Esoknya saya dihubungi HRD dan diminta untuk memenuhi jadwal interview di kantor Tribunnews di Solo. Informasi lengkap dikirimkan melalui email.
Saya kembali bergairah. Segala berkas dan mental saya persiapkan. Tiba di kantor, saya dipersilakan menunggu antrian wawancara. Hampir lima jam saya melalui proses seleksi meliputi interview dan skill test. Saat itu ada tiga kandidat assistant editor. Kami dipersilakan HRD menuju ruang interview. Kami sudah ditunggu para redaktur dan direksi Kompas.com.
Saya sempat bangga dan berbunga-bunga ketika salah satu redaktur mengatakan kami kandidat yang dibutuhkan dari ratusan pelamar. Setelah mendapat arahan tahapan seleksi, test seleksi, kami menjalani skill test.
Dua kali ke kantor Tribunnews, dua kali interview, impian pekerjaan idaman di dua media Kompas Gramedia itu lepas dari genggaman.
Menulis di Kompasiana jadi semacam penawar luka karena dua kegagalan tersebut. Kompasiana tempat berlabuh sebab kerinduan menulis membuncah, tak bisa dibendung. Semoga ini bukan pelarian semata. (Miv)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H