Mohon tunggu...
Miftahul Janah
Miftahul Janah Mohon Tunggu... Guru - peminat ilmu sosial politik, agama, dan perempuan

sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laksmana Cheng Ho, Islam Nusantara, Gus Muhaimin dan Nahdlatul Ulama (bag Akhir)

16 September 2019   04:02 Diperbarui: 17 September 2019   14:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah armada Cheng Ho beberapa kali ke Nusantara dalam periode yang relatif berdekatan, yakni pada 1408, 1409, 1413, dan 1416. Kunjungan terakhir Cheng Ho ke Nusantara adalah pada 1430, ketika usianya sudah hampir mencapai 60 tahun. Tiga warsa berselang, sang laksamana meninggal dunia. Cheng Ho datang ketika Nusantara, terutama di Jawa dan Sumatera, sedang menatap masa peralihan dari era kerajaan Hindu-Buddha ke Islam. Cheng Ho disebut-sebut berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara yang nantinya menjadi agama mayoritas di Indonesia meskipun ia adalah orang asli Cina, bahkan duta resmi Dinasti Ming. Di Jepara beberapa ornamen di Masjid Astana Sultan Hadirin Mantingan juga banyak dijumpai ornamen-ornamen khas China, ada banyak sekali masjid-masjid di Indonesia yang mempunyai ciri China, mulai dari bentuk bangunannya hingga ornamen-ornamen yang ada di dalam dan di luar masjid, di Tuban dan Pati juga terdapat lingga dan yoni, sebuah simbol yang erat dengan China. Begitu pun dengan motif ukiran yang menyerupai naga.

Perjalanan Cheng Ho di Nusantara, melalui jalur sutra memiliki posisi strategis masuknya islam di Indonesia, Cheng Ho dianggap pembuka jalur sutra baru dari China ke Asia Tenggara melalui jalur laut. Islam yang berkembang di Indonesia adalah islam yang dipengaruhi masuknya perdagangan para saudagar Arab, China  dan persia, termasuk didalamnya pelayaran Laksamana Cheng Ho, yang kemudian juga penyebaran islam ini dikembangkan oleh para wali songo, islam yang tidak menghapus kebudayaan dan adat nusantara, namun para wali kala itu secara perlahan dan penuh kasih sayang, secara bertahap memasukan ruh ajaran islam ke dalam setiap sendi kehidupan termasuk ke dalam adat, budaya nusantara, ini sangat sesuai dengan ajaran kaidah Fiqhiyyah, almuhafadzaatu alalqadimisshalih wal akhdzu biljadidil ashlah (mengambil atau membiarkan tradisi lama yang baik dan mencari dan menemukan sesuatu yang baru yang lebih baik).

Perkembangan Islam di Nusantara, seperti yang telah tercatat dalam sejarah, kaya akan budaya, adat istiadat yang terdiri dari banyak suku, ras dan golongan. Islam nusantara yang berkembang di Indonesia adalah islam rahmatan lil alamin, islam yang menjadi rahmat bagi alam semesta raya dan seisinya. Oleh karena itu, tidak bisa dipertentangkan antara budaya dan agama, selama tidak bertentangan dengan akidah Islam. 

Dakwah islam nusantara mendahulukan aspek manusiawi, mendahulukan keamanan dan kenyamanan masyarakat baru kemudian menyentuh aspek agama. Dalam sejarah dakwah di nusantara yang harus didahulukan adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia, salah satunya rasa aman dan nyaman.

Islam Nusantara yang merupakan manifestasi ajaran islam rahmatan lil alamin inilah islam yang hari ini dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama sebagai salah satu ormas islam terbesar di Indonesia yang berdiri pada 31 Januari 1926 bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, yang masa itu berdirinya NU dipengaruhi kondisi sosial politik dalam dan luar negeri, yang kala itu masa perlawanan terhadap penjajah sekaligus merupakan kebangkitan politik dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia islam, Nahdlatul ulama dalam derap langkah organisasinya berprinsip tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), tawasuth (tengah/moderat) dan taaddul (adil). 

Dalam sejarahnya untuk memenuhi aspirasi politik kaumnya, NU sendiri pernah terjun ke politik praktis dengan memisahkan diri dari Masyumi sehingga menjadi partai NU mengikuti pemilu pada tahun 1955 dengan perolehan 45 kursi DPR dari 91 kursi konstituante, menggabungkan diri dengan PPP pada tahun 1973 dan kemudian pada muktamar NU di Situbondo, NU mendeklarasikan tidak berpolitik praktis lagi atau sering kita kenal kembali ke Khittah 1926, fokus berkhidmat kepada ummat dan bangsa.

Selanjutnya pada masa reformasi NU yang dipelopori para kyai terutama 5 deklarator yaitu KH. Munasir Ali, KH Ilyas Ruhiyat, KH. Muhit Muzadi, KH. Mustofa Bisri dan KH Abdurrahman Wahid melahirkan Partai kebangkitan Bangsa, dan langsung mengikuti pemilu pada tahun 1999 dengan perolehan kursi sebanyak 51 kursi DPR dan menghantarkan KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI. 

Selanjutnya, Islam rahmatan lil alamin hadir sebagai fondasi kehidupan manusia, agama sebagai rahmah bagi seluruh umat manusia, agama dengan konsep kemanusiaan. Karena konsep kemanusiaan tidak memandang manusia atas dasar harta, jabatan, warna kulit, suku, ras dan lain sebagainya yang bersifat fisik, baik secara individu maupun kelompok, hal ini sesuai (QS. Al Hujurat [49]:13 disebutkan "Inna akramakum 'indallahi atqaakum" bahwa semua manusia adalah sama dengan berbagai adat, suku, kelompok dan embel-embel lainnya, yang menjadi pembeda dan  semulia-mulia manusia adalah taqwanya. Sebagaimana Ubay bin Kaab, yang juga dikenal sebagai Abu Mundhir, salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dan terpandang di antara komunitas kaum Muslim awal. Ubay bin Ka'ab mengenai takwa. 

Ubay bertanya, "Pernahkah kamu berjalan di jalan yang penuh dengan duri?" Umar menjawab, "Ya." Ubay bertanya lagi, "Apa yang engkau lakukan?" Umar menjawab, "Aku menggulung lengan bajuku dan berusaha (melintasinya)." Ubay berkata, "Inilah (makna) takwa, melindungi seseorang dari dosa dalam perjalanan kehidupan yang berbahaya sehingga ia mampu melewati jalan itu tanpa terkena dosa, inilah defenisi takwa lebih menekankan sisi kemanusiaan, sholeh secara sosial.  

Gus Muhaimin nakhoda dakwah islam nusantara perspektif politik

Agama demikian merupakan seperangkat keyakinan, tradisi, atau kebiasaan yang diikuti secara turun temurun yang kemudian menjadi pedoman kehidupan. Islam secara fenomenologis muncul belakangan, walaupun secara substantif, hadir jauh sebelum dikenalnya masyarakat Arab Jahiliyah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun