Setiap pengikut aliran, pastilah mengklaim kebenaran sumber pengetahuan yang dianutnya. Misalnya; pengikut aliran realism atau empirism, maka mereka akan mengklaim akan kebenaran pengalaman inderawi sebagai suatu sumber pengetahuan, dan begitu juga pengikut aliran yang lain. Meski begitu, tidak sedikit pula yang justru menggabungkan atau memakai semua sumber pengetahuan yang telah diuraikan tadi.
Dari keempat sumber tersebut, kebenaran hakiki ialah jelas yang bersumber dari tuhan dan tak akan mungkin terbantahkan. Sedangkan, bagi sumber yang didasarkan pada rasio/akal maupun pengalaman empiris, masing-masing memiliki metodenya sendiri dalam menjadikan dirinya sebagai suatu sumber yang benar. Intuisi yang muncul tiba-tiba bisa saja bekerja membantu dalam menemukan kebenaran.
Sobat, sedikit menambahkan. Seperti yang telah disampaikan di awal, pengetahuan dapat dibuktikan suatu kebenarannya melalui adanya "Metode Ilmiah", inilah metode terbaik untuk memperoleh pengetahuan yang ilmiah, sehingga dapat diterima oleh akal/rasio dan dapat dibuktikan secara empiris. Maka dari itu, metode ini menggabungkan dua sumber, yaitu rasio dan empiris.
Melalui metode ilmiah, pengetahuan diperoleh melalui penelitian yang sistematis, objektif, terkontrol, dan dapat diuji secara induktif dan deduktif. Metode ilmiah mengacu pada serangkaian prosedur untuk menyelidiki fenomena, memperoleh pengetahuan baru, atau memperbaiki dan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode penyelidikan harus didasarkan pada pengumpulan bukti empiris dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran tertentu, sehingga pengetahuan dapat dipertanggung jawabkan adanya. Metode ilmiah ini merupakan prosedur atau jalan dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Nah sobat, begitu kiranya yang dapat saya uraikan dalam artikel kali ini. Bagi kita yang sedang belajar, perlu kita ketahui bahwa “Tujuan pendidikan adalah kemajuan pengetahuan dan penyebaran kebenaran” (John F. Kennedy). Pengetahuan adalah suatu hal yang tak terjangkau luasnya, masih sangat banyak yang belum diketahui. Kata Socrates; “Orang yang bijaksana adalah orang yang tahu bahwa dia tidak tahu”. Sadari bahwa kita merupakan orang yang tidak tahu, sampai kita tak pernah mau berhenti untuk mencari tahu. Tetaplah saja merasa bodoh, sampai kita tak mau berhenti belajar. Jangan pernah merasa cukup akan ilmu, bersemangat dan pantang menyerah untuk selalu membuka jendela wawasan.. -Reminder for our self .
Salam Filsafat, tabik!
Referensi:
Baihaqi, Muhamad. 2018. Filsafat Umum Zaman Now. Pati: CV Kataba Group
Lies Soedibyo, dkk. 2014. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Deepublish
Muhtar. 2019. Tesis dan Disertasi dalam Kebenaran Ilmiah. Jember: CV Pustaka Mandiri
Susanto, Ahmad. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara