ۗ وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ ۖ ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ ٩٣
". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, ( Al An’am 93)
Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dan para ulama lain menjelaskan bahwa istilah sakratul maut di ambil dari kata dasar sakara, yang berarti mabuk atau kehilangan akal. Dalam Bahasa arab. Kata sakara paling banyak digunakan untuk makna ‘mabuk karena meminum minuman keras’. Terkadang juga digunakan dengan makna marah, rindu berat, mengantuk, rasa sakit, dan pingsan karena beratnya rasa sakit
Ibnu Hajar, Futhul Baari Syarh Shahih Al-Bukhari, 18/351
Orang-orang yang beriman dan beramal shalih boleh jadi akan merasakan berat dan sakitnya sakratul maut. Meski demikian, allah juga menyelamatkan Sebagian hamba pilihan dari rasa sakit saat menghadapi sakratul maut, sebagai balasan atas kesungguhannya dalam mencurahkan segenap waktu , tenaga, usia, harta, dan bahkan nyawanya demi tegaknya kalimat allah dimuka bumi. Hamba allah yang akan selamat dari rasa sakit saat menghadapi sakratul maut adalah orang-orang yang mati syahid.
Adapun orang-orang kafir, musyrik, murtad, munafik, dan fasik, rasa sakit yang mereka alami saat menghadapi sakratul maut sangatlah berat. Sebagaima allah swt berfirman;
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50) ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ (51)
Seandainya engkau melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah-wajah dan punggung-punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa yang membakar!,” (niscaya engkau saksikan sesuatu yang sangat dahsyat). Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu (sendiri) dan sesungguhnya Allah (sama sekali) tidak menzalimi hamba-hamba-Nya (Al-Anfal[8]; 50-51)
Setelah kita mengetahui dunia itu tempat untuk kita beramal dan kematian adalah gerbang awal untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya. Maka dari itu kita harus memperbanyak mengingat kematian, karena kematian itu adalah rahasia ghaib yang hanya diketahui oleh allah. Nabi saw pun tidak mengetahui kapan, Dimana dan bagaimana ia akan mengalami kematian. Ia datang secara tiba-tiba, tanpa pandang usia, jenis kelamin, pekerjaan, Pendidikan dan berbagai gelar lainnya yang disandang manusia.
Seperti judulnya, Hidup Sesudah Mati, penulis rasanya berhasil mengajak pembacanya untuk memikirkan kehidupan yang sesungguhnya, setelah saya membaca buku inipun, pikiran saya lebih terbuka, untuk
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI