Mohon tunggu...
Miftahudin
Miftahudin Mohon Tunggu... Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Universitas Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Tragis Kucing-kucing Kurus

4 Desember 2018   21:49 Diperbarui: 4 Desember 2018   21:52 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada malam menjelang tahun baru. Seorang anak kecil yang usianya sekitar 7 tahunan terlihat sedang berjalan menyusuri jalanan ibukota. Dia terus berjalan kearah Selatan untuk menemui ibunya yang sedang bekerja sebagai penjual makanan ringan di pasar tradisional. Bocah itu memilih berjalan di Trotoar karena lebih aman. Ketika sampai di tikungan jalan, Anak ini melihat tiga ekor anak kucing yang tengah mati dan terkapar di tengah jalan dengan darah yang menggenang di sekitar tubuhnya. Ada luka di beberapa kaki serta kepalanya. Kucing kucing Malang ini mati terlindas mobil ketika hendak menyeberang jalan untuk mencari makanan. 

Ukuran tubuhnya yang kecil kecil membuat ketiga kucing ini samar terlihat di malam hari.

Si bocah menuju ke tempat dimana ketiga anak kucing itu mati , karena merasa iba, ia mencoba mengangkat bangkai ketiga kucing itu dan membawanya ke pinggir jalan. Dia berpikir untuk mengubur bangkai itu. matanya tak berkedip melihat bangkai anak kucing, dI benaknya berkecamuk memikirkan tentang siapa orang yang  telah tega melindas kucing kucing Malang itu.

Tapi kini bocah itu telah menyadari bahwa untuk apa berlarut larut untuk memikirkan siapa yang melindas kucing kucing ini. Karena Ada hal lain yang lebih penting. Yaitu segera menguburkan bangkai kucing ini.

Ketiga bangkai kucing ini di bawanya ke pinggir jalan. Matanya menyisir ke segala arah untuk mencari tempat yang tepat untuk menguburkan bangkai kucing. Di tempat itu tak ada lahan kosong, hanya ada rumah rumah penduduk dan pertokoan. Tidak mungkin menguburkan bangkai di antara padatnya perumahan penduduk.

Karena tidak menemukan tempat untuk mengubur bangkai kucing, dia mulai gelisah, kemudian membawa bangkai itu kesana kemari. 

Beberapa orang yang pada saat itu sedang berbincang bincang di warung kopi secara tidak sengaja melihat anak ini tengah membawa bangkai kucing. Karena melihat gelagat aneh dari bocah ini yang dari tadi mondar mandir kesana kemari, salah satu dari mereka, seorang Bapak guru paruh baya, mencoba menghampirinya dan menanyakan kenapa dia seperti itu.

Mereka berdua bercakap-cakap, dari percakapan itu mereka kemudian bersepakat untuk membawa bangkai itu kerumah bapak guru saja. Rumah bapak itu letaknya berada di seberang jalan, hanya perlu melewati gang sempit dan dua rumah saja. lalu keduanya menyeberang jalan sambil membawa bangkai kucing tadi. Setelah sampai di rumah, bapak guru mengajak anak itu untuk menggali lubang dan menguburkan bangkai. Mereka menguburkan bangkai Tepat di belakang rumah. 

Setelah selesai menguburkan bangkai kucing tadi, Mereka melanjutkan perbincangan kembali di balai bambu dan di temani segelas air putih serta snack yang biasa mereka beli di warung. Bapak guru itu menuturkan bahwa di desa ini memang banyak sekali kucing kucing liar. Dan juga sering kucing kucing ini secara tidak sengaja terlindas mobil dan motor ketika hendak menyeberang jalan.

Si bocah menanyakan kenapa di sini banyak sekali kucing, lalu dijawab bahwa kucing yang sangat banyak itu karena di sini ada banyak makanan sisa dari penduduk yang telah di buang ke tempat sampah, Bapak guru juga menerangkan kepada si anak bahwa pertumbuhan populasi kucing liar yang selalu meningkat pada akhir akhir ini telah menjadi sebuah masalah tersendiri bagi lingkungan di sekitarnya.  

kucing liar yang berperan sebagai predator puncak ekosistem tidak mempunyai predator lain ataupun pesaing selain jenisnya sendiri yang bisa menahan ledakan populasi. Sehingga kucing yang terlantar ataupun yang tidak terawat dengan baik dapat meningkatkan resiko penyakit zoonosis serta perlakuan yang tidak memenuhi kesejahteraan hewan.

Kucing liar pada umumnya tumbuh dan berkembang biak di desa dan di kota. Bagi sebagian orang, kucing merupakan hewan pengganggu, karena kucing sering mencuri makanan dan membuang kotoran sembarangan sehingga mengganggu kenyamanan. Kucing kucing itu terpaksa mencuri makanan sebab tidak ada yang mau memberi makan. Jadinya kucing kucing ini harus mencari makanan sendiri dan juga harus menyeberang jalan menuju ke kampung sebelah apabila tidak menemukan makanan. Penduduk di sekitar sini juga tidak menyukai kucing liar karena mungkin saja tubuhnya terdapat beberapa penyakit akibat dari tidak pernah di rawat. 

Bapak guru menjelaskan tentang populasi kucing liar secara panjang lebar seperti ketika mengajar di sekolah. profesinya sebagai guru bimbingan belajar telah di jalaninya sejak 8 tahun yang lalu di kampungnya. Sehingga anak ini faham betul tentang penyebab populasi kucing liar selalu bertambah. 

Tidak terasa Sudah satu jam berlalu mereka berbincang bincang. Anak ini pun akhirnya meminta diri untuk berpamitan. Sebelum melangkahkan kaki, ia sempat bertanya siapa yang telah tega melindas tiga anak kucing kurus itu, si Bapak menjawab jika melihat dari darah yang belum kering dan luka luka yang masih menganga yang ada di bangkai kucing mungkin terlindasnya ketiga kucing itu baru beberapa jam sebelum di kuburkan. Dan mungkin saja yang melindas kucing kucing ini adalah mobil Toyota Avanza yang di kemudikan oleh seorang pak Walikota. Karena orang-orang yang ada di warung kopi bersamanya sebelum Anak ini membawa bangkai kucing telah melihat mobil Toyota Avanza berhenti tepat di depan warung kopi dan melihat gelagat aneh dari Pak Kades ketika itu. Pak Kades turun dari mobilnya tampak terlihat sangat panik, sepertinya ada masalah yang belum terselesaikan. 

Pak Kades juga terlihat sedang mengecek beberapa bagian mobilnya seperti keempat roda dan bumper beberapa kali sebelum memasuki mobilnya kembali. Tapi pada saat itu Bapak guru serta beberapa orang yang sedang ngopi di warung tidak berani untuk sekedar bertanya kenapa Kades sepanik itu. Dan mereka berpikir bahwa orang akan menjadi sepanik itu mungkin telah ada sesuatu hal yang buruk terjadi, Mungkin juga Pak Kades telah menabrak sesuatu karena beberapa kali dia melihat bumper serta keempat rodanya sebelum dia pergi lagi.

Dan jika memang benar Pak Kades yang telah melindas ketiga anak kucing kurus ini, tentu sangatlah wajar bila dia sangat merasa panik. Karena ada sebuah mitos yang masih di percaya oleh penduduk sekitar hingga saat ini bahwa ketika sedang berkendara dan tidak sengaja telah menabrak kucing  sampai mati, maka akan terjadi hal hal buruk yang akan menimpanya.

Anak itu kembali melontarkan pertanyaannya, "apakah mobil tak bisa berhenti dahulu untuk membiarkan kucing kucing menyeberang"

"Bisa saja Mobil berhenti untuk menunggu kucing kucing lewat. Tapi jika pak kades sudah terburu buru mengejar waktu, ia pasti akan menabrak kucing kucing itu" Jawab pak Guru

Kenapa pak Kades terburu-buru? , tanya anak ini kembali 

"Pak kades beberapa hari ini sedang banyak bermasalah, karena pak kades pernah tertangkap basah sedang menyelewengkan dana desa berjumlah Jutaan rupiah, belum lagi istri simpananya sedang di rawat di rumah sakit. Mungkin dia mengendarai mobil dengan buru-buru untuk menjenguk istri simpananya di rumah sakit.  atau mungkin mau menghindar dari kejaran polisi" jawab Pak Guru 

Setelah mendengar jawaban dari Pak Guru, Si anak menggeleng-gelengkan kepalanya karena mungkin merasa heran dengan kelakuan Pak kades yang telah berani mengambil Dana Desa dan mempunyai banyak istri. Atau mungkin dia menggelengkan kepalanya karena tidak paham dengan apa yang baru saja di jelaskan oleh Pak Guru, karena mungkinkah anak seusia 7 tahun sudah mengetahui tentang uang rakyat dan poligami.

Kali ini si anak berniat untuk pergi, dan setelah beberapa meter meninggalkan rumah pak Guru, Di telinganya masih terdengar sayup sayup celoteh pak guru yang mengatakan perbedaan antara Kucing-kucing liar dan manusia. Jika manusia dalam mengumpulangan harta terkadang mengorbankan yang belum tentu bersalah. Tetapi  kucing dalam melanjutkan hidup terkadang harus mengorbankan nyawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun