Terlahir dengan sarana prasarana yang sudah semakin canggih membuat para generasi  Z acap kali disebut sebagai generasi micin karena menyukai hal-hal yang serba instan.  Dengan latar belakang dan karakter yang berbeda dari generasi sebelumnya, menjadikan permasalahan yang ada pada generasi ini, sebagai topik yang seru untuk diperbincangkan.
Generasi Z merupakan orang-orang yang lahir disaat internet sudah mulai muncul dan berkembang. Dilansir dari tirto.id bahwa internet di Indonesia muncul pada tahun 1990. Generasi ini merupakan generasi peralihan dari generasi Y, dimana teknologi semakin berkembang pesat.Â
Berdasarkan informasi yang dikutip dari Wikipedia bahwa generasi Z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 masehi. Dengan begitu kita bisa mengkalim bahwa orang-orang yang disebut sebagai generasi Z saat ini sudah mulai berusia 20 tahun keatas.
Menurut Blakey dalam wawancaranya bersama Forbes ia mengatakan bahwa generasi z merupakan generasi yang paling berpengaruh dan beragam dari generasi yang pernah ada. Seperti yang kita bisa rasakan, banyak sekali pengaruh teknologi dalam kehidupan kita sebagai generasi z saat ini. mulai dari pengaruh positif maupun negatif.
Banyak pendapat mengatakan jika generasi ini adalah generasi yang mandiri dan serba individualis. Generasi ini merupakan generasi yang mahir dalam menjalankan berbagai aktivitas dengan menggunakan gawai ataupun teknologi lainnya.Â
Biasanya generasi ini cenderung menyukai interaksi sosial yang dilakukan melalui jejaring social seperti whatsapp, line, twitter, instagram atau yang paling popular facebook. Â
Selain itu generasi ini juga dikenal sebagai generasi yang lebih toleran kepada budaya sekitar, juga lebih terbiasa dengan macam-macam aktivitas yang dilakukan dalam satu waktu seperti mendengar music sambil membaca.
Namun alih-alih memperbincangkan sisi positifnya tidak sedikit orang-orang juga mengkaitkan generasi ini kepada stigma negative seperti:
Generasi Z sering dicap sebagai generasi yang manja. Dengan penggunaan gawai yang kian canggih bisa mempermudahkan seseorang untuk melakukan apa saja. Contohnya, saat ingin tau mengenai suatu informasi, orang bisa saja dengan mudah mendapatkan informasi tersebut melalui internet.Â
Kasus kedua yaitu dengan munculnya aplikasi go-food yang membuat siapa saja mudah untuk membeli makanan dimana saja dan kapan saja selagi bisa mengakses layanan tersebut, ini juga bisa memicu tingkat kemalasan seseorang menjadi meningkat.
Persepsi lainnya yaitu generasi ini di cap sebagai generasi yang suka hura-hura, dan memiliki kriteria usia pernikahan yang cenderung lebih tua dari pada generasi sebelumnya.
Selanjutnya memiliki banyak teman disosia media. Agar lebih terlihat eksis disosial media generasi ini cenderung lebih memilih untuk bergaul lewat aplikasi ketimbang bergaul dengan lingkungan sekitar mereka.
Terlalu focus kepada gawai, hingga kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Misal saat sedang menunggu transportasi umum kita kadang lebih memilih terlihat sibuk dengan gawai yang kita punya ketimbang berinteraksi dengan lingkungan.
 Atau saat berkumpul dengan teman dan keluarga, seringkali pemandangan ini terlihat dimana semua anggota yang berkumpul sibuk memperhatikan gawai masing-masing. Sehingga pertemuan dan obrolan menjadi kurang intensif.
Privasi menjadi bahan publikasi. Generasi z yang kita kenal merupakan generasi yang eksis disosial media, sehingga kerap kali kita sering membagikan postingan lokasi, makanan yang kita makan, liburan, hingga prestasi. Hal ini sebenarnya dapat memicu kerentanan privasi yang kita miliki. Jadi sebagai generasi z yang pintar, kamu haruslah pandai memilih hal-hal yang akan kamu bagikan.
Budaya membaca semakin menurun. Dalam mengisi waktu bersantai anak-anak biasanya cenderung lebih menyibukkan pada aktivitas yang kurang bermanfaat seperti bermain game, medsos dan lain-lain. Sehingga terkadang membuat mereka kehilangan waktu untuk membaca dan melupakan pentingnya sebuah pengetahuan.
Readers, jadi kapan terakhir kamu meluangkan waktu untuk membaca, atau bagimana kamu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dilingkunganmu sudah intensifkan?Â
Mari kita saling mereflesi diri masing-masing, dengan mulai menghapus stigma negative yang melekat pada diri kita. Sehingga kita semua bisa memunculkan potensi positif yang ada pada generasi kita sekarang, dan bisa menjadi pedoman yang lebih baik lagi untuk generasi selanjutnya.
Source:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H