Mohon tunggu...
Miftahul Ichlas
Miftahul Ichlas Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar untuk terus belajar

Belajar diusia muda untuk menikmati hasil dihari tua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Shadow Teacher pada Anak Autis dalam Mengurangi Perilaku Autistik

18 Juli 2022   13:21 Diperbarui: 18 Juli 2022   13:33 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Mendapatkan perawatan dan pengasuhan keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh secara optimal;

3. Dilindungi kepentingannya dalam pengambilan keputusan;

4. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak;

5. Pemenuhan kebutuhan khusus;

6. Perlakuan yang sama dengan anak lain untuk mencapau integrasi sosial dan pengembangan individu, dan mendapatkan pendampingan sosial. 

Berdasarkan laporan UNESCO 2011 tercatat ada 35 juta orang  penyandang autisme di seluruh dunia. Hal ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang didunia mengidap autisme (Media Online, CNN Indonesia).Selanjutnya menurut data 2014 dari Pemerintah Amerika Serikat, dinegara tersebut sebanyak 1,5 persen anak- anak atau satu dari 68 anak di negara Paman Sam adalah autistik. Angka ini meningkat 30 persen dari 2012, yang memiliki perbandingan satu banding 88 anak. Dalam sebuah studi lainnya yang  dilakukan pada 2012 menyatakan bahwa sebanyak 1,1 persen penduduk di atas 18 tahun di Inggris adalah autistik. Meski belum ada survei resmi tentang jumlah anak penderita autisme di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik 

jumlah anak usia 5 hingga 19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 jiwa, maka diperkirakan pada tahun 2013  terdapat lebih dari 112.000 anak penyandang autisme di Indonesia (CNN).

Anak berkebutuhan khusus memiliki klasifikasi yang beragam setiap anak nya, ada beberapa klasifikasi anak berkebutuhan khusus ini diantaranya: Autis, ADHD, down syndrome, cerebal palsy, dan berbagai klasifikasi lainnya. Namun yang menjadi perhatian dalam tulisan ini mengenai anak Autis atau Autism Spectrum Disorder. Autisme merupakan gejala penutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak juga mewajibkan pemerintah untuk memenuhi hak anak berkebutuhan khusus sebagaimana yang termuat dalam pasal 21 yang berbunyi Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hokum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan mental anak.

Perencananan pembelajaran adalah pedoman yang dikembangkan oleh seorang guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jika rencana tersebut tidak direncanakan dengan baik, maka akan sulit bagi guru untuk melaksanakan pembelajarannya di dalam kelas. Sulitnya pencapaian pembelajaran di kelas juga terkait dengan ketersediaan bahan ajar yang relevan dengan pelajaran yang ditawarkan. Media pembelajaran merupakan sarana penyampaian pesan dalam proses pembelajaran, dimana guru berperan sebagai penyampai informasi dan guru harus mampu menggunakan berbagai media yang tepat dalam proses pembelajaran (Yuniarni, 2021). 

Pembelajaran di sekolah inklusi memiliki kekhususan dari segi kurikulum nya, memiliki program pembelajaran individual terkhusus untuk ABK. Menurut Kustawan (2013:50) manajemen dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota  organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berkenaan dengan manajemen pendidikan E Mulyasa dalam Kustawan (2013) memaparkan bahwa manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun