Membicarakan isu tentang kematian, maka kita kerap menemui istilah topik tersebut sangatlah jauh dari kehidupan manusia, kematian adalah hal yang seharusnya menjadi perbincangan yang penting bagi manusia. Buku Hidup Sesudah Mati, karya nya Abu Fatiah Al-Adnani ini mengajak kita untuk membahas isu tentang kematian, yaitu fase perjalanan menuju kematian hingga fase menuju hari kebangkitan
Abu Fatiah Al-Adnani menulis buku Hidup Sesudah Mati ini dengan pernyataan yang menarik.Ia mengajak kita untuk membuka pikiran dengan mempertanyakan apa itu kematian dan bagaimana cara kita untuk menghadapinya? Setelah itu, Apa saja amal perbuatan yang bisa menyelamatkan kita dari kematian. Selama ini manusia sangatlah waspada akan datangnya yang nama nya kematian.
Sebelum kita membahas tentang kematian, mari kita terlebih dahulu membahas tentang kehidupan dunia yang diibaratkan halte/tempat beristirahat sebelum menuju gerbang pertama menuju terminal, Kehidupan dunia ini hanyalah ladang untuk kita beramal dan beribadah kepada allah swt , demi meraih panen yang baik diakhirat kelak.Dunia adalah tempat beramal dan berkarya, dan akhirat adalah tempat hidup yang sebenarnya, karena disanalah semua usaha manusia dan jin akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Seperti kata Habib Jafar dalam sebuah Podcast menjelaskan makna dari Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 15, Segala sesuatu ini diciptakan untuk manusia sebagai panggung bagi manusia, maka setelah panggung ini selesai bagi si aktor (manusia) dalam bermain maka panggung ini ditiadakan (kiamat).
Dari buku yang saya baca karya Abu Fatiah Al-Adnani, menulis dalam buku nya bahwa kehidupan dunia sejatinya adalah medan ujian. Ujian yang mentukan siapa yang taat kepada allah dan siapa yang durhaka kepadanya. Allah swt berfirman:
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ ٢
yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.( Al Mulk; 2)
Menafsirkan ayat diatas, imam ibnu katsir berkata;
“Maksudnya adalah kami menguji kalian,terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur; siapa yang bersabar dan siapa yang putus asa. Ibnu abbas berkata; ’’kami akan menguji kalian dengan kesusahan dan kelapangan, Kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.’’
Ibnu kastir Ad-dimasyki, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 5/342
Jika kehidupan dunia diibaratkan dengan tempat untuk beriistirahat/tempat untuk beramal, maka sakratul maut adalah gerbang menuju terminal pertama. Sebelum menuju terminal awal dari perjalanan ini, mari kita renungi kedahsyatan digerbang sakratul maut ini; allah swt berfirman;
ۗ وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ ۖ ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ ٩٣
". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, ( Al An’am 93)
Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dan para ulama lain menjelaskan bahwa istilah sakratul maut di ambil dari kata dasar sakara, yang berarti mabuk atau kehilangan akal. Dalam Bahasa arab. Kata sakara paling banyak digunakan untuk makna ‘mabuk karena meminum minuman keras’. Terkadang juga digunakan dengan makna marah, rindu berat, mengantuk, rasa sakit, dan pingsan karena beratnya rasa sakit
Ibnu Hajar, Futhul Baari Syarh Shahih Al-Bukhari, 18/351
Orang-orang yang beriman dan beramal shalih boleh jadi akan merasakan berat dan sakitnya sakratul maut. Meski demikian, allah juga menyelamatkan Sebagian hamba pilihan dari rasa sakit saat menghadapi sakratul maut, sebagai balasan atas kesungguhannya dalam mencurahkan segenap waktu , tenaga, usia, harta, dan bahkan nyawanya demi tegaknya kalimat allah dimuka bumi. Hamba allah yang akan selamat dari rasa sakit saat menghadapi sakratul maut adalah orang-orang yang mati syahid.
Adapun orang-orang kafir, musyrik, murtad, munafik, dan fasik, rasa sakit yang mereka alami saat menghadapi sakratul maut sangatlah berat. Sebagaima allah swt berfirman;
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50) ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ (51)
Seandainya engkau melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah-wajah dan punggung-punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa yang membakar!,” (niscaya engkau saksikan sesuatu yang sangat dahsyat). Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu (sendiri) dan sesungguhnya Allah (sama sekali) tidak menzalimi hamba-hamba-Nya (Al-Anfal[8]; 50-51)
Setelah kita mengetahui dunia itu tempat untuk kita beramal dan kematian adalah gerbang awal untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya. Maka dari itu kita harus memperbanyak mengingat kematian, karena kematian itu adalah rahasia ghaib yang hanya diketahui oleh allah. Nabi saw pun tidak mengetahui kapan, Dimana dan bagaimana ia akan mengalami kematian. Ia datang secara tiba-tiba, tanpa pandang usia, jenis kelamin, pekerjaan, Pendidikan dan berbagai gelar lainnya yang disandang manusia.
Seperti judulnya, Hidup Sesudah Mati, penulis rasanya berhasil mengajak pembacanya untuk memikirkan kehidupan yang sesungguhnya, setelah saya membaca buku inipun, pikiran saya lebih terbuka, untuk
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI