Mohon tunggu...
Miftahul Falah
Miftahul Falah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

LPDS Mengadakan Webinar Bertema "Media dan Disabilitas," dalam Rangka Memperingati HUT Ke-33 Lembaga Pers

31 Juli 2021   16:11 Diperbarui: 31 Juli 2021   16:37 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai Pusat Pelatihan dan Pengembangan Jurnalistik Profesional, Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) menggelar Webinar bertema Media dan Disabilitas pada Jumat (23/07/21) dalam rangka memperingati hari lahirnya.

Dengan misi pendidikan yang berkelanjutan, LPDS menginspirasi dan mendidik masyarakat, khususnya lembaga Pers Indonesia, untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Tema Webinar ini adalah "Media dan Disabilitas," dan bertepatan dengan produk liputan terbaru Dewan Pers yang mana membahas tentang ramah disabilitas.

Diharapkan acara Webinar yang digelar dengan menghadirkan Mensos Tri Rismaharini sebagai keynote speaker dan Dirjen Rehabilitasi Nasional Harry Hikmat menjadi salah satu implementasi untuk menghilangkan stigma negatif, dan diskriminasi bagi penyandang disabilitas, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang disabilitas seorang penyandang disabilitas.

Penyandang disabilitas, menurut Risma, memiliki beberapa hak yang harus dihormati, termasuk hak media atas informasi dan komunikasi.

Risma melanjutkan, penggambaran penyandang disabilitas di media seringkali menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti stereotip dan representasi negatif, yang dapat berujung pada stigma dan diskriminasi.

Prof. Dr. Ir. H Mohammad NUH, D.E.A  juga berbicara tentang "Tanggung Jawab Pers dalam Pelaporan Disabilitas" dan bagaimana media dapat membantu mendidik masyarakat tentang risiko disabilitas.

Untuk membangkitkan empati publik dan pabrik-pabrik korosif, pers harus memanfaatkan kelebihan dan kekuatannya, khususnya di bidang pendidikan.

Ia percaya bahwa ini adalah momen penting bagi semua pemangku kepentingan, khususnya media, untuk menyebarkan dan meningkatkan kesadaran akan kesetaraan hak penyandang disabilitas, khususnya di tempat kerja.

Kemudian Cheta Nilawaty menghadirkan "Perspektif Media vs. Perspektif Disabilitas", yang menurut saya patut ditonjolkan karena sangat menarik.

Menurutnya, media membuat kesalahan besar dalam pemberitaan disabilitas: Porno inspiration, atau fetish-isasi penyandang disabilitas yang dianggap inferior.

Penyandang disabilitas sering digambarkan sebagai panutan yang positif, menginspirasi kehidupan masyarakat secara umum, di mana pun mereka berada.

Jika kalian memiliki pertanyaan atau kekhawatiran, hal tersebut dapat merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 sebagai pedoman, yang mengacu pada empat jenis disabilitas (disabilitas fisik, mental, intelektual, dan sensorik), atau kalian dapat menggunakan Metode American Disability Act, yang menyebutkan jenis disabilitas terlebih dahulu.

Sejak awal, isu disabilitas dianggap tidak menarik atau tidak penting.

Tidak dapat disangkal bahwa kantong konflik jauh lebih besar daripada yang mempengaruhi penyandang disabilitas, yang secara otomatis menarik lebih banyak clickbait.

Hyperheroism adalah penggambaran penyandang disabilitas lebih hebat dari pahlawan.

Selain itu, ada banyak sekali aplikasi atau gadget yang dapat memberikan tutorial bagi penyandang disabilitas.

BliBli adalah platform e-commerce yang membantu penyandang disabilitas.

Blibli adalah platform e-commerce yang menyerupai mal yang tertata rapi, memudahkan untuk menemukan barang-barang unik dan membantu UKM Indonesia dari start-up hingga sukses.

Wanita merupakan 56 persen pengguna blibli, sementara pria mencapai 44 persen.

Popularitas internet di Indonesia semakin meroket.

Asumsikan total populasi telah tumbuh menjadi 73,7 persen dari 150 juta orang. Karena kita berada di tengah pandemi, kebanyakan orang berkomunikasi melalui sosial media.

E-commerce sekarang menjadi metode belanja yang disukai.

Saat ini terdapat 20.728.227 penyandang disabilitas di dunia kerja, dengan laki-laki sebanyak 9.480.025 dan perempuan sebanyak 11.248.202.

Sungguh luar biasa, bagi penyandang disabilitas yang masih ingin berjuang untuk melakukan hal-hal seperti dulu.

Pengusaha menyumbang 75% penyandang disabilitas di sektor formal, sedangkan sektor informal menyumbang 25%.

Ada aksesibilitas, termasuk aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.

Sangat penting untuk menyediakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.

Karena running text untuk pembaca bibir atau pembaca sensorik memudahkan untuk mengaksesnya di mana pun kalian ingin menggunakannya, dan di sini adalah tantangan distribusi media, yang mana jangan lupa untuk menyertakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun