Mohon tunggu...
miftah aulia
miftah aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN RMS

hobi menggambar,memasak,travelling,foto

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengendalikan Stress Berlebihan dalam Prespektif Islam dan Psikologi

14 Oktober 2024   23:09 Diperbarui: 14 Oktober 2024   23:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kehidupan sehari-hari, semua orang pasti pernah mengalami kegagalan atau ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan. Kondisi ini dapat membawa dia ke situasi yang tidak nyaman yang membuatnya sedih, cemas, ragu-ragu, atau bingung. Ini adalah salah satu tanda gangguan psikis, yang disebut sebagai kondisi stress di bidang psikologi.

Stres dianggap sebagai cobaan dari Allah SWT yang dapat menyebabkan penyakit hati, dan agama Islam menawarkan beberapa cara untuk mengelolanya, seperti niat ikhlas, sabar, shalat, bersyukur, dan berserah diri, doa, dan dzikir. Strategi-strategi ini juga diungkapkan dalam versi yang diberikan oleh ahli psikologi, seperti relaksasi, berpikir positif, dan mengatur waktu.

Stres adalah reaksi adaptasi seseorang terhadap situasi yang mereka anggap mengancam. Situasi mengancam ini berubah menjadi kondisi yang sulit diatasi oleh orang tersebut. Ia mengalami kesulitan dalam bekerja dan melakukan aktivitas keseharian lainnya pada tahap berikutnya karena seringkali membutuhkan waktu lama dan bahkan tidak jarang gagal mengatasinya. Islam melihat beban hidup ini sebagai cobaan.

Di surat Al Baqarah (2) ayat 155, Allah SWT berfirman, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar." 

Adanya cobaan pada diri kita inilah yang akan kita rasakan sebagai beban, atau stres. Dalam Surat al Baqarah ayat 10 dinyatakan bahwa penyakit hati adalah kondisi psikologis dan stres yang menyertai manusia. "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta," katanya dengan lebih jelas.

Adanya cobaan pada diri kita inilah yang akan kita rasakan sebagai beban, atau stres. Dalam Surat al Baqarah ayat 10 dinyatakan bahwa penyakit hati adalah kondisi psikologis dan stres yang menyertai manusia. "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta," katanya dengan lebih jelas. 

Sumber stres atau faktor stres adalah situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres. Orang-orang di sekitar kita dapat menjadi stresor, seperti lingkungan rumah, komunitas, sekolah, tempat kerja, dan tempat umum. Hal-hal fisik seperti ruangan, angkutan umum, kemacetan, cuaca,dan sebagainya juga dapat menjadi stressor.

Penyebab Stress

Jenis pemicu stres bervariasi dari orang ke orang. Kemampuan untuk mengatasi situasi yang sama juga berbeda dari orang ke orang. Akibatnya, stresor yang sama mungkin tidak memiliki pengaruh stres yang sama pada orang yang berbeda (Wallace, 2007). Hal ini dipengaruhi oleh sifat-sifat stressor, serta cara individu melihat dan menangani stressor (Bucker, 1991). Faktor-faktor seperti nilai stresor bagi individu, jumlah dan durasi stresor, kompleksitas pengaruh, dan waktu munculnya termasuk dalam karakteristik stresor.

Sesuai dengan ayat 155 Al Baqarah, hal-hal apa saja yang dapat menjadi cobaan bagi manusia telah dijelaskan di atas. Allah SWT secara eksplisit menyatakan bahwa rasa takut, kekurangan makan, kemiskinan, dan kehilangan harta benda dapat menjadi cobaan yang sangat berat.

Akibat Stress

Stres akan menyebabkan berbagai gangguan fisik, sosial, dan psikologis. Louis Kaplan (1996) menyatakan bahwa stres dapat menyebabkan gangguan dalam proses berpikir, penurunan konsentrasi, dan penurunan kemampuan untuk membuat keputusan. Selain itu, Cardwell (1996) mengatakan bahwa stres memiliki efek subyektif, seperti kelelahan, harga diri yang menurun, efek perilaku, seperti penurunan nafsu makan, tidak tenang, efek fisiologis, seperti hipertensi, kesulitan bernafas, dan efek kognitif, seperti kesulitan berkonsentrasi.

Stres akan menyebabkan berbagai gangguan fisik, sosial, dan psikologis. Louis Kaplan (1996) menyatakan bahwa stres dapat menyebabkan gangguan dalam proses berpikir, penurunan konsentrasi, dan penurunan kemampuan untuk membuat keputusan. Selain itu, Cardwell (1996) mengatakan bahwa stres memiliki efek subyektif, seperti kelelahan, harga diri yang menurun, efek perilaku, seperti penurunan nafsu makan, tidak tenang, efek fisiologis, seperti hipertensi, kesulitan bernafas, dan efek kognitif, seperti kesulitan berkonsentrasi.

Akibatnya, orang-orang akan mengalami kontak sosial yang lemah, yang pada gilirannya menyebabkan mereka kehilangan perhatian dan perhatian mereka pada lingkungan sosial mereka. Perilaku seperti mengurung diri di rumah, tidak bersedia menerima tamu, tidak menghadiri undangan, dll.

Mengendalikan Stress

Akibatnya, stres memiliki efek yang sangat besar. Karena ujian dan cobaan dari Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia, stres tidak dapat dihindari selamanya. Langkah terbaik adalah membangun sikap dan perilaku yang dapat mengendalikan stres untuk mengurangi efek stres. Sebagaimana ditunjukkan dalam surat Ali "Imron" ayat 139, Allah SWT menyatakan bahwa "janganlah kamu lemah dan janganlah kamu bersedih hati, karena kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."

1.Niat Ikhlas: Islam mengajarkan untuk berusaha dengan niat ikhlas setiap saat (Athar, 1991; Athar, 2008; Hawari, 1997; Heru, 2006). Ini karena nilai usaha itu tinggi di mata Allah SWT, dan dia tenang apabila usaha itu tidak menghasilkan hasil yang diharapkan.

2.Sabar dan Shalat: Sabar dalam Islam adalah kemampuan untuk bertahan dan mengikuti ajaran agama untuk menghadapi atau menentang keinginan nafsu. 

3.Berserah diri dan bersyukur (Tawakkal). Dengan selalu bersyukur dan menerima segala sesuatu yang diberikan Allah SWT adalah penting dalam menghadapi tekanan. 

4.Doa dan Dzikir: Sebagai orang beriman, doa dan dzikir memberi kita kekuatan untuk melakukan apa yang kita inginkan. 

Wallace (2007) menyebutkan beberapa cara untuk mengatasi stres, dalam beberapa bahasa: 

1.Restrukturasi kognitif, yang berarti mengubah cara berpikir negatif menjadi positif. Ini dapat dicapai melalui pelatihan dan instruksi.

2.Menulis jurnal, yang berarti menulis apa yang dirasakan dan dipikirkan dalam jurnal atau gambar. Dengan menggambar dan menulis jurnal, orang dapat melihat kembali perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara tulisan dan merasakan kelegaan setelah menggambar. Jurnal dan gambar ini juga dapat membantu psikolog menemukan solusi. 

3.Manajemen waktu, yang berarti mengetahui bagaimana mengatur waktu secara efektif untuk mengurangi stres yang disebabkan oleh tekanan waktu. Ada waktu di mana orang dapat menggunakan teknik relaksasi dan berbagi secara efektif dengan psikolog untuk membangun kepribadian yang kuat.

4.Teknik relaksasi, yaitu mengembalikan tubuh ke keadaan homeostatis, yang berarti tenang sebelum faktor stres muncul. Beberapa teknik relaksasi termasuk yoga, meditasi, dan bernapas diphragmatic.

Kesimpulan

Berbagai macam ibadah Islam menawarkan penawar untuk stres, seperti yang ditunjukkan dalam uraian sebelumnya. Salah satu bentuk ibadah yang meningkatkan kesiapan manusia untuk menghadapi faktor stres adalah shalat, doa, dan dzikir, antara ibadah lainnya. Dengan demikian, apabila umat Islam mampu melakukan ibadah mereka dengan benar, mereka akan mendapatkan manfaat dalam mengendalikan stres yang mereka alami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun