Toni adalah seorang anak petani, ayahnya bernama Pak Tarjo. Mereka tinggal di desa Sukadamai. Toni gemar bermain wayang, karena sejak kecil selalu diajak ayahnya menyaksikan pertunjukan wayang dalam acara sedekah bumi di desanya.Â
Toni menganggap wayang adalah kebudayaan yang harus dilestarikan, sebab di zaman sekarang  jarang anak-anak yang senang melihat pertunjukan wayang apalagi memiliki kegemaran memainkan wayang. Tokoh pewayangan yang dikagumi Toni adalah Arjuna, karena memiliki watak pandai, sopan, berani dan suka melindungi kaum yang lemah.Â
Ayah Toni memang tidak bisa membelikan wayang kulit asli, tetapi Toni memiliki keahlian lain yaitu bisa membuat sendiri wayang dari jerami. Toni selalu merawat wayang-wayang yang telah dibuatnya. Ia berlatih memainkan wayang di teras rumahnya.
Di sela-sela kegemaran memainkan wayang, ia tetap belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Karena kegemarannya itulah, Toni pernah menunjukkan kebolehannya memainkan wayang ketika acara malam pentas seni persami di sekolahnya.
Hari Minggu yang cerah, Toni membantu ayahnya bekerja di sawah. Ia membantu menyiangi rumput dan memberi pupuk pada tanaman padi. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dari kotoran kambing peliharaannya. Hebat bukan?Â
Selain menghemat pengeluaran, pupuk organik juga ramah lingkungan lho. Ketika tanaman padi telah keluar bulir padinya, ia membuat orang-orangan sawah untuk mengusir burung dan hama pengganggu. Orang-orangan sawah itu dibuatnya dari jerami. Dipakaikannya baju milik ayahnya yang sudah tidak terpakai.Â
Kemudian dengan menggunakan tongkat kayu, orang-orangan sawah itu ditancapkan di tengah sawah. Tidak lupa ia pasang beberapa kaleng di badan orang-orangan sawah. Ketika ditarik, orang-orangan sawah akan bergerak dan mengeluarkan bunyi nyaring "klonteng..klonteng.." dan burungpun takut.
Suatu hari, hama tikus menyerang sawah ayah Toni. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengusir tikus. Mulai dari pemberian racun tikus hingga penyetruman.Namun usaha itu tidak membuahkan hasil, sehingga padi milik ayah Toni hampir rusak dan gagal panen.Â
Toni membayangkan jika gagal panen, maka ayahnya tidak akan punya persediaan gabah, dan Toni tidak akan bisa membuat lagi wayang jerami. Toni kemudian menemukan ide untuk mengusir hama tikus yaitu dengan menggunakan burung hantu. Burung hantu merupakan predator alami pemangsa tikus.Â
Toni membuat rumah-rumahan untuk burung hantu dan diletakkan di tengah sawah, lalu burung hantu diletakkan di dalamnya. Cara itu ternyata berhasil, tikus pengganggu lama-kelamaan habis karena dimangsa buurng hantu.Â
Hasil panen pak Tarjo pun melimpah. Toni gembira karena telah membantu menyelamatkan sawah ayahnya. Ia pun dapat membuat wayang jerami lebih banyak lagi.
Setelah padi dipanen, jerami pun tidak terpakai. Toni mengumpulkan jerami, dan berniat mengajari teman-temannya membuat wayang. Teman-temannya senang karena mendapat permainan baru. Toni pun mempunyai ide untuk membuat pertunjukan wayang jerami pada acara sedekah bumi di desanya. "Wah, ide yang menarik" kata Riski.Â
"Sekarang ini banyak orang yang sudah tidak mengenal wayang" tambah Rama.
 "Kami setuju!" timpal Nisa dan Putri bersamaan.Â
Teman-teman Toni siap membantu mempersiapkan pertunjukan wayang jerami. Ada yang membantu mengumumkan pada warga, membantu mempersiapkan tempat dan panggung, membuat naskah cerita, dan meminjam gamelan di balai desa.Â
"Maaf Ton, saya belum bisa ikut membantu, karena harus berlatih menari untuk menghadapi lomba di tingkat propinsi" kata Friska. "Ya, tidak apa-apa. Semoga sukses ya" sahut Toni menyemangati Friska.
Mereka kemudian menemui bapak kepala desa untuk menyampaikan gagasan pertunjukan wayang jerami. "Pak, bolehkah kami mengadakan pertunjukan wayang jerami untuk menghibur warga? Siapa tahu bisa mengembalikan kecintaan warga terhadap cerita-cerita wayang. Sekalian kami akan meminjam gamelan desa, Pak," kata Toni saat menghadap kepala desa.Â
Pak kepala desa sulit memberikan ijin, tetapi setelah semuanya ikut menjelaskan termasuk tentang pembagian tugas dan penjadwalan pertunjukannya, pak kepala desa mengabulkannya. "Boleh, tapi bapak akan memberi batas waktu pertunjukan selama 1 minggu. Tempat pertunjukannya di balai desa, bersamaan dengan acara sedekah bumi. Kalian sanggup?" Kata kepala desa.
"Ya pak, terima kasih" kata Toni dan teman-temannya. Mereka semua bergembira dan berterima kasih kepada kepala desa.
Selama 1 bulan, Toni dan teman-temannya giat berlatih memainkan wayang jerami sambil diiringi gamelan. Mereka tampak serius dalam latihan, karena ingin menunjukkan penampilan terbaik mereka. Hingga tibalah saat memulai pertunjukan wayang jerami.Â
Di hari pertama pertunjukan, semua warga desa Sukadamai berbondong-bondong menuju balai desa untuk menyaksikan pertunjukan wayang jerami. Mereka penasaran, seperti apakah pertunjukan wayang jerami itu?Â
Warga merasa terhibur. Sampai dengan hari ketiga, masih banyak warga yang menyaksikannya. Tetapi memasuki hari keempat, penonton wayang jerami mulai berkurang. Banyak warga beralih menonton pertunjukan musik dangdut di lapangan desa. Hingga hari kelima, nyaris tidak ada penonton yang menyaksikan wayang jerami.
Teman-teman Toni juga memilih meninggalkan pertunjukan wayang jerami, mereka putus asa karena tidak ada penonton yang melihat. Sekarang tinggal Toni sendiri, ia tidak tahu apa yang harus diperbuat. Ia mencoba membujuk teman-temannya agar menyelesaikan jadwal yang diberikan kepala desa. Tapi usaha Toni sia-sia, mereka tetap tidak mau melanjutkan pertunjukan.Â
Akhirnya, Toni menemui dengan Friska. Ya, Friska yang sudah selesai mengikuti perlombaan tari tingkat Propinsi. Toni menyampaikan masalah yang dialaminya.Â
Tidak disangka, Friska ingin membantu Toni agar pertunjukan wayang jerami dimulai lagi. "Bagaimana kalau pertunjukan wayang jerami juga dikolaborasikan dengan pertunjukan tarian?" usul Friska.Â
"Aku juga akan meminta bantuan teman-teman di sanggar untuk menabuh gamelan dan nembang" tambah Friska. "Wah, ide yang bagus" sahut Toni. Mereka kemudian memulai latihan lagi.
Gabungan pertunjukan wayang jerami dan tari-tarian yang diciptakan Toni dan Friska ternyata sangat bagus. Teman-teman Toni yang kemarin meninggalkan, akhirnya datang dan menemui Toni. "Ton, maafkan kami  yang telah meninggalkanmu. Kami siap bergabung kembali dengan kalian" kata Riski mewakili lainnya.Â
"Tidak apa-apa Ris, saya juga minta maaf pada kalian" jawab Toni. Pertunjukan pun dimulai lagi, warga desa Sukadamai berbondong-bondong memadati balai desa untuk menyaksikan pertunjukan wayang jerami dan tari.Â
Mereka tampak menikmati pertunjukan sendratari yang ditampilkan Toni dan teman-temannya. Pak kepala desa dan istrinya pun ikut menjadi pemain dalam pertunjukan tersebut.Â
Sejak saat itu, warga desa Sukadamai mulai sadar bahwa kesenian wayang harus dilestarikan. Toni dan teman-temannya bangga, berkat wayang jeraminya kesadaran warga desa untuk mencintai dan melestarikan budaya tanah air mulai tumbuh kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H