pendidikan yang telah ditetapkan, kegiatannya mencakup perencanaan (planning),pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk mewujudkan visi menjadi aksi.
   Manajemen atau pengelolaan pendidikan inklusif di PAUD tidak terlepas atau tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan pada umumnya. Perencanaan PAUD penyelenggara pendidikan inklusif merupakan kegiatan manajemen pendidikan. Perencanaan sekolah tersebut adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, termasuk sumber daya pendukung pendidikan inklusif. DenganÂ
diselenggarakannya pendidikan inklusi maka program/kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan inklusi harus terintegrasi dan secara nyata tertuang dalam Rencana Kerja Sekolah.  PAUD Inklusi Saymara adalah salah satu lembaga PAUD yang menggunakan  manajemen pendidikan inklusi yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan yang terintegrasi baik jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek mengenai rencana kegiatan. Melalui penelitian ini akan dibahas bagaimana  implementasi manajemen pendidikan inklusi di PAUD Inklusi Saymara dalam rangka memberikan akses dan mutu pendidikan untuk anak ABK dan anak normal lainnya serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan manajemen PAUD Inklusi.
Sayangnya, selama ini sistem pendidikan menganggap anak Autism atau sebagai anak yang tidak layak untuk berada dilingkungan masyarakat. Bahkan, tidak semua sekolah bisa menerima anak autism karena dari segi penanganan yang membuat sekolah tidak sanggup untuk mengajak anak tersebut bergabung ke dalam lembaga nya dan ini tidak sejalan dengan Undang-undang. "Kesadaran tentang anak autis sudah tumbuh, namun masyarakat belum mengerti dan menerima anak autis yang memang sangat membingungkan dari proses berpikir dan perilakunta". (Yayasan Autism Indonesi dan psikiater anak: 2013). penerimaan anak autis punya peran penting terhadap keberhasilan pemulihan anak autis yang unik. Tanpa penerimaan dari lingkungannya, anak autis tidak memiliki kepercayaan diri dan akan terus menjadi korban bullying serta masih mungkin mengalami diskriminasi terutama di sekolah. Rendahnya pengertian dan penerimaan terhadap anak autis juga berdampak pada orangtua dengan anak autis. Orang tua sulit membawa anak autis untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya, karena merasa khawatir atau bahkan malu, akibat tidak adanya pemahaman yang baik dan kurangnya penerimaan dari masyarakat
Penelitian dalam artikel ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengkaji peran shadow teacher untuk  pada anak autis dalam mengurangi perilaku autistic dalam tinjauan ABK AUD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan konsep cerita yang sesuai dengan tujuan seorang peran dalam mengatasi permasalahan prilaku pada anak autis supaya anak autis bisa mengontrol perilaku nya dengan baik, dan memiliki kemandirian yang sesuai untuk kehidupan kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H