kemudian menjadi pedoman kehidupan. Islam secara fenomenologis muncul belakangan, walaupun secara substantif, hadir jauh sebelum dikenalnya masyarakat Arab Jahiliyah. Memahami Islam Nusantara, yang diperkenalkan oleh para walisongo, para kalangan Nahdliyyin, tak dapat dilepaskan dari kenyataan hadirnya agama itu sendiri di Nusantara, diawali Cheng Ho dan para saudagar kaya yang berlayar ke Nusantara, lalu dilanjutkan para walisongo, dan Nahdlatul Ulama. Sesungguhnya pertanyaan ini mungkin mampu menjawab keambiguan kita terhadap identitas islam. Apa entitas yang menandai secara fisik keislaman sesorang, misal jubah, imamah, jilbab, peci, atau apa? benarkah Islam masuk dan tersebar di Nusantara ini melalui Selametan? Tumpengan? Pewayangan? Dolanan? Atau bahkan tradisi Tahlilan, Marhabanan, atau apa? Banyak pertanyaan di benak kepala yang memerlukan jawaban yang jernih.
Islam rahmatan lil alamin, kemudian mengkerucut menjadi islam nusantara, islam yang menjadi ruh kehidupan dalam setiap adat, culture dan kebiasaan nusantara yang hadirnya di Indonesia melalui salah satunya jalur perdagangan dan pelayaran Cheng Ho dan para saudagar kaya diatas, yang kemudian dikembangkan lagi oleh walisongo, dan kemudian NU melanjutkan dakwah islam nusantara melalui wajah NU; ormas islam yang secara konsisten mengembangkan islam rahmah dengan berpedoman pada ajaran tasamuh, tawazun, tawasuth, dan taaddul dalam setiap tiandakannya.
Dalam perjalanan historis dan ideologisnya kemudian Nahdlatul Ulama melahirkan anak atau sayap bidang politik yang dalam derap langkah politiknya diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai keislaman  yang sama yaitu politik yang rahmatan lil alamin, yang memiliki pandangan tasamuh, tawazun, tawasuth dan taaddul dalam keputusan-keputusannya, maka anak tersebut kita kenal kemudian hari ini is PKB.
PKB yang secara historis dan ideologis bisa disebut sayap politik NU yang mengembangkan cita-cita, asa dan aspirasi kyai, pesantren dan pesantren besar atau Nahdlatul Ulama dan bangsa di bidang politik, diharapkan rumusan program dan strategi partai serta agenda-agenda perjuangannya untuk mendukung pembangunan nasional yang berpihak kepada rakyat di tengah persaingan global  dengan tetap berbasis pada visi politik rahmatan lil 'alamin.
Gus Muhaimin Iskandar adalah nakhodanya, nakhoda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kita sebut kemudian Gus Ami, saat ini Gus Ami lah salah satu kader pemimpin muda NU yang secara ideologis dan historis memiliki kapasitas yang mumpuni mengejawantahkan idologi politik yang rahmatan lil alamin sebagaimana dicita-citakan para kyai dan Nahdlatul Ulama, saat ini di tangan dinginnya lah, PKB terus besar dari Pemilu ke Pemilu mengalami kenaikan perolehan kursi secara signifikan, Partai ini pertama kali mengikuti pemilu pada tahun 1999 dan pada tahun 2004 mengikutinya lagi. Partai yang berbasis kaum Nahdlatul Ulama ini sempat mengajukan Gus Dur sebagai presiden yang menjabat dari tahun 1999 sampai pertengahan 2001. Pada tahun 2004, partai ini memperoleh hasil suara 10,57% (11.989.564) dan mendapatkan kursi sebanyak 52 di DPR RI. Partai Kebangkitan Bangsa mendapat 27 kursi (4,82%) di DPR RI hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat sebanyak 5.146.122 suara (4,9%). Ini berarti penurunan besar (50% kursi) dari hasil perolehan pada tahun 2004. Kemudian, pada Pemilu 2014 suara partai meningkat dua kali lipat menjadi 9,04% (11.298.957) dengan mendapatkan 47 kursi di DPR-RI dan pemilu ini tahun 2019 PKB memperoleh kursi terbanyak sejak berdirinya PKB yaitu 58 kursi DPR RI, kerja keras ini tak lain dan tak bukan kecuali untuk mewujudkan politik yang rahmatan lilalamin, politik yang membawa maslahat bagi ummat dan bangsa.
DR (HC.) H. Abdul Muhaimin Iskandar, M.Si. atau dipanggil dengan nama Gus Imin atau Cak Imin (lahir di Jombang, Jawa Timur, 24 September 1966) adalah politikus Indonesia yang pernah sebagai menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009--2014. Ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa. Muhaimin Iskandar memperoleh gelar sarjana politik dari Universitas Gadjah Mada dan magister komunikasi dari Universitas Indonesia. Pada 1 September 2014, dan memperoleh gelar honoris causa dari kampus Universitas Airlangga pada 4 oktober 2017. Dan beliau juga secara aklamasi terpilih kembali sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa karena dianggap berhasil menaikkan suara pemilu 2014 menjadi 9,04%, begitupun pada Muktamar PKB tahun 2019, Gus Imin terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP PKB periode 2019-2024. Pendidikan pria yang beristri Rustini Murtadho serta 3 (tiga) anak tersebut dimulai dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Jombang, Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta I, FISIP UGM tahun 1992 serta Master Bidang Komunikasi UI tahun 2001.
Berbagai pengalaman organisasi telah dijalaninya mulai dari Ketua Korps Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial, Yogyakarta, Ketua Cabang PMII Jogjakarta, dan Ketua Umum PB PMII, serta Sekretaris Jenderal DPP PKB 2000-2005. Gus Ami dalam pengalaman kerjanya pernah menjadi staf pengajar Pesantren Denanyar, Jombang, Kepala Divisi Penelitian Lembaga Pendapat Umum, Jakarta, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tabloid Detik, wakil ketua DPR RI selama 2 periode (1999 - 2004 dan 2004 - 2009) dan Pada 26 Maret 2018, Muhaimin diangkat menjadi Wakil Ketua MPR RI hingga kini. (wikipedia.org)
Gus Ami pernah mengemukakan analisisnya dalam sebuah studium general tunggal di Kampus Fisip Undip Semarang Rabu (30/8/2017 ) mengenai persoalan faktual bangsa, dan solusi yang menurutnya tepat adalah menjadikan konsep politik rahmatan lil alamin sebagai konsep politik, konsep politik yang bertumpu pada ajaran islam yang membumi, ajaran islam nusantara, dimana kini sedang terjadi kecenderungan mengerasnya pemahaman agama yang dangkal, kemiskinan, ketidakadilan dan problem-problem lain yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, perdebatan klasik apakah islam atau politik merupakan dua hal yang terpisah? Menurutnya jejak sejarah nusantara dan dunia, islam dan politik mustahil dipisahkan. Gerakan islam merupakan entitas yang menjadi bagian dari kekuasaan politik ataupun dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan yang telah ada. Kompromi, persuasi, koalisi, oposisi, konsensus atau perang merupakan bagian integral dalam perkembangan islam menurutnya.
Maka dalam pandangan Gus Ami politik jangan dimaknai sebagai hal negatif, islam politik sama sekali tidak identik dengan fundamentalisme. Islam rahmatan lil alamin, yang menjelma menjadi ajaran islam nusantara perlu menjadi konsep dan ideologi politik islam di Indonesia, yang wajib diturunkan ke dalam program kerja konkrit bagi siapapun yang meyakininya. Disampaikannya lagi bahwa prinsip ideologi islam rahmatan lil alamin adalah kemanusiaan dan keadilan, kemanusiaan bermakna belas kasih, solidaritas, prinsip semua manusia sama. Sementara keadilan bermakna penegakan hukum seadil-adilnya serta pemenuhan hak dasar rakyat sesuai konstitusi. Tidak ada lagi dikotomi pancasila dengan islam, tidak ada lagi dikotomi kebangsaan dengan islam karena itu sejalan dengan konsep islam rahmatan lil alamin atau islam nusantara. Maka dapat di tarik Laksamana Cheng Ho sangat berperan dalam pengembangan islam nusantara, sedangkan Gus Muhaimin sangat berperan penting dalam pengejawantahan konsep islam nusantara, islam yang dikembangkan Nahdlatu Ulama, islam rahmah dalam perspektif politik bagi nusantara.
Memasuki usia 21 tahun PKB terus berbenah, PKB terus akan mengawal ideologi kebangsaan dan Islam di usia ke-21 PKB menambah logonya dengan lebah. Dengan filosofi lebah sebagaimana Al Quran surat An Nahl. berharap PKB memberikan kebaikan bagi Indonesia. Lebah tidak hinggap dan makan kecuali yang baik-baik dan mengeluarkan madu yang bermanfaat. Â PKB akan meningkatkan mutu pejuang eksekutif dan legislatif benar-benar menunjukkan perjuangannya, rahmah bagi sesama, rahmat bagi alam semesta.
Kembali ke Wanshou Hotel dan makan malam