Mohon tunggu...
Miftah Dea
Miftah Dea Mohon Tunggu... Guru - Jakarta - Indonesia

Seorang guru yang siap dengan PERUBAHAN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Trapesium Usia, Refleksi, Nilai dan Peran Guru Penggerak

9 November 2022   23:35 Diperbarui: 10 November 2022   00:00 9398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1: Refleksi

Setiap momen dalam hidup kita merupakan pembelajaran, bahkan ada momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat dirasakan dan mungkin mempengaruhi diri saya sampai saat ini. Pada tugas Modul 1.2. a.3 Mulai dari Diri — Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, saya harus membuat Trapesium Usia.

 Setelah membuat trapesium Usia, saya dapat mengaitkan semua momen yang terjadi di masa sekolah dengan peran saya menjadi seorang guru dimasa sekarang. Setiap momen atau peristiwa penting pada masa sekolah ada yang positif dan ada yang negatif.

Ada satu peristiwa positif yang membekas sampai sekarang. Saat itu saya berusia 17 tahun dan masih duduk di kelas dua SMU. di sekolah saya bukan tergolong siswa yang berprestasi, tapi dalam mata pelajaran tertentu saya dapat mengungguli teman-teman saya pada saat itu. 

Salah satunya Bahasa Indonesia. Pada saat itu Guru Bahasa Indonesia yang kebetulan guru wali kelas memberikan tugas untuk membuat Cerita Pendek (Cerpen) dan seperti biasanya itu membuat saya tertarik. Guru menginstruksikan agar cerpen tersebut dibuat semenarik mungkin dengan cerita yang dapat memberikan pesan baik bagi pembaca. 

Setelah cerpen selesai saya buat, Guru meminta saya untuk membacanya didepan kelas. Guru Bahasa Indonesia saya mengapresiasi baik dan memuji cerpen yang saya buat dan saya dianugrahi nilai terbaik saat itu. 

Tidak sampai disana, Guru meminta cerpen saya untuk dibuat menjadi naskah drama untuk di pentaskan di acara Pentas Seni (Pensi) sekolah. Saya sangat bahagia dan antusias mendengar pujian guru serta dukungan dari teman-teman. 

Dengan bimbingan dan motivasi guru saya serta dukungan teman-teman akhirnya naskah drama selesai dibuat dan selama latihan saya berperan sebagai pengarah drama. Seluruh proses telah dilalui dan tiba saat pensi, drama kelas siap untuk dipertunjukkan. Selisih usia saya saat itu hingga usia saat ini adalah 25 tahun.

Peristiwa negatif terjadi ketika saya kelas satu SMU. Ada beberapa sekolah yang berada di wilayah tempat saya belajar, Ada Sekolah Dasar dan Sekolah Teknik Menengah (STM). Saya pada saat itu saya sebagai murid kelas 1-6 yang mana letak kelas nya berada paling pojok. 

Dibelakang kelas saya terdapat pintu gerbang kecil yang memudahkan akses untuk masuk dan keluar, kebetulan diluar gerbang tersebut terdapat beberapa kantin warga. pada jam istirahat, seperti biasanya saya dan teman-teman berburu makannan ke kantin luar sekolah karena lebih dekat dan lebih banyak pilihan makanannya.

 Sekembali dari kantin, ketika saya baru mau masuk kelas tiba-tiba saya dan teman-teman dikagetkan dengan meluncurnya sebuah layangan tinju ke arah perut saya dan teman-teman. Seketika saya tersungkur dan merasa kesakitan yang luar biasa.

Setelah pemukulan tersebut saya melihat beberapa orang dengan memakai seragam biru abu keluar dari kelas dan berlari kearah luar gerbang kecil dibelakang kelas saya. Sambil menahan sakit saya melihat teman-teman yang berada dikelas diperlakukan sama oleh segerombolan anak-anak yang kita tahu bukan murid disekolah saya. 

Ketika jam selesai istirahat berbunyi dan guru masuk ke kelas saya dan teman-teman melaporkan apa yang terjadi. Bukannya mendapatkan bantuan, guru tersebut malah menghukum saya dan teman-teman untuk berdiri dilapangan karena dianggap telah tawuran.

Saya mencoba membela diri dengan menceritakan kembali kejadiannya, namun guru tersebut tidak mendengarkan dan dipikirnya saya membangkang akibatnya waktu hukuman bertambah 10 menit. Selisih usia saya saat itu hingga usia saat ini adalah 26 tahun.

Refleksi saya atas kejadian tersebut:

Meskipun sudah 25 sampai 26 tahun yang lalu saya masih mengingat dengan jelas peristiwa tersebut karena keduanya sangat bermakna. Peristiwa yang mengesankan baik positif maupun negatif akan mendapatkan tempat tersendiri dalam pikiran kita dibanding dengan peristiwa yang biasa-biasa saja. Pepatah mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. 

Pengalaman akan membentuk kedewasaan seseorang. Guru yang kaya akan pengalaman tentu akan mempunyai prior knowledge–pengetahuan awal yang lebih banyak dibanding mereka yang miskin pengalaman. Pengalaman inilah yang akan digunakan guru ketika berhadapan dengan peserta didik dengan perlakuan yang berbeda karena setiap individu itu unik.

Dengan melihat kasus pertama dan kedua tersebut, Tentunya menginspirasi saya sebagai pendidik, diantaranya sebagai guru saya harus mengembangkan karakter, minat, bakat serta potensi peserta didik dengan melihat keunikannya, menjadi fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran serta saya akan mendengarkan peserta didik sebelum memberikan perlakukan.

"Guru adalah Pamong yang berperan menuntun murid untuk belajar mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, sebagai bekal untuk memaknai hidup mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat."

 

 2: Nilai dan Peran Guru Penggerak 

Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Saya seorang guru yang komunikatif dan perhatian kepada tumbuh kembang peserta didik. Saya juga supel dan ramah serta mudah bergaul sehingga mampu menjalin kolaborasi dan bersinergi dengan semua guru, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan masyarakan sekolah. Saya juga memiliki rasa ingin tau yang tinggi serta siap belajar perubahan.

Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Peran yang selama ini saya mainkan sebagai guru kelas dengan melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan serta menjadi pemimpin pembelajaran. Saya juga mencoba menjadi coach bagi guru yang lain dan menjadi agen perubahan di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun