Pengukuran kedwibahasaan adalah proses untuk menilai tingkat kemahiran seseorang dalam dua bahasa atau lebih. Hal ini penting untuk berbagai tujuan, seperti: -Penempatan di kelas bahasa: Untuk menentukan kelas bahasa yang tepat bagi siswa dwibahasa. Penilaian -kemajuan belajar: Untuk melacak kemajuan belajar bahasa siswa dwibahasa. -Penelitian: Untuk mempelajari berbagai aspek kedwibahasaan, seperti bagaimana orang-orang belajar dua bahasa, atau bagaimana dua bahasa mempengaruhi kognisi. Ada berbagai macam tes dan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kedwibahasaan. Tes-tes ini dapat mengukur berbagai aspek kemahiran bahasa, seperti: -Kemampuan reseptif: Kemampuan untuk memahami bahasa lisan dan tertulis. -Kemampuan produktif: Kemampuan untuk berbicara dan menulis dalam bahasa tersebut. -Pengetahuan tata bahasa: Pemahaman tentang struktur dan aturan bahasa. -Kosakata: Jumlah kata yang diketahui dalam bahasa tersebut. Berikut adalah beberapa contoh tes dan instrumen yang commonly digunakan untuk mengukur kedwibahasaan: 4
 Kesimpulan
 Kedwibahasaan yaitu penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Dalam perspektif sosiolinguistik, kedwibahasaan diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Kedwibahasaan merupakan akibat dari otak bahasa antara kelompok masyarakat yang berbahasa minoritas dengan bahasa masyarakat yang berbahasa mayoritas. Edwi bahasaan digunakan sebagai istilah seseorang yang mampu dengan mahir menggunakan dua bahasa. Bahasa pertama yakni bahasa ibu dan bahasa kedua yang bersumber dari masyarakat atau karena pendidikan. Sementara itu, kontak bahasa adalah proses perpindahan dari satu basa ke basa lain yang kemudian menimbulkan perubahan basa pada diri penutur. Faktor terjadinya kontak basah karena adanya pertemuan dua kelompok di satu wilayah tak berpenghuni, perpindahan satu kelompok ke kelompok lain praktik pertukaran buruh secara paksa hubungan budaya yang dekat, dan adanya pendidikan atau kontak belajar.
 DAFTAR PUSTAKA
 Cher Abdul & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta. RinekaCipta.http//www.id.wikipedia.jorg/wiki/Diglosia.
 http:yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/hubungan-kedwibahasaan-dan-diglosia.html Ibrahim, Abd. Syukur. Sosiolinguistik: Sajian, Tujuan, Pendekatan dan Problem. Surabaya: Usaha Nasional.Â
Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung : Angkasa. Chaer, Abdul dkk. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
 Cummins, Jim. (2000). Language, Power, and Pedagogy. Bilingual Children in the Classroom. Clevedon: Multilingual Matters.Â
Hakuta, Kenji. (1986). Mirror of Language: The Debate on Bilingualism. New York: Basic Books.
 Lambert, Wallace E. (1974). Culture and Language as Factors in Learning and Education. Washington, D.C.: ERIC Clearinghouse on Languages and Linguistics.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H