Mohon tunggu...
Miftahudin
Miftahudin Mohon Tunggu... Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Universitas Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Salah Asuhan

7 Februari 2019   07:37 Diperbarui: 7 Februari 2019   07:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anak itu dilahirkan pada 17-Agustus-1945

Di asuh dan di besarkan oleh Bapaknya

Bapaknya seorang Proklamator, dan sering di juluki Putra sang Fajar

Bapaknya ingin anaknya mencapai lima tujuan kelak dewasa nanti

Dunia mengakui prestasi Ayahnya, hingga menaruh hormat padanya

Namun peran sebagai pengasuh tak berjalan lama

Karena Di berhentikan dengan sebuah persekongkolan

Anak ini lalu berganti pengasuh

Di gantikan seorang Diktator

Di asuh oleh Diktator membuatnya hadapi bermacam gejolak

Diperas dan mulutnya di bungkam

Tubuhnya menolak dan ingin akhiri deritanya

Pada suatu masa 

Ia berhasil turunkan diktator dari duduknya

Seorang anak perlu pengasuh

Dan nyatakan seorang Profesor untuk memimpinnya

Ternyata Kecerdasan sang Profesor tak mampu redam masalah dalam tubuhnya, apalagi membawanya ke kancah dunia

Profesor pun terpaksa berhenti

Dan menyerahkan Anaknya ke figur religius

Figur sang Religius mengasuh dan memimpinnya secara sederhana, namun kontroversi, juga sering bersafari

Harapan dan perkembangan lalu datang, namun sayang. Pengasuhnya berhenti karena kontroversi. Juga alasan kesehatan

kini anak ini telah tumbuh dewasa

Layaknya anak-anak lain, ia pun sering berolahraga, dan membawa medali. Hanya saja saat bersepakbola ia tak pernah berhasil

lagi-lagi yang di persalahkan adalah pengasuh sepakbolanya. Dan harus berganti ganti pengasuh sepakbola

tatkala telah dewasa

Putri dari putra sang Fajar ikut mengasuh. Namun tak mencapai tujuan. Lima Tujuan yang pernah di amanatkan 

hanya lima tujuan, yang kini terpatri dalam hati serta tubuh

Sungguh malang nian anak ini. Bergonta-ganti pengasuh tak juga dapat yang di cita-citakan

Kini anak ini punya pengasuh baru. Yang kan antarkan pada lima tujuan. Pengasuh yang baru butuhkan waktu. Hingga datanglah penantang si pengasuh baru

Pengasuh yang baru punya visi "MAJU"

"MAJU" kemana..?

Sementara penantang bervisi "MENANG"

"MENANG" dari siapa...?

Ya semoga visi-visi itu mampu membawa meraih lima tujuan

Ataukah seperti biasa

Bergonta-ganti pengasuh. Karena mungkin saja anak ini berada dalam situasi SALAH ASUH-AN

Karena di ASUH oleh orang-orang yang SALAH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun